Fimela.com, Jakarta "Kapan ya kira-kira Coldplay konser di Indonesia?,". Mungkin itu pertanyaan yang kerap dilontarkan oleh penikmat musik grup beraliran British pop atau Britpop ini. Bagaimana tidak, Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang belum disambangi Coldplay soal penyelenggaraan konser.
Tidak sedikit isu-isu kedatangan mereka yang berhembus. Kabar itu sejenak membawa angin segar untuk penggemar Coldplay, tetapi secepat kilat harus menerima kenyataan pahit karena konser mereka di Indonesia hanya isapan jempol belaka.
Seperti kehebohan yang terjadi pada akhir Juni 2016 lalu. Sebuah poster konser Coldplay di Indonesia tiba-tiba beredar dan menjadi perbincangan di dunia maya. 'Angin segar' itu seolah membawa secerca harap bagi penggemar setia di tanah air.
Dalam poster nampak konser Coldplay akan diselenggarakan pada Sabtu, 26 November mendatang. Tidak tanggung-tanggung, perhelatan itu juga diusung oleh salah satu promotor besar tanah air, Java Musikindo.
Namun tak berselang lama, Adrian Subono, anak dari promotor Adrie Subono yang juga menjadi bagian dari Java Musikindo menegaskan bahwa konser Coldplay tersebut tidak benar adanya alias hoax. Klarifikasi tersebut Adrian sampaikan melalui akun Twitter pribadinya.
Sontak, harapan menyaksikan aksi panggung Coldplay di Indonesia harus pupus lagi, dan lagi. Terhitung sejak Coldplay berdiri tahun 1996 silam, itu berarti sudah 20 tahun karya terbaik mereka menghiasi belantika musik dunia, 20 tahun pula penantian itu masih menjadi tanda tanya dan belum ada jawabnya.
Lantas, Kapan?
Tangan dingin Chris Martin, Jonny Buckland, Guy Berryman, dan Will Champion mantap membuat dunia terpukau. Mengapa? Kamu yang sering mendengarkan karya-karya Coldplay pasti tahu jawabannya. Dari sentuhan musik, permainan instrumen, dan lirik-lirik lagu seolah 'menularkan' daya magis yang teramat sangat.
Hal itu dibuktikan dari tujuh buah album yang telah Coldplay perkenalkan kepada dunia. Adalah Parachutes (2000), A Rush of Blood to the Head (2002), X&Y (2005), Viva la Vida or Death and All His Friends (2008), Mylo Xyloto (2011), Ghost Stories (2014), dan A Head Full of Dreams (2015).
Saya pribadi, tiga album pertama memberi arti tersendiri. Bagaimana serangkaian nada-nada minor menciptakan sensasi dan sanggup 'menghipnotis'. Ditambah, suara Chris Martin yang tidak hanya berciri khas, namun meninggalkan bekas di benak saya.
Kekaguman saya kepada grup musik pelantun Talk ini tentunya dimiliki oleh salah satu komunitas pencinta Coldplay di Indonesia. Mereka menamakan diri sebagai Coldplay Indonesia dengan akun Twitter @IDWantsColdplay.
Bisa dikatakan, Coldplay Indonesia ini adalah kumpulan pecinta Coldplay yang berjuang keras mewujudkan keinginan. Apalagi kalau bukan dapat melihat aksi keempat personel Coldplay secara langsung dan tentunya, di Indonesia.
Serangkaian agenda untuk A Head Full of Dreams Tour selanjutnya di beberapa negara telah secara resmi dirilis. Lantas, kapan jawaban atas mimpi saya, komunitas pencinta Coldplay Indonesia dan kalian semua untuk menyaksikan Coldplay secara langsung di Indonesia akan terwujud? Akankah penantian panjang itu berbuah manis? Kita tunggu saja kejutan apa lagi yang akan disuguhkan Coldplay.
Putu Elmira,
Editor Celeb Bintang.com