Fimela.com, Jakarta Sebuah bom kembali meledak di Filipina pada Jumat (2/9) malam. Kali ini, bom ini tewaskan 12 orang, termasuk seorang bocah berusia 12 tahun, dan menimbulkan paling sedikit 60 korban luka-luka. Independent mewartakan, meledaknya bom ini terjadi di sebuah pasar malam, di luar sebuah hotel mahal, Marco Polo, kota Davao, pulau Mindanao, Filipina.
Para saksi mata mengatakan kepada The Sun, mereka mendengar sebuah ledakan yang sangat keras yang disusul dengan kepulan asap. Saat kejadian, mereka mengira-ngira saat itu pukul 20.15 waktu setempat. Departemen Pertahanan Nasional Filipina hingga saat ini masih mencurigai Abu Sayyaf sebagai dalang di balik peledakan.
Dilansir dari BBC, hotel Marco Polo tersebut memang sering dikunjungi Presiden Rodrigo Duterte. Pada saat bom meledak, Duterte sebenarnya berada di hotel tersebut. Namun, BBC mewartakan Duterte tidak terluka dalam insiden yang menyedihkan ini.
Sementara itu, Juru Bicara Duterte, Martin Andanar, mengatakan kepada Telegraph, ada banyak pihak yang memang tidak suka dengan Duterte. Dia juga menambahkan, kemungkinan dalang di balik ledakan ini merupakan pihak militan Islam, atau pihak yang menentang 'Drug War' yang kini sedang dijalani Duterte.
"Ada beberapa pihak yang marah kepada Presiden dan pemerintahan kami," kata Andanar kepada media tersebut. Sebelumnya diberitakan, Duterte kini sedang menjalani 'Drug War;' tindakan keras yang sedang berlangsung terhadap distribusi narkotika dan penggunanya di Filipina.