Fimela.com, Jakarta Ketika guru spiritual tak lagi mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan kebajikan, maka kerusakan lah yang pasti dituai. Demikian lah yang terjadi di padepokan Gatot Brajamusti yang terletak di kawasan Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat.
Padepokan yang semestinya bisa memberikan ketenangan berpikir malah menjadi tempat dilaksanakannya maksiat. Pesta narkoba dan juga seks bebas dituding sudah lazim dilakukan di padepokan Gatot Brajamusti.
"Menurut informasi memang begitu (ada pesta narkoba dan pesta seks)," tegas Elza Syarief selaku kuasa hukum korban Gatot Brajamusti di kantor KPAI, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (13/9).
Ada beberapa kasus berbeda yang dialami oleh korban di padepokan tersebut. Menurut Elza Syarief dan ketua KPAI, Asrorun Ni'am Sholeh yang mendapatkan laporan dari banyak korban menyatakan bahwa banyak kasus terjadi seperti kekerasan seksual terhadap anak sampai adanya aborsi.
"Tidak hanya satu kasus, namun ada beberapa lapis seperti pencabulan, hamil, lalu aborsi. Itu tindak pidana yang diancam hukuman berat. Yang pasti ada 4 ketentuan Undang-Undang yang dilanggar," imbuh Asrorun.
Selain telah menyebabkan kehamilan dan selanjutnya diminta untuk aborsi, penyalahgunaan narkoba yang dilakukan Gatot bersama anak muridnya telah berakibat fatal. "Dan ada penyalahgunaan narkoba. Bahkan sampai overdosis, meninggal," tutur Elsa.
Bahkan, menurut Elza sampai saat ini masih ada korban penyalahgunaan narkoba yang masih berstatus menjadi pecandu. Ia juga menyebut jika banyak murid-murid Gatot Brajamusti yang berasal dari pejabat-pejabat dalam negeri. "Saya denger sendiri. Ada anak-anak di bawah umur, orang biasa, istri-istri aja yang kemudian cerai. Ada juga anak-anak pejabat. Efek sampai ketagihan. Saya dilihat fotonya," tutur Elza Syarief.