Pengacara Jessica Wongso, Otto Hasibuan: Kita Nggak Boleh Sombong

Gadis Abdul diperbarui 10 Okt 2016, 16:14 WIB

Fimela.com, Jakarta Otto Hasibuan, ketika nama tersebut disebut orang-orang pasti akan langsung berpikir tentang Jessica Kumala Wongso, terdakwa kasus pembunuhan dengan korban Wayan Mirna Salihin. Namun perjalanan pengacara kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara pada 5 Mei 1955 ini tentulah sudah sangat panjang dan tentunya banyak ilmu yang dapat diambil oleh pengacara-pengacara muda Indonesia.

Reporter Bintang.com, Dadan Eka Permana sempat berbincang secara eksklusif dengan pengacara yang berkumis ini. Otto mengungkapkan jika dulu ia sempat menjajal kuliah di fakultas teknik, namun itu tak berlangsung lama. “Orangtua saya bilang, ‘nak kamu itu cocoknya jadi pendeta dan kedua jadi hakim’ artinya dunia hukum karena dahulu hanya hakim yang terkenal. Akhirnya saya ikutin saran orangtua saya, saya tes fakultas hukum, eh diterima,” ujar Otto Hasibuan kepada Bintang.com.

Persidangan Jessica Wongso yang disiarkan secara langsung oleh beberapa stasiun televisi nasional tak dimungkiri semakin membuat nama Otto dikenal masyarakat Indonesia. Banyak yang penasaran mengapa Otto selalu nampak tenang dan tidak pernah terlihat lelah saat sidang Jessica yang biasanya berlangsung hingga tengah malam.

“Saya pikir saya tidak pernah berpikiran untuk menang setiap menangani perkara. Saya lakukan best effort dahulu karena menang dikabulkan atau tidak, ada di tangan hakim. Urusan lawyer adalah berbuat yang terbaik membela klien,” jelas Otto. “Jadi tidak grasak-grusuk, tidak perlu emosional dan tetap dalam koridor yang normal. Tapi kalau sudah berpikir harus menang, harus menang itu nanti akhirnya kita jadi emosional,” tambahnya.

Selain soal sikap tenang, penampilan sederhana Otto Hasibuan juga menjadi sorotan. Ya, salah satu pengacara sukses di Indonesia ini lebih memilih bergaya apa adanya. “Hidup ini kan sementara saja. Tuhan betul-betul bermurah hati dan kita nggak boleh sombong. Karena nggak ada gunanya kesombongan itu. Saya bertemu dengan orang biasa, saya jadi orang biasa, kalau bertemu dengan orang berpendidikan, saya jadi orang yang berpendidikan,” tegasnya.