Fimela.com, Jakarta Gempuran berbagai karya dari Negeri Ginseng, Korea Selatan nampak begitu gencar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Salah satu hal yang paling menonjol adalah besarnya minat penonton Tanah Air pada penayangan drama Korea.
Sejatinya, menarik ketika menilik eksistensi drama Korea yang terus berinovasi mulai dari pemilihan pemain, alur cerita hingga menyisipkan sederet hal unik dalam adegan yang membuat penonton bertanya-tanya seperti apa kelanjutannya.
Rasa penasaran itu tercipta tidak lain karena drama Korea memiliki keunikannya sendiri. Mengemas kehidupan sehari-hari seseorang dengan kemelut dan konflik soal bertahan hidup, tekanan pekerjaan, kegelisahan hati sampai perjalanan cinta yang rumit.
Bagi saya, drama Korea tidak melulu soal cinta. Mengapa? Karena pesan moral dan refleksi kehidupan yang juga tidak selalu berjalan mulus pun terukir jelas dari potongan demi potongan adegan.
Lantas, jika berbicara aspek kehidupan, drama Korea jelas memilikinya. Terutama soal bagaimana bertahan di tengah kerasnya terpaan cobaan kehidupan dengan giat bekerja. Tidak dapat dipungkiri, balutan romantisme membuat drama Korea terasa lengkap.
Ya, cinta. Sebuah rasa yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Tersenyum tiba-tiba teringat si dia. Murung ketika tiada lagi arti 'kita' dalam jalinan asmara. Terpana melihat semua perasaan kasih menjadi nyata. Gambaran perjalanan cinta seperti itu ada di drama Korea.
Tetapi, lawan kata dari suka adalah duka bukan? Begitu pula alur cerita naik turun yang membangkitkan emosi penonton drama Korea, seperti saya. Jujur, tidak jarang saya meneteskan air mata hingga menangis tersedu merasakan kuatnya chemistry setiap pemeran, baik adegan sedih ataupun bahagia.
Nah, bagi kalian penonton setia drama Korea, hayo ngaku siapa yang suka tersenyum kecil, tertawa terbahak-bahak hingga berlinang air mata menyaksikan drama Korea?
Warna-warna Drama Korea
Sejatinya, banyak hal yang dapat kita petik dari penayangan drama Korea. Mengapa? Karena drama Korea dikemas eksklusif dalam episode terbatas. Hal ini tentu membuat drama Korea padat makna dan tidak terkesan bertele-tele dengan banyaknya episode yang bisa membuat penonton bosan.
Seperti Jealousy Incarnate. Sebuah drama Korea yang berkisah mengenai perjalanan hidup seorang penyiar prakiraan cuaca di sebuah stasiun televisi. Menariknya, ia memiliki perasaan kepada seorang reporter sekaligus pembaca berita di tempatnya bekerja.
Bukan hanya sekedar perasaan, tetapi 3 tahun mendapati kenyataan memiliki perasaan yang belum juga pudar bukanlah sebuah hal yang mudah. Ditambah, cinta sang penyiar prakiraan cuaca adalah kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Terlepas dari itu, kisah perjuangannya dalam dunia pekerjaan pun tidak kalah sulit. Bagaimana tidak, si tokoh utama ternyata memendam hasrat yang begitu besar untuk menjadi pembaca berita. Namun karena dirinya tidak lulus tes, memaksanya mengisi slot sebagai penyiar prakiraan cuaca.
Sempat dikerjai oleh junior hingga tidak dapat siaran, kehilangan posisi hingga menjalani operasi tumor payudara, tidak menyurutkan semangat untuk kembali siaran. Sampai akhirnya dapat menyandang status sebagai penyiar berita, bukan penyiar prakiraan cuaca.
Perjalanan cerita yang tidak terduga membuat drama ini sukses membuat perasaan saya tidak menentu. Meski akhirnya ia kembali menjadi penyiar prakiraan cuaca, tetapi alur menarik tersebut harus kalian saksikan sendiri agar mendapatkan esensi cerita.
Drama Korea, dari iseng jadi seneng. Dari dicibir hingga jadi buah bibir. Dari duka jadi suka. Dari lara jadi tawa. Semua perasaan itu bercampur aduk menjadi satu dan posisinya dapat berbalik seketika dengan kejutan-kejutan yang disuguhkan drama Korea.
Nah, apakah kalian juga merasakan warna-warni suasana hati sama seperti saya ketika menyaksikan episode demi episode drama Korea?
Putu Elmira
Editor Film Bintang.com