Kenapa Jatuh Cinta Saat Dewasa Tak Seindah Waktu Kecil?

Fathan Rangkuti diperbarui 30 Sep 2016, 09:21 WIB

Fimela.com, Jakarta Semakin bertambahnya usia, hal-hal dalam hidup akan terasa semakin berat. Cara memandang hidup pun akan berubah. Sama halnya dengan cara memandang cinta setelah berkali-kali merasakan kecewa.

Waktu kecil, saat menyukai seseorang yang terpikirkan olehmu hanya bagaimana kamu membuatnya senang. Lalu kamu memberikannya coklat, permen, serta meminjamkan mainanmu. Semakin dewasa, ketika menyukai seseorang kamu berharap dia akan membalas perasaanmu, dan ketika menyadari dia tak membalasnya, di situ kamu akan merasa kecewa.

Berbeda dengan anak kecil yang dididik untuk percaya bahwa apapun bisa kamu capai selama kamu mau berusaha. Kamu melakukannya, termasuk ketika kamu menyukai seseorang. Tanpa berpikir tentang patah hati dan kecewa, kamu percaya kamu bisa mendapatkannya.

Anak kecil juga "dilindungi" orangtua dari berbagai hal negatif. Mereka takkan melihat apa-apa kecuali cinta di sekitarnya. Itupun tanpa penyekat cinta berdasar apa, untuk siapa, atau cinta sebagai apa. Anak kecil jatuh cinta karena mereka jatuh cinta, tak ada alasan lain. Mereka melakukannya, menikmatinya, dan tak memikirkan lain-lain lagi. Itu sebabnya mereka terlindungi dari patah hati.

Semakin dewasa, semakin rumit pula kamu mendefinisikan cinta karena pehamanan yang dipunya saat kecil telah bercampur dengan pengalaman patah hati. Semakin banyak patah hati, semakin getir pula kamu memandang cinta. Kalau bosan dengan patah hati dan kecewa, mungkin kamu bisa kembali belajar mencintai seperti anak kecil.