Eksklusif, Atiek CB Akui Horny Setiap Melihat Musisi Keren

Riswinanti diperbarui 14 Des 2016, 08:07 WIB

Fimela.com, Jakarta Musik sepertinya memang telah mendarah daging dalam jiwa penyanyi senior Atiek CB. Bahkan, dia mengaku ‘horny’ saat melihat musisi-musisi yang kharismatik. Lalu seperti apa kriteria musisi yang membuat Atiek CB jatuh cinta?

***

Nama Atiek CB tentunya tidak asing lagi di telinga kita. Walau kini telah menjadi warga negara Amerika Serikat, namun lagu-lagunya yang booming di era 1980-1990an membuatnya dianggap sebagai salah satu legend yang karyanya selalu ditunggu. Kecintaannnya pada dunia musik jugalah yang mendorong sang bintang untuk merilis album Terbaik dari Aku beberapa waktu lalu.

Namun kecintaan Atiek CB pada dunia musik memang tidak main-main. Bukan hanya membuatnya tak ingin berhenti berkarya, namun dia juga mengaku tergila-gila setiap kali melihat musisi yang menurutnya punya kualitas dan kharisma luar biasa.

If I have chances, mungkin saya sudah menikah beberapa kali. I know, I was crazy about musician. Aku ga bisa tahan. Very good musician always makes me horny. Those super talented and smart musician. Tapi kalau musisi yang biasa-biasa aja enggak. Dia harus berkharisma, brillian, pokoknya extraordinary,” ungkapnya.

Sayangnya, walau sangat mencintai dunia musik, wanita kelahiran Kediri, 25 Mei 1963 ini mengakui bahwa musik zaman sekarang membuatnya sedikit merasa kesulitan. Kesulitan itu benar-benar dirasakannya saat menggelar konser pada 18 November 2016 lalu, di mana semuanya harus serba digital.

Meski demikian, perubahan zaman tentunya tidak membuat Atiek CB menyerah pada musik. Setiap generasi punya masanya sendiri, dan dia masih sangat menikmati keberadaannya sebagai oldschool singer. Lalu bagaimana Atiek memandang dunia musik yang kini serba mengandalkan teknologi? Berikut petikan wawancaranya.

2 dari 3 halaman

Selalu Pacari Musisi

Eksklusif Atiek CB (Fotografer: Bambang E Ros, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Musik nyatanya telah mempengaruhi pandangan Atiek CB soal personality seseorang. Menurutnya, ada beberapa musisi yang memiliki karakter luar biasa, sehingga membuatnya merasa horny.

Menikah dengan bule, gimana serunya?

Waktu datang ke Indonesia dia bukan ekspatriat, just tourist yang kerja sambilan ngajar bahasa Inggris. Yah untuk survive, it’s normal. Awalnya bayanganku dia gimana, gitu. Banyak uang. Tapi aku ga gitu orangnya, dari dulu idealis. I only fall in love with somebody because of their charisma. Because of intellegency, because of personality. Aku dating a guy rata-rata musisi. Because I thought they were sexy.

Apakah di Amerika mbak Atiek juga bermusik bareng suami?

Enggak. But if I have chances, mungkin saya sudah menikah beberapa kali. I know, I was crazy about musician. Aku ga bisa tahan. Very good musician always makes me horny. Those super talented and smart musician. Tapi kalau musisi yang biasa-biasa aja enggak. Dia harus berkharisma, brillian, pokoknya extraordinary.

Siapa misalnya musisi yang masuk kriteria?

Kalau di Indonesia jangan disebutin, udah pada punya istri, kasihan. Aku pengen ngedate with guy like frontman of Radiohead, Tom York, Dave Grohl, banyak lah. Aku gak ngefans sama Coldplay. I like music which is unusual, especially album which is hard to digest. Aku senang kalau bisa date Lenny Kravitz.

Kenapa tidak suka Coldplay?

Their music is all the same. Bagus sih tapi aku lebih suka U2. Aku satu kali lihat U2. Kalau aku lebih ke musisinya. Robert Plant yang tua itu juga keren, Pieter Gabriel juga.

Bagaimana dengan musisi muda?

Bruno Mars suka personality-nya. Tapi kalau yang baru aku ga banyak tahu. Selama ini aku selalu lihat detail of their lyric and music. Kalau yang biasa aja ga suka. Aku suka yang kompleks dan complicated.

3 dari 3 halaman

Musik Zaman Sekarang = Kapitalisme

Eksklusif Atiek CB (Fotografer: Bambang E Ros, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Mengaku menyukai musik yang kompleks, Atiek CB pun mengungkapkan pendapatnya tentang musik EDM. Selain itu dia juga memberikan pendapatnya tentang musik zaman sekarang yang cenderung kapitalis.

Suka musik yang kompleks, bagaimana dengan musik EDM?

I think it’s genius. Mungkin aku bisa jatuh cinta juga pada musik EDM. Tapi tentunya tidak dengan usia yang sekarang. Kalau usiaku lebih muda, maybe I will crazy with it.

Apa ada niat untuk menekuni EDM?

If i have opportunity to sing the kind of song ya (mungkin akan belajar). Kalau dance music seperti itu, aku pengen kaya lagunya Rihanna yang ‘This is What you Came For. I think it’s gonna different, gonna be trend. Tapi orang Indonesia kayanya ga terlalu ke situ. Orang Indonesia lebih suka musik real. Kalau lebih banyak menggunakan teknologi, jadi kaya no soul, mereka hanya playing the sound. Suara pas-pasan kalau pakai teknologi bisa bagus. Zaman sekarang I think you don’t need skill, ga kaya dulu.

Menurut mbak Atiek apakah ini sebuah degradasi?

Every generation have their moment. I don’t blame, disagree, or against that. Tapi kalau aku lebih senang old school music. Kalau musisi sekarang kan lebih instan, dan lebih cenderung ke capitalism. Musik sudah jadi produk kapitalisme. Seperti barang lain, kapitalisme mendorong kalian memproduksi sesuatu dengan cepat dan nonstop. Ga bisa ketinggalan. Karena itu tadi musik sudah jadi industri, bukan lagi sebagai art yang kita bisa appreciate. Musik kaya lebih jadi budaya consumerism, kaya baju dan makanan. Aku ga setujunya di situ. Tapi itu progress zaman yang ga bisa kita hindari.

Lalu bagaimana mbak Atiek menyesuaikan diri dengan itu?

Majunya teknologi membuat semua makin berkembang. Just accept it. Cuma untuk orang seumuranku ya seperti keteteran untuk bisa listen to them. Itu aja udah kaya ga masuk. Anakku bisa, tapi aku ga bisa. Kecuali kalau itu masih mix dengan old school music.

Sepenting apa media sosial bagi dunia musik?

Memang aku sekarang sadar kalau dengan aku tetep bertahan dengan kehidupan sekarang, trend itu membuatku banyak mengalami kesulitan. Kayak kemarin punya konser, aku ga punya media untuk share with people. Waktu aku di sini aku merasa, I live in different way. Dulu kalau mau konser, promotor hubungi aku, konser tanggal berapa, saya sampai di sana tanggal berapa, just give me ticket, I signed the contract. Tapi kalau sekarang kan macem-macem, terlalu banyak demand. Kemarin sempat mikir bahwa this is not my time anymore, aku frustasi, aku zero knowledge in this environment.

Lalu gimana caranya mengatasinya?

I mean, they know what kind of singer I am, they know exactly who I am. So because I don’t want to force myself to be somebody else just because to be exist. I am not that kind of person. Ya udah Pertama aku nervous gimana kalau aku ga bisa please people tak bisa membuat orang senang. Tapi akhirnya kembali pada di diri sendiri, saya datang ke sini, punya konser, bukan untuk jadi orang lain. Karena penggemarku pasti tahu lagu-laguku pasti mereka masih suka dan denger sampai sekarang. Makanya aku prepare seadanya aja. I just show my personality. Saya tahu saya bisa deliver my song to listeners, to touch their heart. They feel what I feel, that’s my goal.

Perkembangan zaman nyatanya tak membuat Atiek CB menyerah untuk bermusik. Dia masih tetap berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan, namun tanpa mengubah personality dan gayanya.