Fimela.com, Jakarta Setelah Hari Ayah, dan dua bulan berlalu seperti ucapku pada Bapak, kini aku sudah resmi menjadi seorang suami dari wanita pilihanku. Ikrar janji suci yang ku ucap sangat lantang layaknya Bapak mengajarkanku mengenai perihal seorang anak laki-laki harus memiliki jiwa pemimpin. Maka itu, dengan percaya diri dan dengan satu tarikan nafas, aku dan Siska dinyatakan Sah sebagai pasangan suami istri.
Dengan gaya khas pasangan baru, berpose menunjukkan kedua cincin dan buku nikah, bahagia bercampur sedih teraduk jadi satu ketika aku merasa di hari bahagia ini bukan hanya aku dan Siska yang merasakan, tetapi semua orang ikut terhanyut dengan romansa pengantin baru.
Tepat berada di belakangku, dengan kebaya putih dan jarik khas Solo, Mama menunjukkan senyum sumringahnya hari ini. Sambil mengusap kepalaku yang masih mengenakan kopiah putih, Mama berbisik, "Jadilah suami yang baik, Nak. Mama percaya kamu bisa mengarungi ini semua dengan caramu". Selalu saja kata-kata dari perempuan yang menjaga surganya untukku ini menenangkan. Seakan menjanjikan aku bisa melakukan semua hal di dunia ini, ah Mama.
Pelukan hangatku dan Siska bergilir menuju Mama saat itu. Terlihat juga raut wajah adik-adikku yang juga turut bahagia hari ini. Tak bisa terbendung lagi rasa bahagia kali ini. Namun, seperti ada yang kurang. Ya, aku ingat, Bapak. Bapak tidak ada di sini, Bapak tidak menyaksikan secara langsung proses ini. Tapi aku yakin, Bapak pasti melihat dari Surga. Andai Bapak bisa menyaksikan dan mendampingiku hari ini, rasanya aku ingin bilang, "Anakmu sudah menjadi seorang suami, Pak. Semoga aku bisa menjadi sosok seperti Bapak kelak".
Hembusan bunga melati yang sangat kuat tidak henti-hentinya berkumpul di hidungku. Wangi apakah ini? Ah, mungkin aroma pewangi ruangan yang memang dipenuhi banyak bunga. Tetapi, wangi ini makin kuat saat batinku mengingat Bapak. Astaga, Bapak ada di sini bersamaku, saat ini Bapak melihat anaknya bahagia. "Bila Bapak ada di sini, aku sangat bahagia, Pak". Aroma melati yang beda ini semakin meyakinkanku bahwa Bapak berada di tengah-tengah kami. Terimakasih Bapak sudah mau berkunjung walau hanya lewat aroma ini.
Terdengar langkah kecil khas sepatu perempuan, "Mas, istirahat dulu," sudah jelas suara manis ini tidak asing lagi. Ya, Siska memanggilku untuk menyuruhku istirahat, mengingat nanti malam acara resepsi pernikahanku berlangsung pukul 19.00 di gedung yang sama.
Setelah kami berdua memasuki ruangan pengantin, aku menyampaikan pada Siksa, bahwa aku merasakan kehadiran Bapak di sini. Aroma melati yang sangat kuat tak sudah-sudah mengikutiku. Sontak Siska pun tersenyum sambil memegang pundakku, "Mas, Bapakmu pasti ada di sini, menyaksikan hari bahagia kita".
Waktu menunjukkan pukul 16.30, sudah saatnya aku dan Siska menyiapkan diri untuk resepsi yang tinggal sebentar lagi, terlihat pera perias pengantin sudah siap untuk mendandani kami berdua, bahkan keluargaku dan keluarga Siska sudah sibuk mengurus semua urusan kami. Paes Jawa yang sudah mulai terlukis di kening Siska membuatnya nampak cantik dari biasanya. Lagi-lagi tersebit dibenakku, andai Bapak bisa menemaniku di atas kursi pengantin nanti, lengkap sudah kebahagiaan hari ini. Lamunan kecil seorang anak laki-laki yang sudah menjadi suami ini memang tak bisa lepas dari sosok Bapaknya.
Sambil menunjukkan raut wajah yang paling bahagia, aku dan Siska siap melaksanakan acara malam ini. Tak henti-hentinya tamu dari kawan kami berdua berdatangan. Ah, sungguh indahnya hari ini. Dan lagi-lagi aroma kuat melati menyerbak kuat dihidungku. Dalam hatiku berkata, Pak, terimakasih sudah mau hadir lagi dan selalu menjadi saksi hidupku walau hanya dengan batin. Aku bahagia, Pak.