5 Perbedaan Kuliner Imlek di Tiongkok dan di Indonesia

Henry Hens diperbarui 25 Jan 2017, 13:40 WIB

Fimela.com, Jakarta Perayaan Tahun Baru China atau Imlek selalu jadi momen yang ditunggu bukan hanya di China, tapi juga di banyak negara. Wajar saja, penduduk Tiongkok merupakan yang terbanyak di dunia dan mereka tersebar di banyak negara, termasuk di Indonesia.

Di Indonesia, terutama sejak era reformasi, juga dirayakan dengan meriah dan diisi dengan berbagai acara. Tak ketinggalan sajian makanan khas Imlek juga banyak tersedia. Dan yang perlu kamu tahu, meskipun dirayakan dalam napas yang sama, ternyata suasana Imlek di Indonesia dan Tiongkok sedikit banyak berbeda.

Perbedaan mendasar itu terletak pada menu yang terhidang di atas meja makan. Seperti dilansir dari qraved, berikut ini perbedaan perayaan Imlek di China dan Indonesia dalam hal kuliner:

Jumlah Makanan

Salah satu perbedaan yang paling mencolok adalah jumlah makanan yang dihidangkan. Di Tiongkok, biasanya ada 30 jenis makanan yang disajikan. Sedangkan di Indonesia, menu utama Imlek biasanya hanya berjumlah 13 jenis saja.

Dominan Rasa Manis

Di Indonesia, sajian menu Imlek biasanya didominasi oleh makanan manis. Sedangkan di Tiongkok sana, menu-menu Imlek justru cenderung gurih dan asin. Hal yang mudah dipahami, karena etnis Tionghoa di Indonesia sudah melakukan proses akulturasi yang cukup lama dengan masyarakat lokal.

Contoh paling nyata adalah menu Ayam Oh. Di Negeri Tirai Bambu, menu ini punya rasa asin. Itu karena kecap yang digunakan di sana adalah kecap ikan yang memang bercita rasa asin. Sedangkan di Indonesia, menu Ayam Oh dibuat dengan kecap manis. Contoh lain adalah kehadiran lepis legit.

Kue manis ini jelas bukan berasal dari Tiongkok, tapi sebenarnya berasal dari Belanda. Ada juga kehadiran menu pindang bandeng. Tanpa adanya proses akulturasi dari etnis Tionghoa Peranakan, tentunya menu-menu seperti tadi tak akan pernah “meramaikan” perayaan Imlek di Indonesia.

Tradisi Leluhur

Menurut pakar kuliner William Wongso, meski sudah mengalami proses akulturasi, namun tak jarang juga keluarga etnis Tiongkok menyajikan menu Imlek seperti di negeri nenek moyangnya.

Usaha menjaga tradisi leluhur ini juga dibuktikan dengan lahirnya lontong Cap Go Meh (dengan cita rasa gurih dan asin). Makanan ini merupakan hasil akulturasi etnis Tionghoa dengan Muslim Jawa di pesisir Pantai Utara Jawa.

Namun, dari situ kita juga tahu, meski melakukan akulturasi budaya, etnis Tionghoa ingin memelihara warisan kuliner leluhur yang punya citarasa asin. Bukti lainnya adalah, dengan tetap menghadirkan bakpao babi yang memang punya rasa asin gurih dalam setiap perayaan Imlek.

Alkohol

Perbedaan lainnya adalah keberadaan minuman beralkhohol. Di Tiongkok sana, perayaan Imlek sangat lekat dengan minuman beralkhohol. Sedangkan di Indonesia, minuman beralkhohol biasanya diganti dengan sirup Le Le.

Sirip Ikan Hiu

Ikan hiu merupakan salah satu hewan yang dilindungi, jadi tidak disajikan di Indonesia. Menu sup sirip ikan hiu kemudian diganti dengan sup sarang burung walet. Uniknya, di Tiongkok sendiri keberadaan sarang burung walet sudah sangat jarang alias langka. Karena itu, tak sedikit pula sarang burung walet yang diekspor ke sana untuk memenuhi kebutuhan sajian perayaan Imlek.