Fimela.com, Jakarta Harga cabai boleh melambung tinggi. Harga BBM (Bahan Bakar Minyak) juga ikut naik. Meski begitu bisnis kuliner tetap eksis dan banyak diminati, termasuk warung tegal atau biasa kita sebut warteg. Warteg merupakan kedai makan kecil yang berbentuk bedeng darurat dan umumnya berukuran 3x3 meter.
Bagian depan biasanya bercat biru atau hijau yang berfungsi sebagai tempat berjajarnya aneka ragam masakan rumah. Menu di warteg cukup lengkap mulai dari sayur sampai lauk pauk, seperti tahu tempe, ikan, ayam, oseng-oseng, sambal ,kerupuk dan masih banyak lagi.
Tak hanya di Indonesia, bisnis warteg sudah merambah dunia global. Seperti halnya restoran padang, semakin banyak bisnis warteg yang dibuka di beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Korea Selatan, bahkan sampai ke Eropa.
Seperti dilansir dari Good News From Indonesia, di Amsterdam, Belanda, ada sebuah warung tegal milik Fatma Martak dan Budi Santoso. Keduanya sudah membuka bisnis warteg ini sejak lama. Bahkan, kini mereka punya pelanggan asli orang Belanda yang menyukai masakan asli Indonesia. Warteg di Amsterdam ini buka dari jam 11 pagi sampai jam 8 malam.
Alasan mereka memilih untuk membuka bisnis warteg di negeri orang adalah karena pertimbangan waktu dan kesempatan. Mereka melihat bisnis ini sangat menjanjikan di negeri orang mengingat banyak orang Indonesia yang bermukim di Belanda.
Warteg juga bisa mengobati rasa rindu penduduk Indonesia di sana. Seperti juga di Indonesia, warteg di Belanda juga menyediakan masakan Indonesia yang relatif murah dan terjangkau. Bedanya, tentu tempatnya lebih keren dan modern.