Editor Says: Let It Be, Seni Meredakan Kesedihan

Febriyani Frisca diperbarui 24 Feb 2017, 12:28 WIB

Fimela.com, Jakarta "When I find myself in times of trouble. Mother Mary comes to me. Speaking words of wisdom, let it be. And in my hour of darkness. She is standing right in front of me. Speaking words of wisdom, let it be~".

Jika ada yang bertanya obat apa yang paling mujarab untuk meredakan kesedihan, maka dengan yakin dan lantang, saya akan menjawab dengan judul lagu dari penggalan lirik milik The Beatles di atas. Bagi saya, Let It Be lebih dari sekadar lagu, melainkan obat juga penawar. Setiap penggalan liriknya adalah sihir pelipur lara. Pereda duka. Sekali lagi, setidaknya bagi saya.

***

Dianugerahi perasaan oleh Tuhan, mustahil rasanya jika seseorang tidak pernah merasakan kesedihan meski hanya sebesar biji sawi. Kesedihan sendiri merupakan sebuah perasaan yang bisa terjadi kapan saja, di mana saja, karena apa saja, dan pada siapa saja. Termasuk pada orang yang sedang bahagia sekalipun. Lantas, ada apa dengan kesedihan?

Sama halnya sebuah racun, bagi mereka yang tak bisa mengendalikan, kesedihan yang mendalam bisa saja menghacurkan. Lebih dari itu, bahkan kesedihan bisa mematikan. Sebut saja kesedihan-kesedihan yang telah menjelma menjadi sebuah penyakit jiwa. Mengerikan, bukan? Sadarkah kamu akan efek krusial dari kesedihan?

Tak ingin tenggelam dalam kesedihan, saya sering kali mencari hal-hal yang bisa meredakan. Ya, kesedihan tak perlu hilang sepenuhnya, sebab, di lain sisi, kesedihan sendiri terkadang juga bisa menjadi penyadar akan segala kesalahan dan kekeliruan. Lantas, bagaimana caranya?

Bagi saya pribadi, mendengarkan lagu adalah sebuah cara paling sederhana mencari ketenangan untuk meredakan kesedihan. Ada beberapa lagu yang menurut saya, dan mungkin menurut kamu juga, punya daya magis untuk membolak-balikan hati dan suasananya. Baik itu dari lirik atau kisah di balik lagu yang penuh intrik. Let It Be dari The Beatles, salah satunya yang berhasil membuat hati saya terusik untuk lebih baik.

2 dari 2 halaman

Belajar Tegar dari Let It Be

Let It Be selalu berhasil menyudahi kesedihan. Setidaknya untuk saya, dan mungkin pendengar lainnya. (Via: weheartit.com)

Saya bukan seorang penggemar The Beatles. Mendengarkan lagu-lagunya pun mungkin hanya yang hits saja. Termasuk Let It Be, single yang ditulis Paul McCartney sebelum meninggalkan The Beatles pada era 60-an. Namun, saat mendengar Let It Be berkumandang pertama kali, sekitar saat saya masih duduk di bangku SMP, saya merasa ada yang berbeda. Setiap penggalan lirik mengandung komposisi yang tepat untuk meredakan duka.

I wake up to the sound of music
Mother Mary comes to me
Speaking words of wisdom, let it be
Yeah let it be, let it be
Let it be, yeah let it be

Biarlah, begitu arti harfiah Let It Be ketika menerjemahannya ke dalam bahasa Indonesia. Diucapkan dengan penuh keyakinan oleh Paul McCartney, setiap kata "let it be" dalam lagu itu sukses membuat saya seperti sedang dinasehati dengan nada. Seakan-akan teman sebaya yang telah lebih dulu makan asam garam dunia, Let It Be benar-benar mengajarkan saya untuk menyudahi kesedihan apapun itu dengan membiarkannnya. Jika belum bisa mengikhlaskan, setidaknya saya harus bisa belajar merelakan. Merelakan penyebab kesedihan saya.

Bicara sedikit latar belakang lagu yang saya dapat dari beberapa sumber di internet, Let It Be diciptakan oleh Paul Mc Cartney setelah ia bermimpi bertemu dengan mendiang ibunya yang telah meninggal karena kanker di tengah perseteruan yang terjadi di tubuh The Beatles. Mendapati ibunya di mimpi, Paul merasa terberkati. Sebab, dalam mimpi tersebut, ibunya berkata bahwa "semuanya akan baik-baik saja, semua yang terjadi biarlah terjadi."

Seperti apa yang dikatakan oleh ibu Paul McCartney dalam mimpi, saya pun percaya, jika kesedihan tak akan lebih kuat untuk menyita energi dalam hidup jika kamu merelakan apa yang terjadi. Bukankah hidup ini seperti roda yang berputar? Bukankah di setiap masalah pasti jalan keluar? Bukankah di setiap ada kesempitan pasti kelapangan? Bukankah di setiap kesedihan pasti ada kebahagiaan? Meski itu entah kapan.

Secara tak langsung, lagu Let It Be juga mengajarkan saya, dan mungkin para pendengar lainnya, untuk bersikap tak ambil pusing dengan kesedihan, serta belajar tegar, namun bukan pasrah pada keadaan. Dengan demikian, pikiran pun menjadi lebih tenang. Setidaknya, dengan membiarkan kesedihan yang suatu hari nanti pasti berlalu, kamu telah mengeliminasi satu energi negatif yang menyelimuti kalbu.

Ketika saya sedih, bahkan saya bisa mendengarkan Let It Be seharian penuh di berbagai kesempatan. Beberapa teman mungkin sampai hafal, ketika saya terus menerus menyenandungkannya, itu artinya saya sedang menguatkan diri sendiri untuk tetap tegar di antara duka yang terus menghantam.

Well, apapun penyebab sedihmu, jangan sampai kesedihan itu lebih besar dari ketegaranmu. Sudahi sedihmu dengan cara yang tepat. Kalau saya dengan mendengarkan lagu, kalau kamu?

Tabik!

Febriyani Frisca

 

Editor kanal Unique