Ahok, Pemuda Belitung yang Bermimpi Membangun Indonesia

Dadan Eka Permana diperbarui 17 Nov 2016, 02:28 WIB

Fimela.com, Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau lebih dikenal dengan sebutan Ahok sedang tersandung masalah. Dirinya ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penistaan agama.

Sebagian masyarakat menyayangkan. Terutama mereka yang ingin Ahok kembali menjadi gubernur guna melanjutkan program kerjanya menjadikan Jakarta, sebagai etalase Indonesia lebih baik dan setara dengan kota maju di dunia. Maklum, dengan ditetapkan sebagai tersangka, kesempatan Ahok untuk memenangkan pilgub tahun depan semakin tipis.

Ahok sejauh ini, sudah mewujudkan sebagian mimpinya untuk menjadikan Jakarta lebih baik melalui berbagai kebijakannya. Salah satunya membuat sungai-sungai di Jakarta bersih.

Ahok merupakan anak pertama dari pasangan Indra Tjahaja Purnama dan Buniarti Ningsing. Ia lahir di Manggar, Bangka Belitung, 29 Juni 1966. Menurut perjalanan hidupnya, Ahok dikenal sebagai anak yang cerdas dan pintar. Oleh ayahnya, ia diajarkan untuk menjadi manusia yang jujur, bermental baja, dan berguna bagi sesamanya.

Ahok yang menempuh pendidikan sejak SMU sampai perguruan tinggi di Jakarta, berhasrat menjadi pejabat karena sebuah kata mutiara yang berbunyi “Orang miskin jangan lawan orang kaya dan orang kaya jangan lawan pejabat”. Selain itu keinginan untuk membantu rakyat kecil di kampungnya juga yang mendorongnya untuk masuk ke politik di tahun 2003.

Ahok pun memulai karier politiknya sebagai anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009. Setelah 7 bulan menjadi anggota DPRD, muncul banyak dukungan dari rakyat yang mendorong Ahok menjadi bupati. Ia pun akhirnya terpiih menjadi Bupati Belitung Timur periode 2005-2010.

Selama menjadi bupati ia dikenal sebagai sosok yang anti korupsi. Konsistensi dan keberpihakannya terhadap kaum miskin dan warga yang dipimpinnya membuat ia semakin dikenal. Dalam masa jabatannya, Ia membebaskan biaya kesehatan seluruh warga tanpa membedakan golongan atau kasta. Tak heran jika majalah tempo  pernah menobatkan dirinya sebagai 10 tokoh yang mengubah Indonesia. Kemudian pada tahun 2007 ia dinobatkan sebagai Tokoh Anti Korupsi dari penyelenggara negara oleh Gerakan Tiga Pilar Kemitraan yang terdiri dari KADIN, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Masyarakat Transparansi Indonesia.

Namun, tanggal 22 Desember 2006, Ahok  mengundurkan diri dan menyerahkan jabatannya kepada Khairul Effendi yang merupakan wakil bupati Belitung Timur.

Pada 2009, Ahok terpilih menjadi anggota DPR. Selama di DPR, ia duduk di komisi II. Lewat kiprahnya di DPR ia menciptakan standard baru bagi anggota-anggota DPR lain dalam anti-korupsi, transparansi dan profesionalisme. Pada 2012, ia menjadi Wakil Gubernur DKI dari 2012-2014 mendampingi Joko Widodo sebagai Gubernur. Kemudian Pada 14 November 2014, ia diumumkan secara resmi menjadi Gubernur DKI Jakarta pengganti Joko Widodo.

Ahok pada 2008 pernah meluncurkan buku biiografinya berjudul “Merubah Indonesia: Kisah Hidup Ahok”.