Fimela.com, Jakarta Polusi udara serta semerawutnya jalanan Ibu Kota Jakarta ternyata tak menyurutkan hasrat penyanyi yang satu ini untuk mengayuhkan sepedanya, sepeda kesayangan yang telah menyadarkannya bahwa hidup yang cuma sekali ini haruslah dijalani dengan sebaik-baiknya. Bagi Aryo Wahab sepeda bukan hanya sekadar olaharaga yang ia lakoni saat hari Minggu atau saat momen car free day saja, sepeda sudah menjadi alat transportasi wajib baginya.
Mencintai olahraga sepeda, itulah sisi lain yang diperlihatkan oleh salah satu anggota band The Dance Company ini saat menjadi bintang tamu dalam acara pemotretan “2nd Anniversary Celebration Bintang.com” di SCTV Tower, Senayan City, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. Sambil menenteng sepeda lipatnya Aryo tersenyum dan menyapa tim Bintang.com yang telah menunggunya.
“Sorry ya sorry, dari Rempoa naik sepeda ke sini nih,” ujar Aryo sambil mengelap keringatnya. Ya, kurang dari satu jam Aryo mengayuh sepeda dari rumah menuju Senayan City, dan itulah bukti kalau ia tidak hanya menggunakan sepeda sebagai media untuk berolahraga atau menyehatkan badan tetapi alat transportasi yang akan ia pakai jika jarak tempuh tempat tujuan dengan rumahnya tidaklah terlalu jauh.
Saat ditanya apakah ia tidak merasa capek dan terganggu dengan polusi udara serta ramainya kendaraan, Aryo pun menjawab dengan santai.
“Nggak lah, sepedaan kan sudah menjadi kegiatan sehari-hari, jadi udah nggak capek. Macet, bunyi klakson yang berisik itu mah sudah biasa, nggak usah dipikirin lagi. Nikmatin aja setiap kayuhannya, santai kayak di pantai,” terang pria kelahiran 1 July 1974 ini sambil tertawa lepas.
Aryo Wahab mengawali karier dengan bergabung menjadi vokalis band, lalu memutuskan untuk bersolo karier hingga akhirnya bergabung lagi dengan band yang dijuluki sebagai band bapak-bapak tampan, yakni The Dance Company bersama Pongky, Baim, dan Nugie. Ia juga dikenal sebagai aktor yang telah sukses bermain dalam beberapa film, seperti Biarkan Bintang Menari (2003), Maskot (2006), Lantai 13 (2007), dan Planet Mars (2008).
Lalu bagaimanakah pertemuan Aryo Wahab dengan olahraga sepeda dan seberapa besar cintanya pada dunia sepeda? Simak perbincangan Bintang.com selengkapnya dengan Aryo Wahab di bawah ini...
Tak Kesampaian Jadi Pemain Sepak Bola
Ternyata dunia olahraga bukanlah hal yang baru bagi Aryo Wahab. Sejak kecil Aryo mengaku bahwa ia dan keluarganya memang sangat mencintai dunia olahraga. Bahkan Aryo menjelaskan bahwa saat masih kecil ia bercita-cita ingin menjadi seorang pemain sepak bola profesional.
Kenapa suka olahraga?
Olahraga itu sudah seperti sebuah permaianan yang kita lakukan setiap hari. Masa kecil di zaman aku dengan zaman yang sekarang kan beda ya. Di zaman aku anak-anak lebih suka bermain sesuatu yang sifatnya bisa menguras tenaga, lari-larian, berkeringat. Jadi ya olahraga adalah sesuatu hal yang biasa karena aku juga bisa melakukannya sambil bermain sama teman-teman. Dan kebetulan keluarga aku juga memang sangat suka olahraga.
Katanya sempat bercita-cita ingin menjadi pemain sepak bola profesional?
Iya, betul banget. Masih kecil impian terbesar aku adalah menjadi pemain sepak bola, menguatkan tim Garuda. Tapi, karena sesuatu hal akhirnya aku nggak bisa mewujudkan impian itu dan tercemplunglah di dunia musik, akhirnya menjadi musisi seperti sekarang ini. Tapi, ya saya percaya memang sudah jalannya seperti ini, dan hal itu tidak pernah saya sesali. Meskipun begitu sampai sekarang aku masih main sepak bola kok.
Seberapa sering main sepak bola untuk sekarang-sekarang ini?
Kalau sekarang sudah jarang ya. Kalau main paling itu juga yang di lapangan besar aja. Kalau futsal istri aku ngelarang. Nggak tahu ya mungkin pendapat dari istriku biasanya kalau orang main futsal itu nggak pakai persiapan, nggak ada pemanasan, jadi takutnya kenapa-kenapa. Kalau main bola santai paling sama anak atau keponakan di taman. Nggak sesering dulu pokoknya.
Lalu kenapa jadi beralih ke olahraga sepeda?
Ada satu titik di mana, sekitar tiga atau empat tahun yang lalu, aku mulai naik sepeda itu karena suatu ketika aku ngerasa badan nggak enak. Sempat kena flu, terus sudah seminggu badan nggak enak terus. Pas tahun baru akhirnya kita nginep di Sentul, kebetulan aku dan keluarga nginap di hotel yang dekat sama rumah kakak. Terus tiba-tiba anak aku mau naik sepeda, yaudah aku temenin. Kita naik sepeda dari hotel ke rumah kakak, sekitar dua kilo, itu kan keringetan, sampai rumah kakak aku merasa badan kok enak. Tiba-tiba yang kemarin ngerasain sakit, ngilu itu ilang. Nah, mulai dari saat itu akhirnya aku ingin menjadikan sepeda itu sesuatu yang aku ingin aktifkan. Selain itu, ya karena aku melihat Nugie. Aku mikir kok Nugie badannya sehat terus, akhirnya dia kasih masukan nyuruh nyoba.
Menurut Anda olahraga sepeda itu adalah hobi yang mahal nggak sih?
Itu sih relatif ya. Jadi gini karena buat aku sepeda bukan hanya untuk olahraga, tapi juga sebagai alat transportasi, jadi aku pikir kenapa nggak beli yang bagus sekalian. Jadi, karena itu pula aku sampai sekarang cuma punya satu sepeda. Kalau nanti ada rezeki lagi ya bisa beli sepeda lagi. Tapi, untuk sekarang cukup satu aja.
Seberapa sering sepedaan?
Hampir setiap hari. Ya, karena itu tadi aku menganggap sepeda bukan hanya alat untuk olahraga, tetapi juga untuk transportasi. Jadi, ke mana pun aku perginya kalau memungkinkan menggunakan sepeda ya aku bakal pergi ke mana pun pakai sepeda.
Apakah Anda memang orang yang suka menjalankan gaya atau pola hidup sehat?
Aku makanan memang nggak terlalu dijaga, tapi karena sudah seumur ini jadi kita kan pasti tahu kalau badan kita sudah merasa tidak enak. Badan kurang makan daging atau kurang makan sayur. Semua kan dari pikiran, kalau kita merasa ada yang kurang ya coba penuhin itu aja. Kalau makanan diet, nggak si, soalnya aku suka makanan juga.
Selain sepeda?
Aku suka jalan. Kalau lari bagi aku itu effort-nya terlalu besar. Beli sepatu dan alat-alatnya, aku merasa boring. Akhirnya ya pilih sepeda. Kebetulan punya anjing, aku ajak jalan-jalan ke taman, itu keringetan juga. Fitnes pernah, tapi aku nggak bisa aja yang diatur waktunya gitu-gitu.
Jadikan Sepeda Sebagai Alat Transportasi
Untuk Aryo Wahab sepeda bukan lagi hanya untuk sebagai alat olahraga untuk membuat badannya selalu bugar setiap hari. Baginya sepeda adalah sebuah kendaraan yang akan terus setia mengantarnya pergi ke tempat tujuan. Tak peduli pagi, siang, atau pun malam, Aryo mengaku lebih suka pergi dengan menggunakan sepeda dibandingkan dengan mobil atau pun motor.
Jadinya sekarang ini kalau pergi ke mana-mana naik sepeda?
Iya, sepeda sudah menjadi alat transportasi buat aku. Kalau ke mana-mana nggak sama keluarga ya aku naik sepeda. Ada job, ada manggung aku naik sepeda. Jaraknya si nggak ditentukan, ya kita santai aja. Karena kita kan nggak punya target, harus jam berapa sampai, durasi waktu, ini itu. Yang penting sampai dengan selamat aja. Kalau seandainya memang ada waktunya ya kita pasin aja supaya sampai di sana tepat waktu.
Dari Rempoa ke Sency naik sepeda? Nggak ngerasa capek?
Tadi dari rumah ke sini (Senayan City) cuma naik sepeda, itu cuma makan waktu setengah jam. Nggak capek, malah seru kok. Terkadang kita tuh memang harus melihat sesuatu yang berbeda supaya hidup pun nggak membosankan ya. Kalau naik mobil yang dilihat pasti ya itu-itu lagi, kemacetan di sana sini. Enak ngegoes sepeda sih.
Meskipun jalanannya tidak menunjang untuk pengendara sepeda masih mau menggunakan sepeda?
Ada si memang beberapa jalanan yang nggak bagus, cuma ya aku jalanin aja. Intinya aku pengin sehat aja, dan kalau sepeda itu bagus kan, nggak cuma kesehatan, tapi juga mengurangi polusi, mengurangi kemacetan, aku mikirnya si seperti itu saja. Postif! Jadi, selama aku bersepeda itu nggak ada yang negatifnya. Semuanya positif, mau untuk diri sendiri atau pun orang lain.
Belum banyak jalanan khusus untuk pengendara sepeda, bagaimana menurut Anda?
Memang masih kurang. Tapi ya nggak apa-apa, selama aku masih ada jalan untuk naik sepeda ya jalanain aja. Kalau macet ya paling gotong aja sepedanya. Kadang pernah kejadian seperti itu. Kita lewat trotoar saking macetnya. Cuma ya intinya itu, sampai kapan pun aku ingin tetap bertransportasi dengan sepeda.
Ikut perlombaan balap sepeda?
Nggak, aku justru nggak ke situ. Jadi aku memang menjadikan sepeda ini benar-benar untuk transportasi aja, selain untuk olahraga. Kalau sudah tiga hari saja nggak naik sepeda, badan rasanya sudah nggak enak. Nah, kelar habis sepedaan, badannya enak lagi, ke luar keringat. Kadang-kadang kalau nggak ada kerjaan, seharian di rumah ya aku sepedaan pagi. Udaranya masih bagus, dari Bintaro muter-muter, nyari makanan, ya kita santai aja, janjian sama keluarga di satu tempat, jadi mereka naik mobil, aku sepedaan.
Hobi naik sepeda turun ke anak juga?
Iya, anak juga suka naik sepeda. Tapi aku nggak ngelepas mereka naik sepeda ke sekolahnya, belum sampai ke situ.
Saran untuk orang-orang di luar sana yang juga ingin menggunakan sepeda sebagai alat transprtasi?
Jadi, jangan berpikir soal ada atau tidaknya jalanan khusus untuk pengendara sepeda, karena kalau mikirnya ke situ malah nggak jalan-jalan nantinya. Naik sepeda itu asyik kok, selain sehat juga mengurangi kemacetan. Jangan lupa pakai helm, atau alat pelindung lainnya, sepatu juga yang nyaman. Terus jangan lupa bawa minum.
Itulah cerita tentang ketertarikan Aryo Wahab dengan olahraga sepeda. Dan kerennya, ternyata sepeda bukan cuma sebagai alat untuk olahraga, tetapi juga alat transportasi. Mau Jakarta nggak macet? Kamu bisa mengikuti jejak Aryo Wahab nih...