Fimela.com, Jakarta Riefian Fajarsyah atau lebih dikenal dengan nama Ifan Seventeen tak lama lagi akan melangsungkan pernikahan dengan artis Dylan Sahara Oktober 2016 mendatang setelah kurang lebih lima tahun pacaran. Berbagai persiapan sudah dilakukan dengan matang. Sebuah pesta pernikahan akan diusung dengan tema pantai di kawasan Ancol, Jakarta Utara. Selama lima tahun, banyak yang dilalui pasangan yang terpaut usia sembilan tahun tersebut. Selama itu pula, keduanya saling mengenal hingga akhirnya memutuskan untuk menikah. Lantas, bagaimana keduanya bisa melewati masa-masa penjajakan tersebut?
***
Ifan dikenal sebagai vokalis salah satu band papan atas tanah air, Seventeen. Puluhan syair lagu romantis telah meluncur dari mulut pria berusia 33 tahun tersebut. Keromantisan itu pula yang membawa Dylan Sahara terhanyut dalam pelukannya, hingga akhirnya memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Keputusan pasangan tersebut, bukan tanpa halangan dan tantangan. Dylan Sahara sempat disebut-sebut sebagai orang ketiga dari kandasnya rumah tangga Ifan Seventeen dan Astrid Gayatri. Dylan tampaknya tidak terpengaruh dengan anggapan miring tersebut, sebab apa yang sebenarnya terjadi, hanya ia dan Ifan Seventeen, calon suaminya yang mengetahui.
Pernikahan Ifan Seventeen dan Dylan Sahara akan berlangsung unik. Dengan tema pantai, pernikahan tersebut akan dilangsungkan di sebuah pantai di kawasan Ancol, Jakarta Utara. Konsep pernikahan tersebut akan berlangsung dengan undangan terbatas, cukup orang-orang yang mereka kenal. Ifan dan Dylan mengungkapkan, tidak akan ada tradisi adat yang biasa dilakukan dalam pernikahan di Indonesia.
Jalan panjang Ifan Seventeen dan Dylan Sahara menuju pernikahan, akan terbayar dengan konsep pernikahan yang telah disusun untuk memberikan kenyamanan tamu undangan. Inilah konsep pernikahan yang keduanya idam-idamkan sejak menjalin hubungan.
"Aku suka pantai, Dylan suka garden, pada intinya kita suka outdoor. Enggak suka nikah di gedung, dimana kita salaman terus nyengir untuk sekitar 800 orang yang mungkin enggak semuanya dikenal. Kita berdua enggak mau kaku dan penuh tradisi," ujar Ifan Seventeen saat melakukan sesi pemotretan bersama Dylan di studio Bintang.com, kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (14/9/2016).
Tak lama lagi akan bersatu dalam ikatan pernikahan, Ifan Seventeen dan Dylan Sahara kembali terkenang masa-masa awal menjalin hubungan. Keduanya memang tidak menyangka, 'perjodohan' dari teman-teman mereka, membawa sebuah keputusan besar saat ini, pernikahan.
Ifan Seventeen awalnya menganggap Dylan Sahara adalah sosok perempuan labil terkait usianya, sementara Dylan Sahara menganggap Ifan Seventeen adalah sosook playboy, mengiringi anggapan banyak orang tentang anak band. Namun semuanya sirna, saat keduanya mulai serius menjalani hubungan.
Kisah awal pertemuan Ifan Seventeen dan Dylan Sahara, konsep pernikahan hingga jalan berliku akhirnya memutuskan menikah, diceritakan kepada Teddy Kurniawan dan Hasan Mukti dari Bintang.com. Berikut petikan wawancaranya.
'Tragedi Tergelincir' Buahkan Cinta
Sebuah cerita yang tak akan dilupakan Ifan Seventeen dan Dylan Sahara adalah saat pertemuan pertama mereka. Proses pertemuan pertama itu dilakukan setelah beberapa bulan sebelumnya berkomunikasi melalui pesan BBM (BlackBerry Messenger). Namun apa yang terjadi saat pertemuan pertama tersebut?
Bagaimana proses ketemuan kalian?
Ifan (I): Jadi kita bertemu sekitar kurang lebih empat sampai lima tahun lalu. Pertama kali dijodohkan sama teman. Dikenalin dulu, lalu aku coba cari tahu tentang si doi, bla bla bla sampai akhirnya ketemu. Pertama kali, kedua kali, ketiga kali sampai akhirnya officially pacaran.
Dylan (D): Jadi temannya itu sahabatku tepatnya. Dia bilang ada yang mau kenalan Ifan namanya. Waktu itu aku bilang, ya boleh saja kali ya. Masih malas-malasan accept (terima) permintaan kontaknya di BBM. Jadi pas itu aku enggak langsung accept, baru besoknya. Lalu saat komunikasi juga, kadang aku balas kadang enggak. Eh, kemudian dia mau ngajak ketemuan. Sebenarnya di BBM awal-awal aku malas nanggepin. Aku baru lihat saat ketemu, eh ternyata ini anak asik juga dan lucu.
Ifan kan penyanyi, 'nembak' pakai lagu?
(I): Sebenarnya enggak romantis, malah setelah 'jadian' justru romantis karena lebih ke gimana caranya berproses mengenal Dylan. Pertemuan pertama, kedua dan ketiga itu isinya ngobrol melulu. Melihat bagaimana dia pola pikirnya, cara memandang kehidupan, kalau memandang teman bagaimana, temannya siapa saja. Kita ingat banget pertemuan pertama di Yogyakarta dan saat itu hujan. Mau berhenti turun hujan, jadinya ya kita mutar-mutar saja keliling kota.
Dylan (D): Iya aku ingat, akhirnya kita muter-muter saja.
Apa sih yang membuat Dylan merasa nyaman bersama Ifan?
(D): Kalau yang membuat nyaman sih, ya, sifatnya dia ya. Pertama kali ketemu aku lihat orangnya baik dan sabar. Aku kan orangnya yang rada gimana gitu, eh ketemu dia yang sabar. Jadi kalau ada yang keras, memang harusnya ada yang meredam. Aku juga lihat dia orangnya bertanggung jawab, baik hati dan tulus. Ke orang lain saja begitu, bagaimana ke pasangan kan.
Ifan kan humoris, bener enggak?
(D): Emang iya sih. Pertama kali aku lihat juga dia konyol, lucu kita langsung nge-blend karena dia humoris.
Kalau Ifan, kesan apa pertama kali saat mengenal Dylan?
(I): Terus terang pertama kali yang aku lihat fisik ya. Lihat pertama fotonya di pic profile (picture profile) BBM teman. Wajah siapa nih, lucu banget. Akhirnya ketemu, terpaut sembilan tahun. Waktu itu pertama kali yang terlintas, bakal 'nyambung' enggak ya? Kan masih kecil, abg kan, hahahaha. EH, pas ketemu dan ngobrol, baru tahu pola pikirnya dewasa ya, bisa menempatkan posisinya.
(D): Usia kan belum tentu menentukan kedewasaan, hahaha.
(I): Dan itu membuat aku lebih tertarik untuk mengenal lebih jauh. Ternyata dia jauh dari apa yang aku bayangkan. Enak diajak ngobrol, becanda juga bisa dan dewasa.
Katanya ada kejadian konyol saat pertemuan pertama?
(Ifan dan Dylan sempat tertawa bersama).
(I): Awal-awal ketemu memang ada kejadian lucu tapi itu malah membuat kita lebih cair untuk ngobrol. Jadi proses pertemuan pertama itu kan dimulai dari BBM. Aku melihat nih anak cantik banget, gimanalah gitu. Akhirnya aku jemput ke rumah Dylan, finally akhirnya setelah janjian beberapa bulan, dia mau juga dijemput.
(D): Memang awalnya aku agak enggak merespons. Males aja.
(I): Sampai akhirnya oke dijemput. KOndisinya hujan gerimis dan licin. Dia keluar dari rumahnya dengan terpaan angin yang sepoy, udah dandan seperti seorang putri banget. Pas jalan, eh gubrak, kepeleset, hahaha.
Lalu apa yang kamu lakukan?
(I): Jangan berpikir aku langsung ngelus-ngelus gitu. Detik-detik pertama yang aku lakukan adalah tertawa. Gila, udah cantik-cantik gitu kepleset, malu-maluin banget, hahaha.
(D): Nyebelin kan? Orang baru ketemu bukan langsung ditolongin malah diketawain. Udah cantik-cantik dia enggak nolongin kan kesel. Baru setelah ketawa 15 menit, dia baru nolongin, hahaha.
(I): Kita ledek-ledekan, emang kamu kenapa bisa jatuh. Tapi akhirnya jadi panjang ngobrolnya. Itu pengalaman yang enggak bisa kita lupakan. Dibalik musibah itu ada hikmah.
Ada luka saat itu?
(D): Enggak, untung jatuhnya safety, hahaha.
(I): Sakit sih pastinya enggak. Tapi malunya, hahaha.
(Dylan kemudian mencubit mesra Ifan)
Saat kenalan, Dylan tahu kalau Ifan vokalis Seventeen?
(D): Tahu, temanku bilang. Mungkin karena dia anak band, yang membuat aku malas ya, hahaha.
(I): Tapi kan enggak semua anak band punya citra negatif. Pembelaan banget ya gue, hahaha.
Ada selentingan nih, anak band apalagi vokalis itu sering dicap playboy. Dylan terpengaruh enggak?
(D): Pertama gini, waktu itu aku kalau enggak salah habis putus. Setelah itu ada yang deketin, bukan anak band saja malas, apalagi anak band. Aku berpikir, ah sudahlah, kalau mood aku lagi bagus baru aku mau lanjutin. Tapi pas ketemu sana dia, aku bukan melihat dia seperti anak band, tapi melihatnya sebagai seorang Ifan. Orangnya baik banget.
(I): Itu termasuk trik dan intrik anak band lho, hahaha.
Tapi Ifan bagaimana dengan anggapan play boy anak band? Bukankah banyak penggemar perempuan?
(I): Itu bonus dari pekerjaanku sebagai anak band, ya musisi juga. Apalagi band-nya beraliran pop. Kecenderungannya yang mendengarkan lebih ke abg atau cewek. Tapi itu enggak menjamin keberadaan dan kebenaran kita dalam mencari pasangan. Enggak mungkin juga cewek-cewek itu diterima, enggak ada pengaruhnya juga dalam mencari pasangan. Aku pasti melihat kriteria perempuan untuk diajak sebagai pasangan. Diajak ngobrol nyambung, pinter, cerdas. Itu aku dapatkan dari sosok Dylan. Bagi aku secara fisik dia cantik dan buat aku juga dia salah satu wanita cantik di dunia. Manis kan mulut anak band, hahaha. Selain cantik, Dylan juga pintar, berisi dan membuat aku tertarik.
Emang Dylan salah satu penggemar Seventeen?
(Dylan sempat berpikir beberapa saat)
(D): Kalau dengerin lagunya Seventeen sih pasti iya, kan punya televisi, hahaha. Kalau kayak lagu-lagu dia sih aku tahu beberapa. Sebenarnya aku enggak suka lagu-lagu galau, cuma tahu saja kalau lagu-lagunya bagus. Tapi aku bukan penggemar.
Kencan pertama kalian bagaimana?
(I): First date kita di sebuah rumah makan di Yogyakarta karena aku bukan orang ribet, bukan juga orang-orang yang suka dielu-elukan. Di Yogyakarta ada tempat tenang. Kalau aku sendiri sih sukanya di angkringan pojok kampung. Cuma karena bawa Dylan dan kebetulan dia sudah make up, jadi cari tempatnya yang layak.
(D): Kalau di pinggir jalan sih sebenarnya enak juga.
(I): Kan kamu pakai make up. Memang sih kan kita sukanya di pinggir jalan, tapi kan masa mau dibilang gagal kondangan, hahaha.
(I): Tepatnya kami di daerah Jalan Kejayaan, pertama kali aku dan Dylan nge-date.
Obrolan pertama kalian apa?
(D): Aku sih belum pernah macarin juga yang di bawah aku, enggak suka brondong juga, hahaha. Jadi ya ngobrol sama dia lebih dewasa ya. Ngobrol banyak hal sih, saling kenal saja.
(I): Jadi memang pas ya berarti sama aku, hahaha. Beda umur banyak, bisa langsung minta pangku pakde, hahaha. Meski beda usia yang jauh, tapi karena aku kan kerja di dunia hiburan, musik jadi pakaian dan penampilan aku lebih terlihat beda setahun beda sama pekerja kantoran, hahaha. Ya, ngobrol saling mengenal lebih dekat saja.
(D): Jadi kelihatan 23 tahun ya, hahaha.
Jalan Panjang Menuju Pernikahan
Pacaran selama lima tahun, bukanlah waktu yang sebentar. Banyak hal dilalui Ifan Seventeen dan Dylan Sahara. Bahkan keduanya sempat mengaku mengalami masa-masa berat dalam hubungan mereka. Lantas, bagaimana keduanya bisa mengatasi hal tersebut?
Kabarnya selama kurang lebih lima tahun menjalin hubungan, kalian sering putus sambung?
(D): Kalau putus sih enggak ya. Kalau berantem pernah.
(I): Bukan putus ya nyebutnya, tapi break dulu iya.
(D): Iya, kita ada masa dimana butuh need more space.
(I): Tetap sama-sama, tetap pacaran, tapi break dulu.
Kapan break itu terjadi?
(I): Kita itu alhamdulillah sampai tahun kedua hubungan tidak ada masalah, bagus banget. Orang malah bilang di tahun pertama hubungan pasti banyak ribut, tapi kita enggak. Sampai tahun ketiga dan tahun keempat baru banyak masalah. Kelihatan Dylan dan Ifan seperti apa. Proses pencocokkan dimulai di tahun ketiga dan itu bagi aku gila.
(D): Ini kan ada dua individu yang berbeda, sifatnya pun beda, penampulan beda, latarbelakang beda. Pencocokan dibutuhkan banget dan memang enggak gampang, apalagi mungkin nanti setelah menikah ya.
(I): Kalau orang pacaran setelah berantem kan biasanya bilang enggak cocok, ta lalu putus. Tapi kita merasa ini proses menuju pernikahan. Memang setelah memutuskan untuk pacaran, sebulan, dua bulan kita sudah menyatakan keseriusan atas hubungan ini.
(D): Yang bilang serius kan kamu.
(I): Kita lah, hahaha.
Pacaran lima tahun itu lama lho. Bagaimana kalian mengatasi kebosanan?
(I): Memang, sebenarnya lima tahun itu lama, dilanda kebosanan. Yang tadinya cinta banget, bisa jadi biasa saja. Tapi kita tahu, ternyata kita saling membutuhkan. Kita tahu enggak ada yang bisa lebih baik dari pasangan kita. Sampai kita berada di titik dimana kita adalah pasangan yang akan menikah. Orangtua sudah ketemu orangtua, bahkan kita sudah tunangan segala dan selalu ditanya kapan nikah. Kita sih jawab saat itu, ya kita pasti menikah. Zona itu yang akhirnya harus diakui membuat kita terlena. Putus enggak, mau nikah pasti, tapi kapannya santai dulu. Pertanyaan kapan nikah itu selalu membuat kita akhirnya berpikir.
(D): Iya kita jadinya terlena dengan hubungan ini. Putus enggak, mau nikah iya.
(I): Sampai orangtua akhirnya turun tangan. Tanya dengan tegas kapan? Akhirnya waktu itu kita jawab, Insya Alloh tahun ini.
Lho berarti sebenarnya kalian sudah pengin menikah dari dulu?
(D): Iya, tapi karena kita sudah merasa cocok, malah kita enggak nikah-nikah. Kita sudah sama-sama serius, jadi santai saja.
(I): Ya salah satunya masalah kerjaan. Sibuk masing-masing. Seperti sekarang ini saja mau urus pernikahan kayaknya ribet banget. Dulu juga berpikir mau urus-urus pernikahan, takut kerjaan tertunda.
(D): Sebenarnya enggak bagus sih seperti itu. Jangan ditiru ya.
Kok bisa dahulu mau menikah tapi masih santai saja?
(I): Iya karena waktu itu kita berpikir pasti menikah, ya sudah santai saja. Kita enggak akan putus. Mau sekarang atau nanti sama saja, kita akan menikah. Apalagi Dylan mau punya anak di usia 25 tahun, jadi nunggu saja dulu deh sampai usia 24 tahun.
(D): Iya, aku pengin punya anak, targetnya memang menikah 24 tahun jadi waktu masih 22 tahun nunggu lagi deh, 23 tahun nunggu lagi deh jadi terus ketunda.
(I): Lagipula kalau habis nikah saat itu kan enggak langsung punya anak. Jadi ya sudah jalani saja dahulu. Sekarang kita jelang pernikahan, bener kan ribet ngurusinnya, hahaha.
(D): Orangtua juga sudah nanyain terus, kalau sudah serius jangan lama-lama pacarannya. Kalau sudah niat ibadah dan menemukan yang terbaik, kenapa juga ditunda.
Jadi 'dipaksa' juga dong buat nikah nih sekarang?
(I): iya, dipaksa memang, hahaha.
Persiapan pernikahannya sudah sejauh mana?
(I): Gedung belum dapat, karena nikahnya di pantai, hahaha. Tempat sudah dapat, penghulu sudah, surat undangan sudah tinggal disebar. Dekorasi sudah, makanan sudah tinggal 10 sampai 20 persen saja, finishing-nya saja.
Bagaimana persiapan masa depan kalian?
(D): Kita sudah ngomong sial itu, kita mau tinggal dimana, di daerah mana.
(I): Ada rumah di Pancoran, apartemen di Pancoran. Sementara jadi anak Pancoran saja, hahaha.
Bagaimana konsep pernikahan kalian?
(I): Aku suka pantai, Dylan suka garden, pada intinya kita suka outdoor. Enggak suka nikah di gedung, dimana kita salaman terus nyengir untuk sekitar 800 orang yang mungkin enggak semuanya dikenal. Kita berdua enggak mau kaku dan penuh tradisi.
(D): Pernikahan konvensional itu bukan tipe kita. Kita punya impian kalau misalnya mau nikah, semua kenal undangannya. Kita enggak mau dipajang di depan untuk tamu undangan yang enggak kita kenal.
(I): Iya, lebih santai kalau outdoor.
Dengan konsep pantai, kenapa memilih di Jakarta?
(I): Sebenarnya begini, ada beberapa teman nikahnya di Bali. Asik sih dan bagus di outdoor. Cuma kasusnya, kalau nikah di Bali itu tidak banyak yang bisa datang, terkendala transport dan penginapan. Okelah kita bisa nanggung, tapi cuma bisa berapa banyak sih? Taku ada undangan yang kelewat juga, cemburu, iri jadinya enggak datang.
(D): Nah, setelah dipikirkan kita cari di Jakarta saja, tapi temanya tetap pantai.
(I): Ini jadinya di Ancol, hahaha. Kebetulan yang punya venue itu temenku jadi memang pas.
Seperti apa nanti pesta pernikahan yang akan kalian jalani?
(D): Gaya internasional, warna cerah ceria, putih dan gold.
(I): Iya, gaya internasional. Kita yang turun karena outdoor. Meja dan kursi juga menghampar di pantai, jadi pengin santai saja.
Masih sibuk dengan pekerjaan kalian, bagi waktu dengan mengurus pernikahan seperti apa?
(D): Jadi pada saat kita sibuk, kita berusaha meng-handle lewat telepon vendornya. Bisa dari rumah atau mana saja kan. Pas waktu kosong, ada satu hari kita keliling ke banyak tempat, biar urusan cepat beres.
Ifan pernah gagal dalam pernikahan, apa yang membuat kamu yakin dengan hubungan ini?
(I): Semua belajar dari pengalaman. Kenapa aku dibilang lebih selektif setelah yang kedua ini, karena aku menghindari kesalahan-kesalahan yang dulu. Aku mendari pasangan yang benar-benar, bukan cuma mauku tapi buat kebaikanku dan ternyata semua ada di Dylan. Aku merasa, enggak ada yang lebih baik berada di sampingki selain dia. Jadi dia luar biasa. Sebenarnya pas awal-awal mungkin enam bulanan pacaran, sudah tahu semua tentang dia. Car berpikir dari kita banyak ngobrol. Sejak itu aku merasa, ini suatu saat aku bakal nikahi dia.
Enggak ada proses pingitan?
(D): Kalau aku dipingit nanti ngurus macam-macamnya enggak bisa deh, hahaha.
Biasanya, dekat hari menikah pasangan suka berantem. Kalau kalian?
(D): Iya benar, hahaha.
(I): Sebelum berangkat ke sinis saja (pemotretan), sempat berantem.
(D): Sebelum mau menikah, jalannya lurus-lurus saja, tapi saat mau nikah, ada saja cobaan, hahaha.
Seperti apa?
(D): Sebenarnya masalah enggak penting juga sih, kecil. Cuma karena lagi sensi atau enggak mood, lagi sama-sama sibuk, jadi gampang marah.
(I): Mungkin kalau mau menikah seperti ini, lebih sensitif terhadap setiap kesalahan yang enggak tahu kenapa. Aku yakin itu dirasakan pada setiap pasangan yang mau menikah. Susah juga ngomongnya ya, jadi sensitif lah. Seperti nentuin bunga saja di meja, tulip atau melati, warna apa. Itu saja bisa jadi berantem. Kata Dylan, kamu itu enggak mau ngalah, masih pacaran enggak mau kalah. Padahal kan cuma ngomongin warna bunga saja. Terus Dylan juga suka bilang, kamu itu enggak mau ngalah, gimana kalau sudah menikah. Aku jawab, kan aku kepala rumah tangganya, eh terus dijawab lagi sama Dylan, tapi kan itu nanti, hahaha. Kita bertengkar bisa seperti itu.
Emang pernah bertengkar hebat saat mempersiapkan pernikahan?
(I): Iya, kalau naham marah tuh gimana gitu.
(D): Ya ditahan juga, kalau enggak jadi kacau nanti.
(I): Kalau lagi berantem, dia sudah nyerocos melulu, sebagai cowok aku suka enggak nahan, hahaha. Lalu aku keluar ke warung kopi, dua jaman balik lagi. Proses nahan marah ini memang yang aku rasain.
(D): Dulu pernah ada yang bilang sih, tapi aku enggak percaya. Eh, setelah jalanin, yang dibilang orang bener juga, hahaha.
(D): Kalau sudah menikah kan nanti kita akan selalu bicara realita, bukan hanya cinta-cintaan.
Ngundang mantan?
(I): Ini sudah kita bicarakan. Kalau masih ada yang berhubungan baik ya diundang.
(D): Mantan dia banyak, kalau diundang semua mantannya banyak banget, enggak cukup, hahaha.
(I): Kalau ada mantan-mantanku yang beberapa teman sama Dylan, ya diundang. Ada yang sudah menikah dan punya anak pula, kalau udah enggak deket ngapain juga diundang. Begitu juga dengan Dylan. Kalau mantannya masih baik diundang. Untung mantannya enggak ada yang baik sama aku, jadi enggak usah diundang, hahaha.
(D): Ya, soal mantan kan kita lingkupnya kecil. Temannya itu-itu juga, jadi ya biasa saja.
Jelang pernikahan, kalian makin protektif terhadap pasangan?
(I): Malah enggak sih, malah semakin, hmmm, dikit ya, hahaha. Agak sih,
(D): Iya, dia selalu nanya, kamu sama siapa, dimana, pulang jam berapa.
Pas nikah, Ifan akan terus manggung. Kalau Dylan ditinggal-tinggal bagaimana?
(D): Sebelum nikah juga sudah sering, tapi nanti aku bakal ikut saja.
(I): Tapi dia itu pinter, kalau manggung di tempat yang enak seperti Bali, Yogyakarta dia ikut. Tapi kalau manggung di Pangkalan Bun, Donggala yang jarak daratnya 4 sampai 6 jam dari bandara, dia enggak mau ikut.
(D): Bukan enggak mau ikut, tapi aku enggak tahan dengan perjalanan darat yang lama. Mual, masalahnya disitu saja, hahaha.
Pasangan Ifan Seventeen dan Dylan Sahara tengah bersiap menatap masa depan. Perjalanan cinta keduanya yang panjang menjadi bekal untuk kehidupan setelah pernikahan, apalagi Ifan pernah mengalami kegagalan berumah tangga. Seperti kata pepatah mengatakan, manusia pintar itu tidak akan jatuh ke lobang yang sama untuk kedua kali. Ifan yakin, bergandengan tangan dengan Dylan, akan mengantarkannya ke puncak kebahagiaan yang selama ini dicarinya. Selamat menempuh hidup baru, Ifan dan Dylan.