Fimela.com, Jakarta Sebuah keputusan besar diambil Morgan Oey pada medio 2013 silam. Kala itu, Morgan memberanikan diri untuk hengkang dari boyband yang telah membesarkan namanya di jagat hiburan Tanah Air, SM*SH. Praktis, kebersamaan Morgan dengan SM*SH tercatat hanya kurang dari tiga tahun saja.
***
Tentunya bukan perkara mudah untuk pria kelahiran Singkawang, 25 Mei 1990 ini berpijak tanpa embel-embel nama besar SM*SH. Butuh waktu berbulan-bulan untuknya bermetamorfosa dari image anak boyband menjadi seorang Morgan Oey. Langkahnya untuk menyeriusi bidang seni peran pun nyatanya membuahkan hasil.
Dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun, Morgan sudah berhasil membintangi sejumlah film layar lebar. Tak sampai di situ, pemilik nama lahir Handi Morgan Winata ini juga berkesempatan adu akting dengan deretan aktris dan aktor papan atas, hingga dirinya dinobatkan sebagai Aktor Pemeran Pendatang Baru Terpilih Piala Maya 2015.
Rupanya, metamorfosa Morgan tak hanya dalam karier keartisannya saja, tapi juga percintaan. Selama ini, Morgan memang jarang atau nyaris tak pernah dikabarkan dekat dengan seorang perempuan dari kalangan artis. Morgan pun buka suara.
"Dulu sudah pernah (pacaran) dan ternyata keteteran. Saya nggak mau ada drama-drama yang gimana. Mending sekarang saya anggap semua teman dulu. Saya bersyukur sih menekuni akting, jadi tahu karakter orang. Pas dekat sama orang yang udah mulai agak drama, yaudah teman aja. Perjalanan saya masih panjang, saya masih butuh banyak belajar," ungkap Morgan Oey.
Lantas, seperti apa cerita metamorfosa Morgan Oey dalam kariernya? Apa alasan Morgan masih betah melajang hingga sekarang? Simak hasil wawancara eksklusif bersama Morgan Oey di kantor Bintang.com, Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis (24/11/2016).
Metamorfosa karier Morgan Oey
Layaknya kupu-kupu, Morgan Oey pun butuh waktu untuk bermetamorfosa dalam kariernya. Komitmen. Setidaknya hal itu yang selalu dipegang Morgan dalam langkahnya di industri hiburan Tanah Air. Tanpa komitmen yang tinggi, kata Morgan, semua akan berujung sia-sia.
Bisa ceritakan awal merintis karier di dunia entertaiment?
Nggak pernah terencana. Semua terjadi begitu saja. Ya, saya bersyukur saja. Ada segelintir orang yang percaya dengan saya dari model, SMA*SH hingga sekarang sendiri. Jujur saya orangnya itu let it flow, nggak pernah terlalu ambisius. Lebih ngikutin arus, nggak pernah ekspetasi apa-apa.
Bagaimana metamorfosa dari boyband ke solo karier dan memilih akting?
It's been a amazing part and journey yang selama ini nggak pernah terpikirkan. Sebenarnya ketika masih di boyband sempat kepikiran ingin mencoba untuk eksplor lagi di bidang lain. Kalau nyanyi udah banyak ngerasain pengalaman dengan SMA*SH dari bayaran cuma 50 ribu sampai sekelas penyanyi papan atas. Saat membintangi TV Series bareng SMA*SH di situ saya ngerasa ada calling. Dan saya mulai enjoy. Tiap ada manggung di luar saya selalu nunggu untuk kembali ke lokasi syuting.
Jatuh bangunnya awal merintis karier solo?
Jatuh bangun sih nggak. Lebih ke diri saya sendiri. Apa yang sebenarnya ingin saya cari. Saya masih muda dan nggak ingin menyia-nyiakan waktu. Saya tahu Tuhan ngasih saya talenta lain yang mungkin bisa saya salurkan di platform yang berbeda, bukan cuma nyanyi aja. Ketika keluar, saya sempet off beberapa bulan dan balik ke kampung halaman. Saya kemudian balik ke keluarga, ngobrol, sharing lah. Mereka banyak ngasih visi. Layaknya orangtua, mereka ingin yang terbaik, ingin anaknya sukses dengan kemampuannya sendiri. Pengen lihat anaknya bahagia. Saya mulai ketemu banyak orang yang spiritualis, saya banyak belajar hidup di fase itu. Istilahnya, saya sudah membahagiakan banyak orang, tapi lebih penting membahagiakan diri sendiri.
Tanggapan orang sekitar kala memutuskan solo karier?
Orangtua dan orang-orang sekitar sangat mendukung. Pesan mereka hanya saya harus komitmen, nggak boleh setengah-tengah. Karena sudah berani keluar comfort zone, sayang aja kalau setengah-tengah. Mereka mendukung secara mental. Support system saya keluarga, sih.
Apa yang membuat jatuh cinta dengan akting?
Dari akting saya belajar hidup. Saya bisa memandang masalah dari perspektif berbeda. Akting juga sebagai salah satu media untuk rilis trauma, kejadian yang nggak enak dalam hidup kita, bisa berbagi. Bukan bermaksud inspiratif. Karena kita memerankan karakter yang punya pesan yang ingin disampaikan. Itu yang saya tertarik untuk belajar dan eksplor di situ.
Baru terjun ke akting, tapi langsung berkesempatan adu akting dengan nama-nama besar. Bagaimana perasaannya?
Itu salah satu rasa bersyukur saya. Dari situ saya semakin getol buat belajar akting lebih baik lagi. Nggak pernah diprediksi bisa dikasih kepercayaan sedemikian ini.
Pindah haluan ke dunia akting, takut disebut aji mumpung?
Nggak, sih. Saat melakukan konferensi pers pas keluar dari SM*SH, saya udah bilang dari awal, saya nggak akan manfaatkan nama besar SM*SH untuk kepentingan saya, untuk karier saya. Karena saya ingin berusaha sendiri walaupun nggak dipungkiri, orang kenal saya itu dari SM*SH. Tapi karena etika kita baik, nggak pengen aji mumpung, so far semua berjalanan sesuai lah. Karena niat positif.
Arti penghargaan di mata Morgan seperti apa?
Sudah saya rasakan dari dulu ketika masih bersama SM*SH. Hampir setiap penghargaan bawa pulang piala. Itu tanggung jawabnya luar biasa. Saat itu kita kerja kerasnya luar biasa juga, on air - off air. Nah, jadi bersyukur banget sudah dapat pondasi. Jadi saya simpulkan, penghargaan adalah bonus. Apresiasi dari orang-orang atas kerja keras kita selama ini. Tapi apresiasi yang paling saya tunggu itu apresiasi dari orang setelah nonton film saya, itu yang nggak bisa terbayar.
Ingin mengembangkan karier ke balik layar?
Nggak menutup kemungkinan, tapi sekarang masih jauh. Nanti pas umur saya sudah mencukupi, dari segi emosional dan finansial. Mungkin saja bisa. Sekarang masih enjoy di depan layar. Tapi sambil lihat-lihat juga. Saya senang banget karena di setiap project menemukan ilmu baru.
Tentang Cinta dan Pernikahan
Di usia yang sudah menginjak 26 tahun, Morgan Oey masih betah melajang. Seperti pria umumnya, Morgan pun ingin memiliki partner untuk berbagi keluh dan kesah. Namun, semua itu kini masih daftar rencananya. Ya, Morgan memilih untuk tetap single demi bisa leluasa membangun karier solonya yang masih seumur jagung.
Saat ini sudah punya kekasih?
Belum. Kepikiran (pacar) pasti. Namanya sebagai pria pasti ada satu masa yang pengen yang ada dikelonin. Tapi balik lagi ke prioritas hidup sekarang yaitu karier. Jadi saya merasa itu (punya pacar) masih prioritas ke berapa lah, belum jadi yang utama.
Sudah ada target nikah umur berapa?
Belum. Mungkin target nikah umur 30-an kali ya. Sekarang masih muda. Nggak pernah kepikiran dari dulu buat nikah muda.
Tipe perempuan idaman?
Yang penting baik, itu udah standard banget ya. Baik versi kita. Hormat dan sayang sama orangtua itu adalah poin penting. Bisa masak juga penting karena saya suka makan.
Inginnya kalangan artis atau gimana?
Belum bisa ngomong sekarang. Saya serahin semuanya ke Tuhan. Saya percaya kalau jodoh sudah diatur sama yang di Atas. Nanti kan ada masa penjajakan juga, we will see. Saya nggak mengotak-ngotakan ingin di kalangan apa. Namanya cinta nggak punya alasan, kan?
Kenapa nyaman dengan status single?
Karena kerja sendiri itu tanggung jawabnya lebih besar. Banyak yang harus saya pikirin. Dulu sudah pernah (pacaran) dan ternyata keteteran. Saya nggak mau ada drama-drama yang gimana. Mending sekarang saya anggap semua teman dulu. Saya bersyukur sih menekuni akting, jadi tau karakter orang. Pas dekat sama orang yang udah mulai agak drama, yaudah teman aja. Perjalanan saya masih panjang lah, saya masih butuh banyak belajar.
Tanggapan orangtua gimana?
Mereka woles (santai) aja. Nggak minta buru-buru juga. Kemarin ketemu teman-teman SMA yang udah punya anak, ya I love kids. Tapi saya sadar, nanti ada momennya saya untuk ke sana. Tapi untuk sekarang, berjuang sendiri tuh beda sama ramai-ramai. Bagus atau jelek kita rasain sendiri.
Pernikahan itu seperti apa di mata Morgan?
Pernikahan itu adalah step lebih dari pacaran. Saya percaya kalau sejoli memutuskan untuk berpasangan, berarti mereka sudah menemukan kecocokan satu sama lain. Mau belajar saling mengerti, komitmen. Pernikahan itu masih disakralkan satu kali di keluarga saya, di Indonesia juga gitu kan. Yang penting komitmen.
Tertarik untuk menekuni dunia bisnis?
Untuk sekarang belum.
Di media sosial, Morgan kerap unggah foto panorama. Apakah gemar bidang fotografi?
Saya suka foto-foto. Tapi nggak terlalu serius. Jadi mengabadikan momen lewat handphone yang saya anggap menarik dan woth it untuk diposting.
Ingin dikenal sebagai apa?
Saya balikin lagi ke masyarakat. Khususnya penggemar saya. Apalah artinya sebuah sebutan, yang penting saya ingin mereka tahu saya mengerjakan sesuatu selalu serius dan yang terbaik. Yang penting positif.
Harapan untuk karier ke depan?
Nggak muluk-muluk, semoga saya bisa terus berkarya dan inspirasi postif untuk orang-orang sekeliling saya. Itu sudah cukup sih. Lihat mereka tersenyum dengan karya kita udah bahagia banget.
Morgan Oey berhasil menggali bakatnya di bidang akting. Pun demikian dirinya berjanji tak akan meninggalkan musik yang telah melambungkan namanya selama ini. Membahagiakan orang lewat sebuah karya adalah asa sederhana dari seorang Morgan Oey, entah sebagai penyanyi atau aktor. Sukses selalu Morgan Oey!