Fimela.com, Jakarta Namanya munjadi buah bibir karena kejeniusannya. Universitas Harvard bahkan menggadang-gadang dirinya sebagai the next Einstein. Kemampuannya itu membuat banyak perusahaan besar di Amerika, salah satunya adalah NASA menjanjikannya pekerjaan kapanpun ia siap.
Adalah Sabrina Pastersky, perempuan berdarah Kuba-Amerika ini pada usia 14 tahun, ketika menginjakan kakinya di Massachusetts Institute of Technology (MIT), sudah mendapat pujian terkait proposalnya tentang pesawat bermesin tunggal yang ia bangun.
“Mulut kami menganga tak percaya ketika melihat video itu. Potensinya berada di tingkat atas,” ujar Allen Haggerty,salah seorang Professor penguji seperti dilansir dari Ozy.
Alhasil, Sabrina diterima di MIT dan lulus dengan nilai 5.00, nilai tertinggi di MIT. Padahal sebelumnya Sabrina hanya masuk wait-list di MIT.
Delapan tahun kemudian Sabrina meraih gelar Ph.D dari Harvard. Tidak hanya itu dia menjadi salah satu orang yang kembali meramaikan dunia fisika, sama seperti Hawking dan Einstein.
Penelitiannya berkutat seputar black holes, sifat gravitasi dan ruang-waktu. Dia berusaha untuk lebih mendalami gravitasi kuantum, yang berusaha menjelaskan fenomena gravitasi dalam konteks mekanika kuantum. Penemuan dalam bidang ini tentunya dapat secara dramatis mengubah pandangan manusia tentang cara kerja alam semesta.
Kemampuannya ini telah menarik banyak perusahaan besar di Amerika, salah satunya adalah NASA dan bahkan Jeff Bezos, penemu Amazon serta pengembang dan produsen pesawat luar angkasa Blue origin, yang menjanjikannya pekerjaan kapanpun ia siap.
Sabrina Paterski adalah keturunan Kuba-Amerika pertama yang lahir dan dibesarkan di pinggiran kota Chicago, Amerika. Sebagai millennial, dia tidak memiliki Facebook, LinkedIn, Instagram bahkan smartphone. Namun orang dapat melihat karyanya di websitenya yakni PhysicGirl yang dilengkapi juga dengan katalog prestasi dan keahliannya.