Transformasi Menyakitkan Elang yang Menginspirasi

Dadan Eka Permana diperbarui 20 Sep 2016, 17:05 WIB

Fimela.com, Jakarta Elang merupakan predator yang sangat ditakuti. Penglihatannya sangat tajam, sepasang kakinya kuat dengan kuku yang tajam melengkung. Sekali berburu, jarang sekali mangsanya terlepas.

Elang yang sebagian spesiesnya sudah dinyatakan langka ini, juga kerap dijadikan para motivator untuk menginspirasi seseorang agar jangan menyerah untuk menjalani hidup, meski sedang diterpa masalah sesulit apapun.

Elang merupakan burung yang memiliki umur panjang. Usia elang bisa mencapai 70 tahun. Tapi untuk mencapai umur sepanjang itu, elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat ketika usianya masuk 40 tahun.

Di sinilah elang harus membuat pilihan, menyerah dan mati atau tetap melanjutkan hidup dengan melewati proses transformasi selama 150 hari yang amat menyakitkan.

Pada usia 40 tahun, cakar elang mulai menua, paruhnya menjadi panjang hampir menyentuh dada. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal, sehingga sangat menyulitkan waktu terbang.

Apabila memilih proses trsnformasi, elang harus berusaha keras terbang ke atas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang. Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru.

Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya sampai rontok dan menunggu bulu-bulu baru tumbuh pada sayapnya. Ketika semua itu sudah dilewati,  elang kembali menjalani kehidupan barunya