Fimela.com, Jakarta Front Pembela Islam (FPI) buka suara terkait kabar jenazah nenek Hindun yang diduga ditelantarkan warga di sekitar rumahnya. "Ada kewajiban sesama Muslim untuk mengurus jenazah sesamanya. Dari mulai mengkafani, memandikan, mensalatkan. Kalau satu kampung tidak mengurusi jenazah sesama Muslim, maka satu kampung berdosa semua," kata juru bicara FPI, Slamet Maaruf, kepada Liputan6.com, Sabtu (11/3).
Berdasarkan pengakuan Slamet, pihaknya masih mencari tahu soal kabar jenazah nenek Hindun yang katanya ditelantarkan, serta kebenaran penyebab berita tersebut, yakni pandangan politik tertentu sewaktu Pilkada DKI putaran pertama 15 Februari 2017 silam. "Kalau dia Muslim, apapun pandangan politiknya itu tidak ada urusan, sesama Muslim wajib mengurusnya," tutur Slamet.
Sebagaimana diwartakan Liputan6.com, jenazah nenek berusia 78 tahun itu diduga ditelantarkan, lantaran memilih Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat saat Pilkada DKI putaran pertama. Menurut keterangan Neneng, putri bungsu Hindun, pasca ibunya memilih Ahok-Djarot, keluarganya menjadi pergunjingan.
"Kami ini semua janda, empat bersaudara perempuan semua, masing-masing suami kami meninggal dunia, kini ditambah omongan orang yang kayak gitu, kami bener-bener dizalimi, apalagi ngurus pemakaman orangtua kami aja susah," ujar Neneng di kediamannya, Jalan Karet Raya II, Setiabudi, Jakarta Selatan, Jumat (10/3), seperti dilaporkan Liputan6.com.
"Perkaranya itu bukan karena milih Ahok, bukan nggak disalati, saya yang ngimami, saya yang bantu talqin (membimbing kalimat tauhid) kan 24 jam sebelum nenek (Hindun) meninggal," jelas Ahmad Syafii di rumahnya yang persis berada di depan sebuah spanduk penolakan menyalati jenazah pendukung penista agama.
Syafii menerangkan, pilihan untuk mensalati jenazah Hindun di rumahnya karena tak ada kaum lelaki yang mengangkat jenazah ke musala. Terlebih saat mau disalati, penggali kubur sudah menelepon agar jenazah cepat diantarkan untuk dikuburkan. "Jadi, pas saat itu, saat jenazahnya sampai di rumah, tukang gali makam sudah nelpon saya, suruh cepet sebab sudah sore banget, dia harus pulang," tuturnya
Meski begitu, Syafii mengakui telah menolak permintaan keluarga agar jenazah nenek Hindun disalatkan di musala. Sebab, Syafii menambahkan, saat itu ia sudah diburu waktu. Apalagi, mobil yang akan membawa jenazah ke musala terjebak macet.