Fimela.com, Jakarta Belakangan, black friday santer terdengar. Meski jadi perbincangan banyak orang, mungkin tetap ada yang bertanya, apa itu black friday? Dikutip dari theblackfriday.com, istilah ini merujuk pada hari setelah perayaan Thanksgiving.
Entah bermula sejak kapan, waktu ini jadi saat tak resmi untuk memulai musim belanja liburan. Tak heran kalau banyak toko-toko di mana perayaan Thanskgiving kerap diperingati menggelar diskon besar-besaran. Alhasil, 'banjir' manusia pun terlihat di banyak pusat perbelanjaan.
Termasuk dalam 'tradisi' yang tak terlalu populer di Indonesia karena Thanksgiving jarang 'dikhawatirkan', pertanyaan selanjutnya yang mungkin mengawang adalah mengapa pula dinamakan demikian? Berdasarkan laporan nytimes.com, ungkapan ini tercetus dari pemilik toko.
Karena ramainya pengunjung, profit yang didapat pun otomatis naik tajam. Sehingga, pembukuan pendapatan pada hari itu mengesampingkan tinta merah tanda kerugian untuk diganti dengan yang berwarna hitam. Tradisi ini bahkan hidup di software akuntansi modern.
Telah berlangsung kemarin, Jumat (25/11), black friday tahun ini, seperti dimuat Mirror, masih tercatat begitu menyesakkan dengan banyaknya penawaran dan antrean di sejumlah toko, bahkan sebelum buka. Dengan euforia yang sedemikian rupa, kamu tertarik ikut black friday tahun depan?