Fimela.com, Jakarta Layaknya peralatan, sebuah benda tidak akan berfungsi jika tidak digerakkan oleh manusia. Demikian juga media sosial. Manusia yang menentukan fungsi media sosial. Facebook, Twitter, Instagram, Snap Chat, Google Plus, Path, Tinder, dan berbagai media sosial lainnya dibuat untuk memudahkan manusia saling berhubungan.
Saya mengalami fase telepon interlokal dan internasional yang mahal juga susah tersambung. Bersyukur, kecanggihan tehnologi internet memudahkan kita terhubung dengan saudara, teman, juga relasi. Menyimpan foto dan kenangan juga jadi sangat mudah berkat facebook. Efek terbukanya lapangan kerja dengan konsep jualan online juga merupakan efek positif yang tak bisa kita nafikkan.
Namun, selain efek positif tersebut muncul efek negatif yang merisaukan. Tidak perlu dijelaskan bahaya yang mengancam satu persatu saya rasa. Batas asusila menjadi momok yang sulit dihindarkan. Internet layaknya dunia tanpa batas. Semua bisa diunggah dan dibagikan. Kejahatan juga mengintai dengan berbagai modus penipuan.
Apakah itu semua membuat kita lantas ingin kembali ke masa lalu? Masa dimana kita tak terhubung dengan mudah pada dunia luar? Tehnologi bukan untuk dijadikan musuh. Menghentikan kemajuan tehnologi adalah kemustahilan. Kita yang mesti menyesuaikan dengan kemajuan tersebut.
Layaknya peralatan, mereka baru berfungsi jika ada manusia yang menggunakan.
Maka, kitalah yang selayaknya menyaring manfaat media sosial. Kita yang harusnya bisa memilih fungsi positif atau negatif. Bagaimana caranya?
Yang paling mudah, pastikan diri kita tidak pernah mengunggah hal-hal negatif dalam media sosial. Benar ini media sosial adalah dunia maya, tak terjangkau. Mungkin kita bisa sembunyi-sembunyi mengunggah dengan akun palsu.
Tapi ingatlah, semua yang sudah terunggah tidak mungkin bisa ditarik kembali. Screenshoot akan membuat postingan kita dengan mudah diabadikan oleh orang lain. Lalu diunggah kembali.
Karena itu perlakukan dunia maya selayaknya hidup kita. Norma yang berlaku dalam norma kehidupan sehari-hari harus diterapkan dalam media sosial. Anggaplah salah satu perkataan bisa menyakiti orang lain yang mendengar, maka jangan unggah status dengan perkataan yang sama.
What's On Fimela
powered by
ISMA 2K16
Karena kita tak bisa membendung kecanggihan tehnologi, bersahabat dengan tehnologi bisa menjadi jalan utama. Inilah yang dilakukan ISMA 2K16. Awalnya terdengar SCTV latah dan ikut-ikutan tren dengan menghadirkan bintang-bintang yang populer di media sosial.
Namun, justru progam ini membuat kita salut. Sulit membendung hal-hal negatif dari media sosial. Maka, pilihan yang dimunculkan SCTV adalah memaksimalkan efek positif yang disebar di media sosial. Menyebarkan virus-virus positif untuk menginspirasi penggunaan media sosial secara bijak.
Indonesian Social Media Awards (ISMA) yang untuk pertama kalinya diselenggarakan pada tahun 2016. Penghargaan ini didedikasikan tidak hanya untuk selebriti Indonesia, tapi juga untuk masyarakat umum yang sukses menjadi trending topic di media sosial selama setahun terakhir.
"Indonesian Social Media Awards adalah apresiasi untuk para insan yang aktif dan poper di sosial media. Namun kita juga menambahkan syarat bahwa para penerima penghargaan tersebut memang tidak negatif dalam arti tidak menebarkan kebencian, SARA, pornografi, dan aktivitas negatif lainnya di sosial media," ungkap Banardi Rachmad, Vice President Programming Acquisition SCTV, Senin (17/10/2016).
Lebih lanjut, Banar berharap ISMA 2016 tidak hanya menjadi tontonan semata, tapi juga dapat meningkatkan partisipasi penonton dalam penyelenggaraannya. Terlebih media sosial sudah menjadi wadah yang paling dekat dalam penyampaian aspirasi serta informasi di era digital.
"Ekspektasinya ISMA tidak hanya bisa ditonton pemirsanya pada malam puncaknya saja sebagai program TV, namun pemirsa juga, para pengguna sosial media ikut aktif berpartisipasi menentukan nominasi dan pemenangnya sejak dari open polling nominasi sampai voting penentuan pemenang," jelas Banardi Rachmad.
Saat diwawancarai lewat telepon, Young Lex pun mengaku sangat antusias dengan acara ini. Pasalnya, acara ini sangat berbeda dengan berbagai ajang penghargaan yang pernah diadakan sebelumnya.
"Ini acaranya keren banget karena semua pekerja di dunia digital dihargai. Dari sisi panggung, performance juga nggak template. Pokoknya beda dengan acara TV biasanya," ungkap Young Lex. SCTV hanya menjadi pemacu penggunaan media sosial secara positif, selebihnya kembali ke diri kita masing-masing bukan? Yuk, gunakan media sosial secara positif dimulai dari diri sendiri.
Tabik,
Puput Puji Lestari
Redaktur Kanal Film Bintang.com