Editor Says, George Michael Tiada, Dunia Musik Makin Hampa

Henry Hens diperbarui 01 Jan 2017, 12:14 WIB

Fimela.com, Jakarta Tahun baru 2017 sudah kita masuki. Namun meninggalnya George Michael masih membawa kesedihan mendalam bagi para penikmat musik era 80 dan 90-an, termasuk saya. Sang pentolan duo Wham! dikenal sebagai salah satu legenda yang membawa influence terhadap perkembangan musik. Tak sedikit pengamat yang menyebutnya sebagai musikus jenius.

Baik di Wham! atau solo karier, lagu-lagunya sudah barang tentu dikenal oleh mereka yang berada di lini masa perkembangan musik 3 sampai 4 dekade lalu. Pemilik nama asli Georgios Kyriacos Panayiotou ini meninggal dunia dalam usia 53 tahun pada 25 Desember kemarin. Ia diduga mengalami gagal jantung tapi kabarnya menghembuskan napas terakhir dengan tenang pada pagi hari di saat Natal di rumahnya.

Kepergian George Michael kembali membuat saya merasa kehilangan seorang musisi hebat lainnya. Seorang penyanyi dan pencipta lagu legendaris. George termasuk penyanyi yang nyaris sempurna. Punya suara yang keren dan khas serta dikaruniai wajah yang rupawan. Tak banyak musisi maupun penyanyi seperti George Michael.

Pria kelahiran London, 25 Juni 1963 ini juga mampu bertransformasi dari idola remaja di era 80-an menjadi seorang legenda dunia musik. Para remaja terutama wanita di era 80-an, rasanya hampir tak ada yang tidak mengidolakannya, baik yang menyukai suaranya, lagu-lagunya maupun tampangnya. Poster George Michael banyak terpampang di kamar remaja putri di kala itu.

Penggemar wanitanya mungkin agak berkurang saat George mengakui dirinya adalah gay di tahun 1998. Tapi penggemar musik maupun vokalnya rasanya tak pernah berkurang. George tetap berkarya. Lagu-lagunya tetap disukai banyak orang. Saya sendiri mulai mengenal dan menyukai vokal George Michael waktu mendengar lagu Careless Whisper yang sangat monumental itu.

Dari lagu yang sering masuk daftar lagu wajib di tempat-tempat karaoke itu, barulah saya mengenal Wham! Lewat sebuah radio, saya kerap menyimak dan akhirnya suka sama lagu-lagu Wham! seperti Where Did Your Heart Go, Wake Me Up Before You Go-Go dan The Edge of Heaven. Video klip mereka juga bisa diakrabi melalui kaset video jadul bajakan yang bisa disewa di sejumlah rental video saat itu.

Profil dan poster mereka juga sering dimuat di beberapa majalah musik dan remaja. Di puncak popularitas Wham! sempat melakukan hal yang mustahil dilakukan saat itu, yaitu menggelar konser di China. George Michael dan Andrew Ridgeley membuat sejarah sebagai grup musik pertama dari negara Barat yang mengadakan konser di China. Uniknya, itu adalah hasil lobi manajemen Wham! yang menelikung band Queen untuk membuat konser di sana.

Sayangnya setahun setelah konser di China pada 1985, Wham! membubarkan diri saat nama mereka sedang berkibar kencang.
Meski begitu karier musik George Michael tak pernah berhenti. Saat bersolo karier, nama George justru makin berkibar. Album solo perdananya, Faith (1988) sukses besar dan jadi album terlaris George Michael setelah penjualannya mencapai 20 juta copy lebih.

Tiga lagu di album itu jadi karya masterpiece George yaitu I Want Your Sex, Faith dan One More Try. Saya masih tergiang-ngiang waktu seorang teman membawakan lagu Faith dengan gitar akustik di kelas saat jam sekolah sudah berakhir. Lagu yang simpel tapi catchy, powerful dan tak pernah bosan disimak.

2 dari 2 halaman

George Michael, Freddie Mercury dan Michael Jackson

Mungkin karena termasuk generasi 80-an dan 90-an, saya merasa sulit mendapatkan lagu seperti itu di masa sekarang ini. Apalagi penyanyi dan musisi sekaliber George Michael. Tapi itu soal selera tentunya, hanya pendapat saya pribadi. Kekaguman saya makin bertambah saat George membawakan lagu milik salah satu band favorit saya Queen, Somebody to Love.

Momen itu terjadi saat konser mengenang Freddie yaitu The Freddie Mercury Tribute Concert pada 20 April 1992 di Wembley Stadium, London. George Michael jadi salah satu bintang paling bersinar di konser megah tersebut. Ia membawakan tiga lagu milik Queen. Dibuka dengan 39, disambung dengan These Are the Days of Our Lives (berduet dengan Lisa Stansfield) dan diakhiri dengan Somebody to Love.

George berhasil menaklukkan panggung, terutama saat menyanyikan lagu Somebody to Love yang diiringi grup paduan suara dan menambah kesan megah performanya. Banyak yang menilai ‘jiwa’ Freddie Mercury hadir di malam itu lewat penampilan memukau George Michael.

Ia membuktikan kualitas vokalnya tak kalah atau malahan sejajar dengan Freddie Mercury, salah seorang penyanyi terbaik sepanjang masa. Malahan dengan sudah tiadanya Freddie, George dan Michael Jackson, maka penyanyi pria sudah makin langka. Lho, bukannya semakin banyak penyanyi pria bermunculan baik yang bersolo karir maupun vokalis band?

Tentu jumlahnya memang sangat banyak. Tapi yang sangat berbakat, extravagant dan punya kualitas vokal unik serta menjangkau nada-nada tinggi, sudah makin berkurang bahkan langka. Kualitas vokal Freddie Mercury, Michael Jackson dan George Michael memang diatas rata-rata dan punya karisma tersendiri.

Mereka juga jago membuat lagu yang enak didengar dan tak pernah bosan disimak. Rasanya memang tak pernah jenuh mendengarkan suara mereka meski sudah diputar ribuan atau bahkan jutaan kali. Beda dengan kebanyakan musik sekarang yang dibuat dengan sangat canggih dan berteknologi tinggi. Hasilnya justru seperti mendengarkan suara mesin yang datar, bukan yang datang dari jiwa dan hati yang sederhana tapi bisa menghasilkan karya yang luar biasa dan evergreen.

Secara fisik, ketiganya memang sudah tak ada lagi di dunia ini. Tapi saya mencoba menghibur diri, mereka mash bisa kita ‘temui’ di dunia maya. Lewat video dan rekaman penampilan mereka, saya bisa terus menikmati kehebatan suara dan musik mereka. Maaf saja, kualitas vokal seperti mereka bertiga sulit untuk bisa disamai atau bahkan didekati penyanyi pria di era sekarang.

Jadi, saya nikmati saja suara dan penampilan mereka di dunia maya, anggap saja mereka masih ada dan masih menghibur saya maupun penggemar lainnya. Saya sendiri sering memutar lagu George Michael yang paling saya suka, A Different Corner. Rasanya seperti membawa saya ke tempat yang indah, tenang dan menghanyutkan. Keindahan dan kualitas musik memang tak akan lekang tergerus waktu. Selamat Tahun Baru 2017.

Henry

 

Editor kanal Feed