Fimela.com, Jakarta Kabar mengejutkan tersiar soal meninggalnya Monohara. Adalah sebuah media online yang menyebarkan kabar duka ini. Berita duka ini terbesar begitu cepat hingga menjadi perbincangan banyak orang. Ternyata semuanya tidak benar atau hoax kata anak zaman sekarang. Apa salah Mano --begitu ia biasa disapa-- sehingga harus diwartakan sekejam ini?
***
Kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini membuat begitu mudahnya orang menyebarkan sebuah kabar. Hanya dengan menekan satu tombol; enter atau OK atau tombol sent, terkirimlah sebuah kabar pada ratusan bahkan ribuan orang dalam waktu yang hampir bersamaan. Ketika penerima pesan tadi melakukan hal yang sama alias kirim ulang penerima pesan berlipat ganda ratusan bahkan ribuan kali jumlahnya. Tak heran kalau sesuatu yang terjadi di sebuah tempat langsung dengan cepat bisa diketahui oleh orang yang jaraknya ratusan mil.
Ketika kabar yang disiarkan adalah sesuatu yang positif atau kebaikan, dampaknya tentu akan berguna. Tapi jangan tanya jika kabar yang disebarkan adalah sesuatu yang tak berguna. Atau bahkan menghasut sekelompok orang, petaka yang akan terjadi jika banyak orang yang terhasut oleh kabar tak benar yang disiarkan secara berantai itu.
Karena itu pikirkan terlebih dahulu sebelum menyebarkan kembali sebuah kabar. Apakah kabar yang di-broadcast melalui telepon pintar kita akan membuat orang happy atau sebaliknya. Apakah dengan pesan yang kita sebarkan itu membuat kedamaian atau malah kekacauan yang akan muncul.
Berita kematian Manohara disiarkan pertama kali oleh sebuah situs yang bernama Media Informasi. Dari sini kabar meninggalnya Manohara langsung menyebar dan menjadi viral di dunia maya. Karuan saja pihak keluarga, terutama sang bunda; Daisy Fajarina kewalahan karenanya. Telepon genggamnya nyaris tak berhenti berdering. Kerabat, sahabat dan relasi ingin mendengarkan penjelasan langsung soal kabar Manohara yang diwartakan meninggal dunia.
Daisy meminta kepada semua pihak untuk tidak termakan oleh berita yang tidak benar. "Tolong jangan mudah percaya dengan berita-berita tidak benar itu. Silahkan konfirmasi dulu kepada yang berkompeten dalam hal ini keluarga kalau mendengar kabar seperti ini. Apa salah anak saya sampai harus diberitakan seperti ini," lanjutnya.
Bukan Hanya Kali Ini
Bukan hanya kali ini ada kabar soal figur publik yang diwartakan tutup usia. Belum lama berselang politis Sutan Bhatoegana juga diberitakan menghadap Sang Maha Kuasa. Padahal yang bersangkutan tidak meninggal dunia. Politisi dari Partai Demokrat itu memang terbaring di rumah sakit karena kanker hati yang diidapnya. Ternyata hari ini, Sutan Bhatoegana benar-benar menghadap Sang Khalik.
Dari kalangan selebriti sudah banyak artis yang juga diberitakan meninggal, padahal yang bersangkutan sehat wal afiat. Mereka antara lain Julia Perez, Iwan Fals, Ariel Noah, Limbad, Fathin Sidqiyah, Rhoma Irama dan Dede Yusuf. Dua nama terakhir diberitakan meninggal karena ada orang yang namanya sama dengan nama pesohor itu.
Semua berawal dari pesan yang tersiar melalui dunia maya; internet dan telepon pintar. Begitu mudahnya orang menyebarkan sebuah informasi; seperti kabar seseorang meninggal dunia kepada rekan, sahabat atau koleganya yang terdaftar dalam kontak list telepon genggamnya. Atau menyiarkan melalui laman media sosial. Dalam waktu tak lama berita tersebut sudah tersiar ke mana-mana.
Sebenarnya kaidah dasar dalam dunia jurnalistik untuk mengatasi hal ini adalah cek dan ricek. Cek kembali informasi yang kita terima apakah sudah benar. Setelah yakin berita itu benar barulah disiarkan. Pakem yang terjadi di dunia jurnalistik ini bisa diadopsi untuk semua orang. Ketika menerima berita harus teliti sebelum menyebarkan kepada teman atau sahabat.
Edy Suherli,
Wakil Redaktur Pekaksana Bintang.com