Fimela.com, Jakarta Mungkin kamu sudah nggak asing dengan judul di atas. Entah di Twitter, Facebook atau bahkan Instagram "Diputusin pas lagi sayang-sayangnya" telah menjadi quote yang merajalela. Sengaja mencabik hati para generasi galau, dan memancing mereka untuk memention pacarnya agak tak melakukan hal serupa.
***
Siapa sih yang nggak senang pas lagi jatuh cinta? Saya rasa sih semua pasti setuju. Dari mulai diucapin selamat pagi hingga selamat tidur, semua terasa spesial bagi mereka yang tengah kasmaran. Udah ngaku aja, kamu pasti merasakan hal yang serupa.
Tapi, sungguh sial ketika saya miliki seorang teman yang selalu mementingkan rasionalnya. Bukannya saya tidak, tapi dia selalu lebih memilih menuruti logika dibandingkan isi hati. Karena saya mencintai keseimbangan dan keabu-abuan dunia, tentu saja saya tidak seperti dia.
Oke, kembali ke teman saya. Ia mengingatkan, bahwa setiap kebahagiaan yang saya rasakan kala jatuh cinta akan selalu dan harus dibayar dengan luka dan sakit yang sama dalamnya. Saya menyadari betul bahwa ketika mencintai seseorang, di sana saya pun memberikan dia kekuatan sekaligus kepercayaan untuk membahagiakan dan menyakiti saya. Di saat yang sama.
Semakin kamu mencintai seseorang, sesakit itu pula yang akan kamu rasakan ketika ia melakukan sebuah kesalahan. Semakin kamu mencintai, semakin pula kamu tersakiti. Saya rasa itu hukum yang absah. Sebagai pecinta keabu-abuan, sekali lagi, kehidupan itu harus seimbang. Sedih merupakan 'bayangan' dan bahagia adalah 'sinar'. Semakin kuat sinar yang dipancarkan, maka semakin nyata pula si bayangan.
Diputusin pas lagi sayang-sayangnya tentu menyakitkan. Tapi kamu tahu nggak apa yang lebih sakit? Ya, ketika kamu sudah menjalani hubungan dalam intimasi yang tinggi dan kedekatan yang dalam, tapi ternyata dianya biasa-biasa aja. Nggak ada yang spesial baginya. Sakitkan? Haha iyalah.... :'(
Hahaha.. saya cuma bercanda. Meski ada benarnya, tapi ada lagi yang lebih menyakitkan. Yang lebih menyakitkan adalah ketika kamu sudah 'mati rasa'. Ketika kamu sudah terbiasa dengan rasa sakit dan akhirnya nggak merasakan apa-apa lagi. Hal itu lebih berbahaya ketimbang nangis bombay karena ditinggal, apalagi karena dianya biasa aja padahal kamu udah intim dan sayang. Eh, gimana?
What's On Fimela
powered by
Cinta Sudah Pasti Menyakiti
Jangan pernah bermimpi untuk hidup layaknya Disney Princesses. Oke, miliki mimpi memang harus, tapi realistis juga dibutuhkan. Seperti judul halaman kedua Editor Says ini, cinta sudah pasti menyakitkan. Terkadang mengurusi diri sendiri saja sudah bisa menyakitkan, apalagi menyatukan dua kepala?
Mengalah sudah pasti jadi kewajiban yang harus dilakukan oleh pasangan yang dilanda kasmaran. Kamu nggak mau kejadian yang ada di artikel ini terjadi padamu kan? Ahem.. colek Febriyani Frisca. Jadi, bersiap untuk menghadapi kemungkinan terburuk sudah harus dilakukan.
Seperti yang sudah saya tulis tadi, hal yang lebih menyakitkan adalah ketika kamu tak lagi merasakan apa-apa. Ketika hidupmu sudah diselimuti ketidakpedulian. Tidak ada empati apalagi simpati. Kamu hidup bagaikan robot, menjalankan semua kewajiban dan tidak ada niatan untuk bersenang-senang.
Kenyataannya, hal ini sering saya lihat. Ketika seseorang meremehkan penderitaan orang lain karena ia pernah merasakan yang lebih menyakitkan. Tidak mudah mempercayai orang pun bisa menjadi akibat yang menyeramkan. Rasa kemanusiaan yang sudah hilang. Karena bagi saya, ketika anak Adam hidup dengan mengedepankan kemanusiaan, maka dunia ini akan baik-baik saja.
Saya percaya, cinta dan kemanusiaan sudah pasti selaras. Namun ketika hal tersebut seringkali dipatahkan, dikhianati, dirusak, manusia akan berada di titik terendah. Apalagi jika hal tersebut dilakukan oleh orang terdekat, entah orangtua, saudara, atau kekasih.
"The world's a reflection of how children play". Yup, lirik 5/6 dari Jason Mraz ini selalu terngiang-ngiang di otak saya. Apa manusia sedari kecil sudah lack of kasih sayang? Karena akhir-akhir ini, banyak sekali peristiwa yang terjadi lantaran manusia tak mencintai sesamanya. Bahkan, sebagian dari kita bisa menyakiti makhluk Tuhan yang lain.
Yang miliki cinta saja sudah pasti menyakiti, apalagi jika tak punya rasa apa-apa di dalam hati? Tidak bisa membayangkan jika saya menemukan seseorang yang hanyalah seonggok daging berjalan. Tanpa hati. Tanpa ada rasa kemanusiaan. Akan jadi sesadis apakah dia?
Floria Zulvi,
Editor Kanal Style Bintang.com