Fimela.com, Jakarta Terpilihnya Donald Trump menjadi presiden Amerika Serikat (AS) ke-45 memang mengundang sejumlah komentar miring. Banyak yang mempertanyakan tentang penghormatan bagi norma demokrasi di dalam negeri.
Hal itu membuat Presiden Barack Obama mengangkat masalah demokrasi dan meminta para pemimpin dunia untuk memberi kesempatan pada penggantinya itu. Seperti dilansir dari antatranews, Obama berpendapat kalau demokrasi dan pembangunan berjalan berdampingan, dan bahwa pemerintahan otoriter pada akhirnya akan gagal.
Obama sendiri baru saja berkunjung ke Peru untuk menghadiri konferensi tingkat tinggi pemimpin Asia-Pasifik, yang merupakan kunjungan luar negeri terakhirnya. Dia menghadapi rentetan pertanyaan tentang Trump, yang janji kampanyenya mengancam akan mencabut komitmen AS selama puluhan tahun kepada NATO dan kewajiban pertahanan di Asia.
Trump juga menentang kesepakatan perdagangan 12 negara Pasifik dan didukung oleh sejumlah sekutu utama seperti Jepang. Meski begitu, Obama mengaku tidak yakin kalau Trump akan mewujudkan semua janji dalam kampanyenya.
Bisa saja hal itu hanya sekedar untuk menarik perhatian para calon pemilihnya saat itu. Di sisi lain, Obama juga tidak bisa menjamin kalau Donald Trump tidak akan mewujudkan semua janjinya selama kampanye Pemilu Presiden lalu.
Namun Obama yakin realitas yang ada di Gedung Putih akan memaksa Trump untuk menaksir kembali bagaimana dia mengadopsi pendekatan-pendekatan terhadap banyak isu. Barrack Obama menyatakan orang-orang harus menunggu lebih dahulu pendekatan Donald Trump yang saat ini sedang menyusun kabinetnya.