Fimela.com, Jakarta Kalau saya ditanya program musik apa yang paling sukai, maka jawabannya sudah pasti Golden Memories. Sebagai penyuka musik terutama lagu-lagu Indonesia lawas, tak ada lagi acara yang lebih menarik dari Golden Memories.
Program musik lainnya, maaf-maaf saja, lebih banyak menampilkan urusan gosip pembawa acara maupun pengisi acaranya yang nggak penting sama sekali. Belum lagi dijejali denga promosi dan pesan sponsor yang kadang menganggu karena agak dipaksakan. Penyanyi yang tampil pun kebanyakan tampil lipsync atau semi-lipsync.
Pendapat saya sangat subyektif, lagu-lagu sekarang jarang ada yang menancap di hati dibandingkan lagu-lagu lawas yang lebih kena di hati. Ada kalanya menoleh ke belakang itu perlu, karena masa lalu tak selalu kelabu. Menikmati sajian musik dari para artis 'lawas' pun menjadi sesuatu yang menarik.
Ini menjadi daya tarik utama Golden Memories yang ditayangkan di Indosiar. Tayang sejak bulan Juli lalu, Golden Memories merupakan program variety show yang dikemas menjadi sebuah kompetisi dengan mengajak juri, peserta, hingga penonton untuk bernostalgia bersama.
Selain hadir dengan lagu-lagu era tempo lawas, juri serta komentator yang terlibat pun musisi-musisi yang pernah berjaya pada era-nya hingga saat ini. Mereka adalah Hetty Koes Endang, Iis Sugianto, Ikang Fawzi, dan Hedi Yunus yang akan bertindak sebagai juri.
Sementara untuk komentator terdiri dari Soimah, Ivan Gunawan, dan Harvey Malaiholo. Suasana akan semakin meriah dengan dipandu oleh host kenamaan seperti Rina Nose, Ramzi, dan Irfan Hakim. Beberapa pekan lalu kompetisi di program ini memang sudah berakhir dan menetapkan finalis asal Ambon, Selly, sebagai pemenang pertama.
Namun program ini masih terus berjalan dengan tajuk Golden Memores Reunion. Sedangkan kompetisinya rencananya baru akan dimulai lagi di tahun depan dengan konsep terbaru. Sejak awal kemunculannya, saya sudah tertarik dengan konsep yang diusung oleh Golden Memories.
Rasanya menarik dan bahkan ‘merinding’ menyaksikan kembali musisi maupun penyanyi era 70-an sampai 90-an tampil kembali di atas panggung. Usia mereka boleh sudah menua, tapi karya maupun lagu mereka masih tetap enak didengar dan sangat berkesan. Meminjam istilah Agnes Monica, penampilan mereka menimbulkan efek ‘Goosebumps’ tiap kali membawakan karya andalan mereka.
Merinding rasanya menyaksikan penampilan mereka yang masih begitu bersemangat dan tampil sepenuh hati. Bukan penampilan yang dibuat-buat dan sekedar membuat sensasi. Yup sensasi. Sejumlah ‘oknum’ penyanyi sekarang banyak yang melejit namanya karena sensasi yang mereka buat di media sosial maupun media lainnya.
Mereka inilah yang sering tampil terdepan di televisi sehingga membuat dunia musik seperti dikungkung sensasi bukan karya yang menginspirasi. Dampaknya, banyak musisi maupun penyanyi lain yang lebih kreatif dan lebih tulus dalam berkarya menjadi tertutupi oleh sensasi. Para musisi hebat itu hanya sesekali tampil di televisi.
Mereka lebih nyaman memilih jalan ‘gerilya’ melalui media alternatif seperti di internet maupun panggung-panggung komunitas. Kembali ke Golden Memories. Acara ini sepertinya menjadi klimaks dari tumbuhnya sejumlah program nostalgia terutama musik di televisi. Indosiar sendiri pernah menghadirkan acara Tembang Kenangan beberapa tahun lalu.
1
Lalu Metro TV juga pernah menampilkan acara Zona 80 yang kemudian berganti menjadi Zona Memori. Sedangkan Net TV menampilkan semi nostalgia dengan menampilkan program kuis musik Berpacu Dalam Melodi yang dulu pernah ditayangkan di TVRI. Semua acara itu seperti bermuara pada Golden Memories yang berkonsep live dan tayang hampir setiap hari.
Memang selain menampilkan lagu-lagu, acara ini juga punya sejumlah gimmick yang menjadi ciri khas Indosiar. Ada gimmick Bung Gomes, pemilik suara bariton yang kerap dijodoh-jodohkan dengan Iis Sugianto dan Titi DJ. Lalu ada juga gimmick menampilkan foto-foto masa lalu para penyanyi yang tampil. Tapi itu semua sekedar bumbu yang justru membuat acara ini semakin ‘lezat’ dan ‘bergizi’.
Lewat acara Golden Memories kita bisa melihat dan mengetahui kondisi Benny Panjaitan, vokalis band Panbers yang sedang sakit parah akibat stroke dan pendarahan di otak. Meski begitu Benny yang mengenakan kursi roda masih bisa menyempatkan diri hadir di studio Indosiar.
Sang adik, Doan Panjaitan, sempat menceritakan proses penceritaan lagu Ayah yang bisa membuat kita semua meneteskan air mata haru. Kita juga bisa melihat usaha Indosiar memberi bantuan pada penyanyi legendaris Edi Silitonga yang waktu itu sedang terbaring lemah di rumah sakit. Indosiar ikut membantu biaya perawatan pelantun lagu Jatuh Cinta tersebut.
Namun setelah beberapa hari dirawat, Edi Silitonga sudah keburu dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Lalu kita juga bisa mengetahui perjuangan mendiang Diana Nasution melawan penyakit kanker yang dideritanya melalui suami dan anaknya di acara Golden Memories. Meski merupakan gimmick, tapi pada dasarnya semua itu berujung pada dunia musik yang begitu dicintai para legenda tersebut.
Mereka begitu mencintai dunia musik dengan sepenuh hati dan hanya maut yang bisa memisahkan mereka dari dunia musik. Yang jadi puncak kesukaan saya pada acara ini adalah tayangan spesial Golden Memories pada 12 September lalu yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha. Tayang dari jam 17.00, Golden Memories edisi spesial yang memberikan piala 'Paling Golden' ini baru berakhir pada jam 24.00 alias tayang selama sekitar 7 jam!
Indosiar beberapa tahun lalu memang pernah menampilkan program live yang bisa tayang selama enam sampai tujuh jam tapi tidak ada yang bisa membuat saya betah menyaksikannya seperti Golden Memories pada 12 September kemarin. Saya benar-benar terhibur dan terhipnotis menyaksikan acara sampai selesai. Walau mata sudah mengantuk tapi tak kuasa untuk mengalihkan mata dari layar TV.
Selain menampilkan lagu-lagu spesial dari sejumlah bintang tamu seperti Mus Mujiono, Fariz RM, Deddy Dhukun, Nia Daniaty dan Betharia Sonata, performa Rina Nose dan Soimah juga patut dipuji. Keduanya menghibur dengan suara dan gaya unik mereka di panggung.
Mereka sukses membuat suasana pecah karena dengan parodi yang mengocok perut. Yang paling heboh adalah saat Rina Nose meniru gaya Mus Mujiono membawakan lagu Arti Kehidupan. Lengkap dengan gitar di tangannya, Rina membuat suaranya terdengar berat.
Ia juga menirukan scat singing atau scathing yang membuat seisi studio tertawa termasuk Mus Mujiono sendiri terpingkal-pingkal. Episode spesial ini semakin menegaskan kalau musik yang menjadi sajian utama, yang menjadi bintangnya, bukan gosip atau sensasi yang dibuat-buat.
Mudah-mudahan ke depannya Golden Memories akan menampilkan lagi musisi-musisi hebat negeri ini yang belum banyak terekspos. Konsep acaranya mungkin akan dibuat lebih menarik dan menghibur lagi. Untuk saat ini, bagi saya Golden Memories adalah acara musik yang sesungguhnya.