Fimela.com, Jakarta Gatot Brajamusti baru saja menjadi Ketua Umum PARFI lewat kongres yang digelar pada 27-28 Agustus di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sayangnya, guru spiritual Reza Artamevia itu tertangkap menggunakan narkoba setelah baru saja terpilih lagi menduduki jabatan tertinggi di PARFI untuk peripde 2016-2021. Pertanyaannya, apa yang ingin dikejar dari kursi Ketua Umum PARFI?
Karena jabatan itu bukanlah pekerjaan mudah, dan bukan posisi 'basah'. DiButuhkan jiwa keikhlasan, pengabdian, dan rasa kecintaan tinggi untuk keberlangsungan organisasi. Bahkan, seorang ketua harus rela mengeluarkan dana demi menjalankan roda PARFI.
"Kalau cuma duduk saja itu eksistensi, percuma. Ini berat loh. Kalau enggak punya syarat pengabdian, itu susah. Kita lihat kantong kita, sambil merencanakan program untu kedepannya," ujar Erna Santoso, di Gedung Film, kawasan MT. Haryono, Jakarta Selatan, Rabu (31/8/2016).
Menurut Erna, sejauh ini belum diketahui sumber pemasukkan PARFI. Sementara dana operasional harus tetap dikeluarkan demi jalannya organisiasi. "Ya iya, buat gaji karyawan. Kita kan belum tahu pemasukannya dari mana. Apalagi selama 5 tahun ini kita enggak tahu dananya dari mana," lanjut Erna.
Sementara itu, beberapa agenda memang sempat tersebar. Diantaranya deklarasi PARFI'56. Memilih bersikap netral, Erna pun memilih tidak menghadiri acara itu. "Banyak kok, saya jg diundang, tapi saya sih netral saja," ucapnya.
Dalam kesempatan berbeda, Aditya Gumay, selaku mantan sekertaris PARFI mengatakan, selama periode 2011-2016, Gatot Brajamusti rela merogoh kocek untuk menjalankan program-program PARFI. Salah satunya memberangkatkan haji anggota PARFI tiap tahunnya.
"Dia orang sangat baik, dermawan. Saya tahu dia buat program memberangkatkan umroh anggota PARFI. Bisa ada 70 sampai 80 orang yang diberangkatkan. Dia juga yang mebbiayai," kata Aditya Gumay, di kesempatan berbeda, Gedung PPHUI, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (30/8/2016).