Editor Says: Memotret Realitas ala Efek Rumah Kaca

Putu Elmira diperbarui 19 Sep 2016, 13:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Indonesia bisa dikatakan beruntung memiliki segudang musisi berbakat dengan ide-ide cemerlang. Seperti grup musik Efek Rumah Kaca yang mantap menyalurkan minat musik mereka lewat jalur independen.

Bagi penikmat musik indie khususnya, ERK begitu grup ini biasa disapa, tentu bukan nama yang asing lagi. Selain mampu menyuguhkan musikalitas terbaik namun, ERK kerap menyorot dan memotret realitas yang banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Menariknya, Cholil Mahmud, Adrian Yunan Faisal, dan Akbar Bagus Sudibyo mampu mengemas karya-karya yang padat makna. Hal tersebut dirangkum dalam 3 buah album dalam perjalanan bermusik, yakni Efek Rumah Kaca (2007), Kamar Gelap (2008), dan Sinestesia (2015).

Berkarya dengan pemikiran-pemikiran yang cerdas, musik ternyata memiliki arti tersendiri bagi ERK. Musik adalah sebuah media refleksi dari keseharian grup pelantun Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa ini.

"Buat kami musik tidak sekedar hiburan tapi juga sebagai media refleksi dari keseharian kami dan media untuk mengkomunikasikan semua opini kami," jelas Efek Rumah Kaca.

Lalu, bagaimana ketika Efek Rumah Kaca mengemas realitas dan esensi lirik dari beberapa karya mereka yang tidak jarang 'menyentil' hal-hal dalam kehidupan sehari-hari?

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Suara-suara Efek Rumah Kaca

Memang tidak sedikit musisi yang mengangkat tema-tema mengenai banyak hal yang terjadi dalam kehidupan. Namun, Efek Rumah Kaca memiliki gaya berbeda ketika menggambakannya dalam bentuk rangkaian nada.

Seperti salah satu lagu bertajuk Kenakalan Remaja di Era Informatika yang ada di album kedua mereka, Kamar Gelap tahun 2008. Terlepas dari judul menarik dan lirik unik, bukan tanpa alasan ERK memperkenalkan secara luas lagu tersebut.

Terciptanya Kenakalan Remaja di Era Informatika bermula dari hal yang sederhana, bincang-bincang usai latihan. Pun saat itu mereka melihat fenomena video seks 'amatiran' banyak bermunculan.

"Idenya muncul dari sebuah obrolan santai sehabis latihan. Ketika membahas tentang maraknya video seks 'amatiran' yang banyak beredar didunia maya, kami merasa itu fenomena yang menarik dan penting juga untuk diangkat," jelas Efek Rumah Kaca.

ERK membingkai keprihatinan mengenai disorientasi banyak orang dalam penyebaran di media sosial. Maka dari itu, ERK memberi sebuah pencerahan lewat lagu ini.

"Kami prihatin. Kami menganggap hal itu menunjukkan banyak orang mengalami disorientasi tentang apa yang pantas atau layak untuk disebarkan di media sosial dan dikonsumsi oleh masyarakat luas, jadi masyarakat (termasuk kami) perlu dicerahkan pandangannya," tambah mereka.

Selain lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika, Efek Rumah Kaca juga memiliki lagu-lagu yang jadi refleksi keseharian yang menarik diangkat. Sebut saja Jatuh Cinta Itu Biasa Saja ketika orang terlalu berlebihan dalam hal mencintai, lagu Belanja Terus Sampai Mati saat orang mementingkan esensi belanja yang tiada henti atau Di Udara, yang mengemas kisah kematian aktivis, Munir yang belum terjawab hingga saat ini.

 

Putu Elmira,

Editor Celeb Bintang.com