Fimela.com, Jakarta Ernest Prakasa membesut sebuah film berjudul Cek Toko Sebelah yang menjadi wujud keresahannya terhadap fenomena masyarakat Tionghoa di Indonesia. Menurutnya, identitas orang Tionghoa selama ini kebanyakkan dikenal hanya sebagai penjaga atau pemilik toko. Bahkan, ketika mereka sudah kuliah tinggi di universitas manapun maka kembalinya akan jualan juga.
"Ya karena kan berangkatnya dari keresahan orang Cina yang kadang-kadang sudah jauh-jauh kuliah ke luar negeri, balik-balik suruh ngurusin toko. Premis intinya sih di situ," kata Ernest Prakasa di Plaza Semanggi, Jakarta Selatan, Senin (26/9).
Ernest mengatakan ini bukan hal negatif. Namun, fenomena ini memang unik dan benar adanya. "Bukan berarti ini negatif, ada yang terpaksa, ada juga yang dengan kerelaan hati, cuma menurut gue ini fenomena yang unik saja untuk dijadikan ide cerita," ujarnya.
Ernest menambahkan, fenomena itu juga terjadi kepada keluarganya. Banyak saudaranya yang kuliah di luar negeri, namun ketika sudah menyandang gelar justru diminta menjadi pengelola toko.
"Fenomena yang terjadi di sekitar keluarga saja. Banyak saudara, teman-teman kuliah jauh-jauh ke luar negeri Australia, Amerika, balik-balik ngurusin toko bapaknya saja," imbuhnya.
Pemilihan judul Cek Toko Sebelah sendiri telah dipikirkan masak-masak. Bagi Ernest, judul tersebut sudah sangat identik dengan kalimat jual beli khas pedagang-pedagang Tionghoa. Saat dilakukan survey pun banyak orang yang bereaksi.
"Saat kita cari judul yang behubungan dengan toko, tercetus lah Cek Toko Sebelah. Jargon yang sudah kita nggak heran lagi. Kita tes ke beberapa orang, rata-rata saat kita tanya judulnya apa? Cek Toko Sebelah. Kasih respon yang ada-ada saja lo. Jarang yang kasih respon Oh. Kita cari yang menarik," tukas Ernest Prakasa.