Fimela.com, Jakarta Mama, kata yang entah kapan pertama kali saya ucapkan ketika baru bisa bicara. Mama. Begitu panggilan untuk sosok luar biasa dalam hidup saya. Mama. Pribadi pemberani, berjiwa besar dan penyabar. Mama. Kau pelita di tengah kelamnya dunia. Mama, kaulah segalanya.
Seolah tidak habis kata mengungkapkan kekaguman untuk perempuan hebat yang melahirkan saya. Begitu pula curahan cinta, kasih sayang dan doa dari mama yang selalu menyertai kemanapun langkah saya pergi. Ya, meski kita terpisah ribuan kilometer.
Saya memutuskan untuk merantau ke ibukota dan ia pun menyetujuinya. Sempat saya berpikir, jika saya menjadi seorang mama kelak, belum tentu saya dapat menjadi mama yang hebat untuk buah hati.
Terlepas dari sederet pujian saya untuk mama, mama tetaplah mama. Ia galak pada waktunya, memberi nasihat tiada henti, atau bertingkah lucu yang kerap membuat rindu.
Banyak ibu dan anak yang memiliki kedekatan yang teramat sangat, tidak terkecuali saya dan mama. Tidak hanya berperan sebagai ibu, mama juga layaknya sahabat, sandaran paling nyaman untuk curhat berbagai hal dan bertukar pikiran.
Menulis rangkaian kata-kata ini membuat saya merindukan mama. Mama yang menggemaskan, imut, bawel, lucu dan terpenting, mama yang paling mengerti.
Sayang Mama
Pernahkah kamu menyadari perjuangan ibu untuk kesehatan, pendidikan hingga masa depanmu? Tetapi di satu sisi, kamu tidak menjaga dan mengupayakan yang terbaik? Atau meluangkan sedikit waktu untuk bertanya kabar dan kesehatannya?
Berada di titik ini, terkadang saya kerap merasa menyesal dengan yang telah terjadi di belakang. Namun, apalah arti sebuah penyesalan. Meski terselip rasa itu tentunya tidak mengurangi cinta dan kasih saya untuk mama.
Sehari menjelang peringatan hari ibu, kian menumpuk rasa rindu kepada mama. Pikiran pun terlempar kepada memori-memori indah ketika menghabiskan waktu bersama sebelum merantau dan bekerja di ibukota.
Merindu hangatnya dipeluk ketika patah hati karena laki-laki, merindu masakan favorit buatan mama, merindu celotehan lucunya, merindu teriakan untuk membersihkan rumah hingga gertakan hanya untuk menyuruh mandi. Ah, sangat merindu.
Curahan hati anak rantau yang merindu ibu mungkin terdengar hanya begitu-begitu saja. Tetapi sungguh, melewati masa di mana bisa mendengarkan suara mama melalui telepon, itu tidak mudah, kawan.
Sekali lagi, rangkaian kata-kata di tulisan ini saya persembahkan untuk perempuan hebat yang saya sebut, mama. Selamat hari ibu, mama. Maaf untuk segala salah dan kurang, terima kasih untuk perjuangan, tangis dan air mata selama ini. Mama yang terbaik. Satu lagi, kakak sayang mama.
Editor Kanal Film Bintang.com,
Putu Elmira