Industri Komik Lokal Ibarat Lahan Tandus

Dadan Eka Permana diperbarui 06 Feb 2017, 21:28 WIB

Fimela.com, Jakarta Keberadaan komik-komik lokal dipandang sebelah mata oleh masyarakatnya sendiri, karena maraknya komik-komik terjemahan yang berasal dari negara lain. Akibatnya, di pasar nasional, komik buatan dalam negeri sulit bersaing dengan komik buatan negara lain. Kondisi itu membuat komikus asal Kebumen, Sweta Kartika mengibaratkan industri komik lokal sebagai lahan tandus.

“Yang jelas industri komik adalah “lahan tandus” karena di Indonesia banyak di bombardir komik-komik terjemahan. Dan kita harus tampil, nyeliplah di antara mereka dan itu yang sulit, apalagi kita lebih mahal, kontennya sedikit dan itu yang kita kalah. Kalau mereka kan kontennya sudah siap dalam setahun mungkin bisa 20 judul,” kata Sweta saat ditemui dalam acara Creativepreneur Corner 2017 di The Hall Senayan City, Sabtu 4 Februari 2017.

Bahkan, menururt Sweta, saking tandusnya industri komik lokal, dirinya tidak melihat persaingan dalam industri komik lokal , meski saat ini sudah banyak bermunculan ratusan judul komik karya anak bangsa.

“Kalau kami melihat rival bukan penghalang, bukan saingan yang bisa membunuh. Tapi jadi penyemangat. Karena kita sadar kita sama-sama di lahan tandus,” kata pendiri padepokan Ragasukma yang konsentrasi menerbitkan komik bergenre silat ini.

Menurut Sweta kondisi industri komik lokal diibaratkan lahan tandus diakibatkan dari berbagai hal. Salah satunya adalah karena tidak adanya kehadiran pemerintah untuk menyokong industri komik local.

“Kita tidak mungkin bisa menjadi besar kalau tidak ada dukungan dari pemerintah , itu poinnya. Perpajakan yang dimudahkan, terus toko buku supaya memajang komik-komik lokal, itu nggak bisa dari kita . itu benar-benar harus dari pemerintah,” kata Sweta.

What's On Fimela