Editor Says: Wanita Berpendidikan Tinggi Susah Menikah?

Nizar Zulmi diperbarui 13 Feb 2017, 14:49 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap orangtua tentu ingin memberikan pendidikan terbaik untuk sang buah hati. Banyak dari mereka yang sudah mempersiapkan tabungan pendidikan sejak si anak dalam kandungan.

Melihat anak-anak sukses dengan kariernya adalah impian bagi semua orangtua. Untuk mencapai hal itu, wajib belajar 12 tahun saja tidaklah cukup.

Apalagi di era yang semakin maju seperti sekarang, tuntutan lapangan kerja sudah kian meninggi. Berkaca dari pengalaman dan cerita rekan-rekan, lulusan S2 lah yang saat ini masuk dalam kategori aman sebagai pelamar kerja.

Belajar memang sesuatu yang mengasyikkan, dan tak jarang membuai. Tak sedikit yang semakin bergairah meraih ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya dengan intelegensi yang dimiliki. Mengikuti seminar-seminar, pelatihan dan beasiswa luar negeri menjadi hal-hal yang familiar bagi mereka.

Hal-hal tersebut tentunya merupakan hal positif dan cita-cita bagi sebagian besar orang. Namun di mata sebagian lainnya, pendidikan tinggi dan karier sukses justru menjadi polemik, terutama bagi wanita.

Salah satu penyebabnya adalah karena peran wanita yang selama ini terlanjur identik dengan mengurus rumah tangga. Wanita karier dikhawatirkan tak bisa memberikan perhatian penuh terhadap suami dan tumbuh kembang anak.

Benarkah wanita karier dengan pendidikan tinggi susah dalam urusan menikah? Mari kita bahas sedikit demi sedikit.

2 dari 2 halaman

Soal Pendidikan dan Jodoh

Menikah memang bukan soal umur, tapi kesiapan. Namun jika diamati ada berbagai kasus yang menunjukkan korelasi antara pendidikan dan pernikahan.

Tak jauh-jauh, kasus ini juga pernah saya temui di lingkungan kampus saya dulu. Kuliah di bidang pendidikan, rekan-rekan saya tentunya punya mimpi besar untuk melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya.

 

Logika sederhananya, lulus S1 jadi guru, S2 dan S3 jadi dosen. Menjadi dosen sekaligus PNS bisa dibilang merupakan mimpi manis sebagian besar orangtua.

Di usia yang matang, beberapa masih sibuk dengan kegiatannya. Bagi teman-teman wanita, usia mereka memasuki lampu kuning pertanda sudah waktunya menikah.

Mereka mungkin kerap mendapat sindiran dari para tetangga, "Kok masih belum menikah juga? Apa karena sibuk kuliah?" kata-kata itu cukup menohok bagi salah satu narasumber yang saya wawancara (ngobrol santai).

Ada beberapa analisa kenapa beberapa wanita berpendidikan tinggi belum segera menikah. Di antaranya karena kurangnya waktu untuk diri sendiri, apalagi membuka diri untuk calon pendamping. Terlalu sibuk dengan aktivitas bisa menyita perhatian dan fokus, hingga mereka merasa bisa mandiri dan nyaman dengan kesendirian.

Faktor kedua bisa juga datang dari para lelaki. Wanita dengan status lulusan S2 atau CEO sebuah perusahaan besar bisa menimbulkan rasa minder bagi pria yang ingin mendekat. 

Yang ketiga, stigma masyarakat tentang laki-laki yang harus menghidup wanitanya semakin memperparah kondisi ini. Padahal skenario ini sah-sah saja terjadi, seperti kisah cinta Mas Adi dan Angel di Tetangga Masa Gitu.

Namun saya pribadi sepakat bahwa pendidikan tinggi dan karier yang mapan merupakan hal penting bagi wanita zaman sekarang. Saya lebih suka jika para lelaki harus berusaha mengimbangi, atau berusaha lebih baik lagi dari para wanita hebat ini. Menurut Anda?