Andryega da Silva Minta Anggota PARFI Hormati Gatot Brajamusti

Puput Puji Lestari diperbarui 31 Agu 2016, 23:42 WIB

Fimela.com, Jakarta Aspar Paturusi sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO) PARFI melantik Andreanus Dedy Dermawan (Andryega da Silva) sebagai Ketua PARFI. Sebagai satu-satunya lawan dalam pencalonan Gatot Brajamusti sebagai Ketua PARFI dalam konggres di Lombok, maka Andre otomatis menjadi ketua setelah status Gatot sebagai Ketua PARFI batal demi hukum.

Status Ketua Umum tersebut batal karena Gatot Brajamusti terganjal kasus narkoba yang ditangani kepolisian. Kebijakan tersebut diambil berdasarkan salah satu persyaratan bagi calon Ketua Umum Parfi, yakni harus memiliki Surat Bebas Narkoba yang dilampirkan Surat Keteranga dari dokter/pihak berwenang.

"Ada kekosongan pengurus dan ketua, karena permasalahannya narkoba dan kepolisian sudah menyatakan Gatot positif mengggunakan narkoba maka status ketua batal. Dengan ini saya menyatakan Ketua PARFI Periode 2016-2021 adalah Andryega da Silva," ujar Aspar saat jumpa press di Kuningan, Jaksel, Rabu (31/8/2016).

Saat memberikan sambutan pertama kali Andryega da Silva mengungkapkan simpatinya pada Gatot Brajamusti. "Pertama saya ingin mengungkapkan simpati saya kepada saudara kita Gatot Brajamusti. Ini adalah ujian pribadinya, mari jangan dicampur adukkan dengan persoalan organisasi PARFI. Jika urusan hukumnya sudah selesai, saya berharap bisa kembali berkomunikasi dengan beliau," ujarnya.

Ke depan Andryega memiliki tugas untuk membuat kepengurusan PARFI dalam 30 hari. Kepengurusan ini dibutuhkan agar organisasi ini segera berjalan. "Semoga dalam dua minggu perangkat kabinet kepengurusan saya sudah siap. Agar kami bisa segera mewujudkan visi dan misi. Kami ingin segera berkonsolidasi dengan teman-teman PARFI di daerah," ujar Andry.

Jabatan Ketua PARFI bukanlah pekerjaan mudah, dan bukan posisi 'basah'. DiButuhkan jiwa keikhlasan, pengabdian, dan rasa kecintaan tinggi untuk keberlangsungan organisasi. Bahkan, seorang ketua harus rela mengeluarkan dana demi menjalankan roda PARFI.

"Kalau cuma duduk saja itu eksistensi, percuma. Ini berat loh. Kalau enggak punya syarat pengabdian, itu susah. Kita lihat kantong kita, sambil merencanakan program untu kedepannya," ujar Erna Santoso, di Gedung Film, kawasan MT. Haryono, Jakarta Selatan, Rabu (31/8/2016).

Menurut Erna, sejauh ini belum diketahui sumber pemasukkan PARFI. Sementara dana operasional harus tetap dikeluarkan demi jalannya organisiasi. "Ya iya, buat gaji karyawan. Kita kan belum tahu pemasukannya dari mana. Apalagi selama 5 tahun ini kita enggak tahu dananya dari mana," lanjut Erna.