Fimela.com, Jakarta Film Kartini gubahan Hanung Bramantyo mengangkat sisi lain dari pahlawan emansipasi, Kartini. Menurut Hanung, sudut pandang soal sosok Kartini yang diperankan Dian Sastrowardoyo dimulai dari pergolakan batin Kartini yang sejak usia 4 tahun sudah melihat bagaimana diskriminasi terjadi di lingkungannya, termasuk pada ibu kandungnya sendiri.
Dikatakan ibu dua anak tersebut, perannya sebagai Kartini menuntutnya lebih mengeksplorasi kualitas aktingnya lebih mendalam. Salah satunya, Pemeran Cinta di film Ada Apa Dengan Cinta itu dituntut untuk menyampaikan emosinya tanpa harus meledak-ledak karena tuntutannya sebagai wanita Jawa yang masih memegang teguh tradisi.
"Jaman dulu perempuan Jawa tuh tidak akan melihat mata orang yang diajak ngomong, apalagi orang itu adalah laki-laki atau orang yang lebih tua, jadi pandangannya tuh paling tinggi sedagu. Di film ini banyak banget saya disuruh men-deliver emosi dengan cara yang belum saya lakukan sebelumnya. Pengennya intensitas emosinya tinggi tapi deliver-nya tipis, jadi kaya emosi yang ketahan gitu dan itu sangat menggambarkan perempuan jawa saat itu hidup," jelas Dian Sastrowardoyo saat berbincang dengan Bintang.com di SCTV Tower, Senayan, Jakarta, Kamis (9/3/2017).
"Dimuka kelihatan biasa tapi didalamnya bergemuruh luar biasa, jadi emosi itu harus terbangun meski dilihat dikamera nahan emosi, itu sesuatu yang baru. Biasanya emosi kan dikeluarkan, tapi disini bentuknya tetep diam, nunduk, dan nggak keliatan. Mudah-mudahan hasilnya terasa," tambahnya.
Dengan tantangan yang demikian, istri Indraguna Sutowo itu pun mengaku harus terlebih dahulu mempelajari banyak hal tentang karakter Kartini yang ia mainkan. Dan, cara yang diambil Dian Sastrowardoyo untuk memahami secara detil sosok RA. Kartini adalah dengan mempelajari banyak literatur yang berkaitan dengan pahlawan asal Rembang tersebut.