Fimela.com, Jakarta Memilih Scarlett Johansson untuk menjadi peran utama dalam film yang diadaptasidari manga Ghost in the Shell mengundang kontroversi. Hal tersebut membuat Hollywood kehilangan kesempatannya untuk menghilangkan citra 'whitewashing' dalam karyanya.
Banyak sekali rumor yang mengatakan bahwa Paramounth akan melakukan perubahan digital dengan memakai aktor dengan wajah yang lebih Asia seperti Constance Wu atau Ming-Na Wen untuk mengatasi isu whitewashing. Namun beberapa orang produksi tetap mempertahankan Scarlett Johansson dalam pembuatan film ini.
Dilansir dari Screen Rant, sang sutradara Rupert Sanders pun mengutarakan alasannya tetap memilih Scarlet Johansson sebagai pemeran utama dalam film yang diadaptasi dari manga ini.
"Bagiku, aku telah melakukan casting yang terbaik. Dan menurutku, aku sangat beruntung bisa mendapatan international cast yang aku inginkan untuk bekerjasama. Karena itu, aku akan tetap pada pilihanku. Dia (Johansson) adalah aktris terbaik di generasinya. Dalam penggarapan film ini aku sangat tersanjung dan merasa mendapatkan kehormatan saat dia bisa bergabung," jelas Rupert Sanders.
Ia pun menambahkan bahwa orang-orang yang menyimak anime asli telah mendukung Johansson. Hal tersebut dikarenakan kemampuannya yang luar biasa dan jarang sekali yang seperti dia. Sanders pun mengungkapkan tentang peran Scarlett dalam filmnya Ghost in the Shell.
"Dia adalah pikiran tanpa tubuh, tubuh tanpa pikiran. Hal tersebut membuat saya tertarik. Tampaknya ia sangat cocok di dunia itu. Dia telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dengan menampakan manusia yang berkembang dengan mesin,"
Ya, pemilihan Scarlett Johansson dalam film ini memang mengundang kontrversi. Banyak orang yang menyayangkan pihak Hollywood menggunakan aktor berkulit putih. Hal tersebut sudah menjadi masalah bagi masyarakat. Karena sudah sering sekali terjadi ketika pihak produksi lebih memilih aktor berkulit putih untuk memerankan karakter Asia.