Fimela.com, Jakarta Sudah lumrah, ibukota jadi destinasi favorit untuk mengejar kesuksesan dan mimpi. Termasuk Jakarta, tempat yang katanya punya segalanya. Jakarta menampung puluhan juta kepala dengan mimpinya masing-masing.
"Wah, kamu kerja di Jakarta toh? Sudah berapa lama? Saya sih masih di sini-sini saja," kata seorang teman sekolah yang saya temui di sudut kota kecil di Jawa Timur.
Image Jakarta begitu anggun di mata orang-orang. Tak hanya bagi mereka yang mengharap karier cemerlang di ibukota sebagai orang 'kantoran', tapi juga para musisi yang bercita-cita manggung di Jakarta.
Seolah, satu-satunya jalur musisi menuju sukses adalah dengan mencari nama di Jakarta. Anggapan itu sangat umum di kalangan musisi di kota-kota yang tak sebesar Jakarta.
Saya pun awalnya berpikir demikian. Sempat merintis grup musik kecil-kecilan, kami sempat berkhayal bisa manggung di Jakarta dan sesekali masuk headline majalah musik.
Upaya untuk menjadi musisi indie memang tidak mudah, apalagi untuk mereka yang minim relasi dan jam terbang. Tapi yang paling utama tentu konsistensi dan karakter musik yang mereka punya.
Lantas, salahkah jika para musisi daerah harus menaklukkan Jakarta untuk bisa sukses? Mari mendekat dan bicara lebih hangat.
Bermusik Mandiri Vs Bersaing di Ibukota
Peminat dan pelaku musik saat ini terbilang cukup banyak. Hal ini terbukti dari beragamnya lagu-lagu musisi Indonesia yang diputar di radio-radio. Banyak pendatang baru yang ternyata punya kualitas yang oke.
Namun di sisi lain terjadi kesenjangan di beberapa kota di Indonesia. Entah ini pertanda apa, belakangan cukup sering terjadi fenomena studio musik yang makin sepi penyewa dan tak jarang gulung tikar.
Apakah para calon band-band keren di Indonesia sudah mulai pesimis dengan karyanya? Atau akibat peran label major yang makin gencar mempromosikan para artisnya, hingga tak ada cukup ruang bagi para pejuang mandiri?
Tapi harus diakui pergerakan musik indie juga cukup menjanjikan. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, makin banyak musisi/band yang memilih jalur independen dan terbukti bisa diterima dengan baik.
Para musisi harus besar di daerah asalnya masing-masing dan menjadi aset daerah. Seperti halnya Endank Soekamti dan Sheila on 7 yang punya reputasi nasional namun tetap berkontribusi di Yogyakarta.
Tentunya hal ini juga harus dibarengi dengan dukungan media-media promosi lokal. Mulai dari radio, event orgnizer dan media cetak maupun elektronik akan sangat membantu jika memberi supportnya dengan baik.
Perlu ke Jakarta untuk jadi band sukses? Mungkin iya, tapi tidak harus. Toh ibukota tak bisa menjamin apa-apa.
Yang penting merdeka dalam berkarya dan terus berinovasi saja. Apalagi social media saat ini bisa menjadi sarana promosi yang mudah dan murah. Sisanya tergantung dari usaha dan totalitas dalam menghasilkan karya yang jujur serta berkualitas.
Nizar Zulmi,
Redaktur Kanal Musik