Ini Fakta di Balik Tradisi Lamaran, Kamu Pasti Belum Tahu!

fitriandiani diperbarui 07 Mar 2017, 11:14 WIB

Fimela.com, Jakarta Di balik cerita-cerita romantis tentang prosesi lamaran para pasangan, ada hal-hal yang--mungkin nggak kamu sadari--telah menjadi sebuah tradisi. Si pria berlutut, memberikan cincin, mengumumkan lamarannya dan lain-lain, dari mana tradisi tersebut berasal? Siapa yang memulainya?

Nah, biar kamu bisa lebih memaknai prosesi lamaran kamu nanti, nggak ada salahnya kalau kamu mengetahui sejarah di balik tradisi tersebut dan seperti apa fungsi sebenarnya.

1. Berlutut saat melamar kekasih. Tradisi ini ada sejak zaman keksatriaan dahulu kala, di mana perkenalan masih dilakukan secara formal. Para ksatria berlutut di hadapan pemimpin mereka untuk menunjukkan rasa hormat, ketaatan, dan kesetiaan. Ketika seorang pria melamar kekasihnya, ia berlutut untuk menunjukkan cinta dan kesetiaannya.

2. Meminta restu ayah pihak wanita sebelum melamar langsung ke kekasihnya. Tradisi ini ada karena zaman dahulu kala, belum ada kesetaraan antara pria dan wanita dan pernikahan bukanlah sesuatu yang berhubungan dengan cinta atau sebuah keromantisan. Jadi, "meminta restu" orang tua pada zaman dahulu lebih tampak seperti "meminta barang", menikah atau tidaknya pasangan akan bergantung pada orang tua pihak perempuan. Tidak ada restu, tidak ada pernikahan.

3. Membawa cincin saat melamar. Paus Paulus III memperkenalkan 'hukum' ini pada 1214 silam, bahwa pasangan yang ingin melamar harus menunggu selama beberapa waktu sebelum melangsungkan pernikahan. Sebagai penanda komitmennya, mereka harus mengenakan cincin.

Begitulah sejarah dan makna di balik sikap berlutut, meminta restu, dan membawa cincin saat melamar. Semoga setelah mengetahuinya, prosesi lamaranmu nanti jadi lebih bermakna, ya!