Mengenang Kehidupan Drs Suyadi, Pencipta Si Unyil

Regina Novanda diperbarui 28 Nov 2016, 08:49 WIB

Fimela.com, Jakarta Mendengar nama Drs Suyadi, mungkin masih terasa asing. Namun, bagaimana dengan Pak Raden dalam serial Si Unyil? Tentu sudah melekat bukan? Ya, pribadi cerdas di balik karakter tegas Pak Raden itu adalah Drs Suyadi.

Satu tahun lalu, Suyadi menghembuskan napas terakhirnya dalam usia 82 tahun. Suyadi meninggal akibat infeksi pada paru-paru sebelah kanan di Rumah Sakit Pelni, Petamburan, Jakarta Barat, Jumat (30/10/2015), pukul 22.20 WIB.

Meski raganya telah tiada, namun karya-karya Suyadi masih terkenang hingga kini. Untuk mengapresiasinya, Google Doodle hari ini (28/11/2016) pun menampilkan jejeran boneka karya Suyadi dalam serial Si Unyil, yang di mana bertepatan dengan hari lahir sang kreator.

Suyadi lahir pada 28 November 1932 silam di Puger, Jember, Jawa Timur. Suyadi adalah putra patih Surabaya di zaman Belanda, Sabekti Wirjokoesoemo. Ia anak ketujuh dari sembilan bersaudra. Masa kecil Suyadi dihabiskan dengan menyaksikan film-film garapan Walt Disney dan mengasah kemampuan melukisnya.

Hingga akhirnya, takdir mengantarkan Suyadi ke Jurusan Seni Rupa di Institut Teknologi Bandung (ITB). Usai sukses meraih gelar doktorandus (Drs), Suyadi kemudian terbang Perancis untuk belajar tentang perfilman di studio Perancis, Les Cineastes Associes dan di Les Films Martin Boschet selama tiga tahun.

Seiring berjalannya waktu, Suyadi menciptakan serial boneka Si Unyil yang kemudian diproduksi oleh Perum Produksi Film Negara (PPFN) yang tayang setiap Minggu pagi di TVRI dimulai sejak 5 April 1981 sampai 1993. Sayangnya, Suyadi dan PPFN sempat berseteru soal hak cipta. Namun, pada 15 April 2014, kedua belah pihak menjalin bersepatakan atas dasar kesadaran ingin kembali menghadirkan karakter Si Unyil pada kehidupan anak-anak Indonesia, baik saat itu mau di masa depan.

Melegendanya Si Unyil dan Pak Raden nyatanya tak membuat kehidupan finansial hari tua Suyadi mencukupi. Sebelum tinggal di Petamburan, Jakarta Barat, ia sempat mengontrak di sebuah rumah di Jalan Kebon Nanas I/22, Jakarta Timur. Tak ada barang mewah di sana, hanya ada televi 14 inci. Ruang tamu, ruang makan, dan kamar disesaki lukisan, sketsa, boneka, buku-buku, hingga kucing.

Kala kepergian Drs Suyadi alias Pak Raden setahun lalu, psikolog anak Seto Mulyadi meminta kepada Kementerian Kebudayaan untuk menghargai jasa Pak Raden sebagai tokoh budaya. Sebuah LSM Saya Indonesia, juga mendesak agar Menteri Sosial memberi gelar Pahlawan Budaya kepada Pak Raden sebagai penghargaan atas jasanya mendidik bangsa.