Berita Hari Ini: Aplikasi Pungli, Parkiran, Energi

Ega Maharni diperbarui 18 Nov 2016, 17:28 WIB

Fimela.com, Jakarta Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Muhamad Nasir meluncurkan aplikasi "Cegah Pungli" yang dikembangkan Pusat Studi Kebijakan dan Anti Korupsi (PUKAT) Universitas Negeri Gorontalo untuk lingkungan setempat.

Nasir di Gorontalo, Kamis menegaskan, pihaknya tidak akan main-main dengan pungli atau pungutan liar di lingkungan kementeriannya, termasuk perguruan tinggi seperti Universitas Negeri Gorontalo (UNG).

"Sesuai penegasan Presiden Jokowi, kita harus segera membasmi pungli yang telah menggejala di seluruh elemen," katanya.

PUKAT UNG mengembangkan aplikasi Cegah Pungli sebagai komitmen terhadap pemberantasan korupsi di lingkungan perguruan tinggi di Gorontalo. Direktur PUKAT UNG Funco Tanipu mengatakan pungli biasanya mulai dari hal-hal kecil hingga paling besar. Artikel selengkapnya di sini

Berawal dari pengalaman mendapati mobil tetangga selalu parkir di depan rumahnya meski sudah ditempel pesan larangan, Hatta Afkar tertarik membuat aplikasi Parkiran.

“Dia parkir di depan rumah saya karena bisa dilihat dari rumahnya,” kata Hatta saat dijumpai di Tech in Asia Jakarta 2016, Kamis (17/11).

Dari kasus tersebut, ia melihat masalah parkir, terutama di ibu kota, bukan hanya tentang terbatasnya ketersediaan lahan namun juga jaminan keamanan kendaraan.

Ia dan beberapa orang timnya lalu mengembangkan “Parkiran” untuk memesan tempat parkir ketika hendak bepergian ke suatu tempat.

Tempat parkir yang mereka sediakan tidak berada di gedung atau pusat perbelanjaan, melainkan di lahan biasa atau rumah warga, baik untuk kendaraan pribadi seperti motor dan mobil maupun kendaraan besar truk dan bis. Lanjutan artikelnya bisa baca di sini.

Pertumbuhan konsumsi energi di Indonesia terbilang sangat tinggi, sehingga perlu dilakukan gerakan masif untuk menghemat penggunaan energi dari berbagai kalangan. "Kebutuhan energi di Indonesia tumbuh 6,5 sampai tujuh persen/tahun," kata Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM Farida Zed, di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, angka pertumbuhan sebesar itu termasuk signifikan. Tidak banyak negara mengalami pertumbuhan konsumsi energi sebesar itu, kecuali China dan India, di samping Indonesia.

Diakuinya, pertumbuhan kebutuhan energi sangat tergantung dan dipengaruhi oleh kenaikan jumlah penduduk dan peningkatan kesejahteraan (GDP).

Namun, hal itu tidak berarti laju pertumbuhan konsumsi energi tidak harus ditekan, mengingat ketersediaan sumber daya alam sebagai bahan baku energi terus menurun, terutama yang tidak terbarukan.

"Karena itu upaya penghematan energi menjadi perhatian besar kami," ujar Farida pada kampanye "Hemat Energi Bagimu Negeri" yang dilakukan perusahaan elektronik PT LG Electronics Indonesia. Berita selengkapnya di sini.

What's On Fimela