Fimela.com, Jakarta Kemajuan teknologi membuat sebuah budaya sebuah negara tersebar luas di daerah atau negara lain. Negara Jepang misalnya. Sejak dulu negeri di Asia Timur ini sudah dikenal dengan kecerdasan mereka sehingga menjadi salah satu negara paling maju di dunia terutama dalam hal teknologi dan budaya.
Tentu banyak hal yang membuat Jepang bisa menjadi negara maju. Salah satunya ternyata adalah faktor makan siang. Kenapa makan siang? Seperti dilansir dari The Daily Japan, makan siang termasuk elemen yang cukup penting untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Bagi sebagian besar anak di Indonesia pada jenjang umur SD dan SMP, biasanya mereka akan lebih banyak menyantap makanan bekal dari orang tua atau membeli makanan di kantin sekolah.
Sedangkan pelajar SD dan SMP di Jepang mayoritas mendapatkan makanan di sekolah sebagai salah satu program pemerintahan Jepang. Makan Siang Sekolah atau yang dikenal sebagai kyuushoku pertama kali dihidangkan pada tahun 1889 di Periode Meiji dengan etos “Negara Kaya, Militer Kuat” untuk menghidupkan negara.
Pemerintah menginginkan tentara yang lebih kuat dan tenaga kerja yang lebih baik, serta populasi yang lebih teredukasi agar bisa menyaingi negara Barat. Pemerintah melihat nutrisi menjadi salah satu batu loncatan yang krusial untuk mencapainya. Salah satu jejak historis dari kyuushoku bisa dilihat dari sebuah sekolah dasar di Prefektur Yamagata yang menyediakan makan siang bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin.
Setelah sempat mengalami beberapa kali perubahan menu, sejak tahun 1976, kyuushoku lebih banyak menggunakan nasi sebagai menu utama. Saat ini sekolah menyediakan makan siang dengan didampingi oleh ahli nutrisi dan dimasak oleh pihak-pihak khusus yang memiliki dapur di sekolah atau di luar sekolah. Menu utama yang biasa dihidangkan berupa roti, nasi, atau mie.
Didampingi pula dengan daging atau ikan, sayuran, serta hidangan penutup. Bahkan saat ini menu makan siang tidak hanya menghidangkan masakan Jepang saja, tapi juga dari negara lainnya. Misalnya bibimbap dari Korea, nasi dengan daging dan sayuran di atasnya, ayam tandoori, spaghetti, atau sup minestrone.
Sekolah juga sering menggunakan produk lokal seperti sayuran lokal agar para siswa lebih menghargai produk negara mereka. Selain itu, secara bersama-sama para siswa dengan guru menyantap makan siang di kelasnya dan setelahnya mereka akan membereskan peralatan makan mereka sendiri. Proses tersebut diyakini mampu membangun kerjasama dan harmonisasi diantara para siswa.
Kyuushoku dihidangkan dengan menyesuaikan proporsi nutrisi yang dibutuhkan oleh siswa dan dapat memenuhi sekitar sepertiga dari kebutuhan para siswa. Untuk kyuushoku, para siswa di Jepang membayarnya perbulan melalui biaya makan siang sekolah.