Fimela.com, Jakarta Salah satu bidang usaha yang maju pesat saat ini adalah bisnis online. Mulai booming dan menjamur sejak beberapa tahun lalu, minat yang tinggi terhadap belanja online ternyata sudah lama diyakini oleh Sayed Muhammad.
Dengan kegemaran dan dukungannya pada industri kreatif, Sayed mendirikan Local.co.id, sebuah portal terintegrasi dengan empat unit bisnis, untuk mewadahi industri kreatif Indonesia. Empat unit bisnis tersebut adalah Localbrand, Localtaste, Localfest dan Localtalent.
Portal Local sendiri sudah ia rintis sejak November 2011 lalu. Pada tahun itu, perkembangan startup di Indonesia, khususnya e-commerce mulai menggeliat. Hal itu terjadi karena semakin akrabnya masyarakat Indonesia dengan dunia internet, khususnya untuk kemudahan berbelanja dengan bantuan teknologi.
Yang menjadikan portal tersebut beda dengan usaha sejenis lainnya, mereka fokus dan mengutamakan merek-merek mode lokal di Indonesia.
“Kita punya potensi perancang busana lokal begitu besar, tapi mereka tidak punya tempat atau fasilitas khusus untuk mengembangkan usaha mereka. Padahal market atau demand nya sangat besar,” tutur Sayed, saat ditemui di kafe Typology, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Bersama temannya saat mendirikan portal, visinya menjadikan usahanya sebagai ‘melting pot’ bagi para pelaku bisnis industri kreatif, untuk saling mengembangkan dan meraih kesuksesannya. Menurut Sayed, masyarakat perkotaan sangat terbuka terhadap perkembangan zaman dan hal-hal baru.
Inilah yang menjadi strategi bagi Sayed dalam melakukan pemasaran Local, meski banyak punya pesaing. Local punya pasarnya sendiri, yaitu masyarakat perkotaan usia muda. Lalu bagaimana Sayed merintis usahanya hingga berkembang pesat seperti sekarang ini?
Bagaimana pria berusia 30 tahun ini bisa memprediksi kalau bisnis online bisa booming dalam beberapa tahun terakhir ini. Benarkah pria yang sempat menjadi pekerja kantoran ini sempat tidak diijinkan oleh keluarganya untuk menekuni dunia usaha? Simak wawancara Bintang.com dengan Sayed Muhammad di sela-sela kesibukannya mengurusi bisnisnya.
Dari Karyawan Jadi Pengusaha
Bagaimana Anda merintis karier, benarkah diawali sebagai pegawai kantor?
Iya, awalnya saya dulu kerja di perusahaan riset dan di bank. Terakhir saya kerja di Mandiri Sekuritas sebagai product manager untuk mengembangkan proyek online trading mereka.
Apa latar pendidikan Anda?
Saya lulusan S1 Fakultas Ekonomi UI. Dari awal kuliah saya memang diminta orangtua saya supaya kerja kantoran setelah selesai kuliah. Tapi dari jaman kuliah saya sudah coba-coba punya usaha sendiri. Saya pernah nyoba bikin usaha, kalau sekarang istilahnya seperti startup. Tapi karena baru coba-coba dan cuma saya sendiri yang kerjain, jadinya terbengkalai karena sibuk mau ujian kuliah.
Apa yang membuat Anda tertarik menekuni dunia usaha atau bisnis?
Sebenarnya keluarga saya semuanya berbisnis. Karena orangtua dan suadara-saudara saya berbisnis, saya diminta nggak ikuta-ikutan. Karena itu saya kuliah di jurusan ekonomi. Tapi sebenarnya saya lebih suka bidang internet. Waktu SMA saya suka bikin situs sendiri walaupun nggak jago-jago banget kayak orang IT, hehe, tapi lumayanlah. Saya lebih tertarik ke user experience nya atau desainnya.
Setelah selesai kuliah, Anda langsung bekerja?
Iya saya bekerja dan ternyata dapat kesempatan buat lebih menekuni bidang internet. Di tahun 2010 saya dapat kesempatan bekerja di Mandiri Sekuritas. Teman saya bilang mereka mau bikin website. Rancangan saya ternyata terpilih dan disukai sama bos mereka. Waktu kerja di sana saya mulai mencari-cari ide buat berbisnis.
Lalu kapan memutuskan untuk membuka usaha sendiri?
Di tahun 2011 lagi mulai ramai jualan online terutama baju atau fashion. Saya lihat ini potensinya besar banget. Lalu waktu itu sudah banyak anak muda yang buka toko baju, mereka sudah bangga pakai brand indonesia. Supply nya banyak demand nya banyak tapi kebanyakan yang dijual offline. Dulu jualan online belum banyak gak seperti sekarang ada instagram. Dari situ saya putuskan untuk membuat local.co.id.
Bagaimana dengan pekerjaan dan keluarga?
Pada November 2011 saya meluncurkan portal yang saya dirikan bersama dua teman saya. Waktu itu masih kerja. Karena banyak permintaan dan banyak yang berminat saya akhirnya mengundurkan diri dari kerjaan di awal 2012. Orangtua akhirnya mendukung juga setelah tahu bisnis saya sudah jadi dan mulai jalan. Waktu itu usaha sudah banyak dimuat di media juga.
Apa yang jadi fokus usaha Anda?
Kita fokus sama produk-produk indonesia, terutama di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Tapi kita nggak menutup produk dari kota lain, selama masih masuk dalam traget market kita. Sejak awal positioning kita trendy dan affordable. Kita mau menampilkan produk yang trendy buat anak muda tapi terjangkau, jadi masuk kelas menengah buat usia 18 sampai 28 tahun. Fokus kita ke fashion dan lifestyle.
Kenapa melirik industri kreatif?
Potensi industri kreatif kita besar sekali. Seperti saya bilang, kita mau jadi melting pot buat industri kreatif. Jadi selain fashion ada kuliner musik, art dan lain-lainl. Makanya di tahun 2013 kita bikin banyak event. Lalu muncul localfest yang menggabungkan fashion, kuliner, musik ada art exhibition. Biasanya industri kreatif itu saling terkoneksi. Biasanya mereka yang suka fashion, juga suka film dan musik. Dengan banyak hal terkoneksi itu, kita juga pernah jadi official merchandise untuk soundraline.
Usaha Anda juga mengutamakan produk lokal?
Kita memang mengutamakan produk dan pelaku bisnis lokal. Misalnya di kuliner, jualan makanannya bisa apa saja kayak pizza atau hot dog tapi brand nya indonesia. Karena dimiliki atau dijalankan oleh orang Indonesia, berarti citarasanya sudah disesuaikan dong sama selera orang Indonesia. Kalau untuk fashion, kita memang masih banyak berkaca dari luat negeri seperti Inggris. Itu nggak masalah karena yang penting yang membuatnya orang Indonesia, karena yang kita angkat adalah orangnya.
Selain itu, apalagi bisnis yang Anda jalankan?
Di luar itu, saya mendirikan kafe Typology ini di akhir 2014. Kenapa saya bikin kafe, karena itu tadi, potensi kuliner kita masih besar. Apalagi kafe ini dekat perkantoran, jadi ini bisa jadi tempat meeting point dan semacamnya. Saya juga punya toko fashion di Kuningan City, Jakarta Selatan. Lalu ada semacam food court di Neo Soho. Konsepnya sama seperti portal local cuma lebih ke versi offline.
Menjalani Proses dan Membaca Tren
Apa proyek terbaru Anda?
Saya ada portal lain yaitu local brand asia. Ini bukan sekedar e-commerce, saya coba bikin platform untk membantu brand-brand ritel ini terhubung dengan semua e-commerce dan marketplace yang ada. Tapi sekarang market place kan banyak banget. Kalau ada produk yang nggak eksklusif pasti dia mau berjualan di banyak tempat. Tapi kalau mau ikut semuanya kan mesti diunduh satu-satu, dibukanya satu-satu. Nah, platform kita ini memudahkan semua itu. Lewat platform kita bisa terhubung dengan semuanya. Jadi kalau ada yang terjual, terintegrasi dengan semuanya. Kita kerjasama dengan beberapa marketplace, salah satunya Bukalapak.
Kenapa memakai nama Asia?
Karena kita nggak mau hanya menampilkan produk lokal, ini visinya menghubungkan lebih luas lagi. Sebentar lagi kan AFTA, jadi brand luar nggak hanya ke dalam tapi juga brand kita bisa ke luar. Visi ini memang beda dengan local brand, makanya perusahannya beda. Untuk saat ini masih brand Indonesia dulu, tapi target kita nanti akan lebih luas lagi.
Apa kiat untuk bisa menjalankan bisnis seperti Anda?
Lebih ke persistence, karena saya banyak berhubungan dengan ritel brand yang baru. Banyak dari mereka banyak yang cepat nyerah setelah sekali gagal. Padahal kan nggak ada yang instan. Memang ada yang sekali usaha langsung sukses, tapi itu kan pengecualian. Yang penting kita terus mencoba. Kita bisa belajar dari percobaan itu jadi ada improvement. Saya orang yang percaya proses, apa yang kita raih biasanya nggak jauh dari proses yang kita jalani.
Bagaimana mengatasi hambatan dan masalah?
Yang namanya hambatan pasti selalu ada, baik internal maupun eksternal. Tiap hari pasti ada masalah. Ya, pintar-pintar kita menyelesaikan dan menghadapi masalah. Salah satu kesulitan sebagai entrepreneur adalah menyelesaikan masalah. Karena mau kita sudah menyiapkan sebaik apa pun, masalah pasti akan selalu ada.
Apa tips dalam memahami atau mengetahu selera banyak orang?
Kalau itu based on research dan data. Dalam bisnis kita harus berdasarkan data, apalagi sekarang sudah eradigital jadi datanya sudah lebh terukur. Di website misalnya, kita bisa tahu berapa yang berkunjung, apa saja yang banyak dicari dan dibeli atau apa saja yang disukai orang. Jadi dengan begitu kita bisa lebih tahu apa yang kemungkinan disukai banyak orang. Jadi kita bisa lebih yakin dalam mengambil keputusan.
Apa yang membuat anak muda jadi pasar utama usaha Anda?
Pasar remaja dan kelas menengah punya potensi besar karena populasi mereka, terutama kaum menengah paling besar. Anak muda juga konsumtif banget tapi juga selalu mengikuti tren, Makanya kita harus pintar-pintar dalam membaca tren.
Ada tim khusus untuk melakukan riset?
Untuk riset, nggak ada tim tersendiri sih. Tapi saya mau tim saya bisa menganalisa dan memberi rekomendasi. Karena gak mungkin kan kita meng-handle semuanya, jadi kita harus bisa percayakan pada mereka. Kalau ada kesalahan, ya kita belajar dari kesalahan itu.
Berapa jumlah karyawan Anda sekarang ini?
Hmm, ada berapa ya. Lebih dari 50, ya sekitar 50 sampai 70, tapi belum sampai 100 lah, haha.
Siapa saja orang atau pihak yang mendukung Anda?
Dukungan pasti dari keluarga, ya mereka selalu men-support apa yang saya kerjakan. Tapi bidang usaha kita beda meski semuanya punya bisnis. Saya sendiri memulai usaha dari tabungan saya sendiri, waktu bikin local juga bertiga sama teman.