Fimela.com, Jakarta Rasanya cukup dimaklumi bila seseorang mengeluarkan kata kasar saat mereka tengah emosi. Seperti kata ‘bodoh’ yang diucapkan ketika tengah kesal atau tak suka dengan apa yang dikerjakan oleh orang lain. Tapi bagaimana dengan orang-orang yang memang suka menyebut orang lain bodoh, apakah harus dimaklumi?
Jangan balik mengatainya karena kamu tidak akan terlihat lebih pintar hanya karena menyebut orang lain bodoh. Sebelum menyebut orang lain bodoh ada baiknya kamu memikirkan siapa diri kamu? “Kita siapa sih sampai bisa bilang bahwa orang lain itu bodoh? “
Sudahkah kita sepintar Albert Einstein atau sesukses orang yang dinobatkan terkaya di dunia ini, Bill Gates sampai dengan mudahnya menyebut orang lain bodoh? Padahal belum tentu mereka berdua juga suka ngatain orang bodoh, kan? Sebelum menghakimi atau menilai seseorang itu buruk ada beberapa hal yang terlebih dahulu harus kamu pikirkan.
Pertama, setiap orang memiliki keahlian yang berbeda-beda. Bisa jadi kamu memang pintar matematika, dan orang yang kamu anggap bodoh itu memang lebih pintar bahasa Inggris-nya dibandingkan kamu. Tidakkah lebih baik jika kamu mengajarkannya matematika dan dia mengajarkanmu bahasa Inggris daripada kamu malah meneriaki kelemahannya?
Kedua, ada saatnya kamu akan mendapatkan giliran. Entah di dunia kerja atau dilingkungan kampus, kamu pasti akan menemukan orang-orang yang sombong, egois, ataupun keras kepala. Bisa jadi hari ini kamu telah membuat orang lain merasa malu dengan ucapannya, tapi hari esok tak ada yang pernah tahu, mungkin giliran kamu? Ingat, kata-kata bisa lebih tajam daripada pedang.
Ketiga, belajarlah untuk bersikap lebih dewasa dalam memandang sebuah masalah. Jangan mengukur kedewasaan seseorang hanya berdasarkan pada usianya, cobalah lihat sikap dan perilakunya, begitupun juga dengan kamu. Kalau tidak mau dihakimi atau dinilai buruk oleh seseorang, maka kamu juga harus belajar melihat sesuatu secara objektif dan jangan pernah memandang orang lain dengan sebelah mata.