Fimela.com, Jakarta Muhammad Irwan alias Amat, terlihat bahagia. Kini ia sudah tidak lagi tidur dan belajar di atas bajaj. Ia sudah memiliki tempat tinggal. Ia juga tak lagi harus mandi di pom bensin dan kamar mandi umum di Pasar Cikini.
Meski telat untuk mengenyam pendidikan formal, toh Amat yang usianya lebih tua di antara teman sekelasnya, mengaku tidak gengsi. Amat yang kini berusia 11 tahun, saat ini baru kelas 1 SD. Beberapa bulan lalu, ia baru masuk sekolah.
Amat memiliki cita-cita mulia. Ia berharap bisa sekolah sampai level pendidikan yang lebih tinggi. Ia ingin merubah taraf hidupnya dan membahagiakan bapaknya, Riwahyudin yang seorang sopir bajaj.
Seperti diberitakan sebelumnya, sejak usia satu tahun, Amat hidup di dalam bajaj bersama bapaknya karena tak memiliki tempat tinggal. “Senang (sudah punya tempat tinggal dan sekolah). Amat (bercita-cita) mau jadi pilot,” kata Amat saat berbincang dengan Bintang.com di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu malam (28/9/2016).
Proses Amat untuk bisa masuk SD diceritakan Riwai—sapaan akrab Riwahyudin—tidak mudah. Amat seharusnya sudah bisa sekolah empat tahun lalu. Riwai mengaku tidak memiliki dokumen seperti akta kelahiran, KTP sebagai syarat sekolah anaknya. “Surat-surat saya nggak punya, entah hilang ke mana” kata Riwai.
Terpaksa selama empat tahun Riwai membohongi anaknya. Sebab, Amat kerap mendesaknya untuk sekolah. “Amat selalu bertanya pada saya kapan sekolah? Karena selalu gagal, saya akhirnya dicap pembohong,” kata Riwai.
Singkat cerita, beberapa bulan lalu, tanpa sengaja Riwai bertemu teman lamanya. Ia kemudian dibantu mengurus surat-surat yang menjadi persyaratan Amat sekolah. "Alhamdulillah sekarang saya sudah bisa wujudkan keinginan anak saya," kata Riwai.