Fimela.com, Jakarta Dalam urusan berkendara, perempuan kerap kali dipandang sebelah mata. Baik motor atau mobil, kaum hawa dianggap tak sebaik laki-laki untuk menyetir kendaraan di jalan raya. Seakan tak dipercaya, mereka dihujat dengan berbagai bentuk cara, meme adalah salah satunya. Jika menyetir mobil dan motor saja perempuan diragukan kemampuannya, bagaimana jika mereka mengendarai pesawat? Tetap sama atau lebih parah?
***
Selama ini, mungkin kamu hanya akrab jika seorang gagah di balik kemudi pesawat alias pilot adalah laki-laki dan hanya laki-laki yang bisa menjadi pengendali setir pesawat. Namun, emansipasi membawa perempuan cantik bernama Elesta Apriliana Wulansari mampu mengubah pandangan tersebut. Di usianya yang belum genap 20 tahun, ia sukses menerbangkan pesawat dan menambah daftar panjang pilot perempuan di tanah air.
Perjalanan Elesta, begitu ia kerap disapa, hingga sampai bergabung di Trigana Air tidaklah mudah. Namun, bukan berarti pula keputusannya menjadi pilot adalah bagian dari cita-citanya semasa kecil. Sama sekali bukan. Serangkaian tikungan tajam dan jalan berliku yang harus ia lewati untuk sampai di posisinya saat ini. Masa SMA yang sarat akan kenakalan remaja pun pernah menghiasi masa mudanya.
"Dari SD sampai SMP di 252 Jakarta aku selalu masuk peringkat 5 besar. Mulai SMP itu aku udah mulai bandel. Aku tawuran, aku ikut balapan liar, aku sering bolos sekolah. Masuk SMA di 89 Jakarta pun masih begitu. Aku nggak masuk sekolah buat main warnet dan dipanggil guru BP (Bimbingan Penyuluhan). Sampai pada akhirnya teman sekelasku di SMA bilang “orang kayak lo tuh bisa lulus sekolah aja bersyukur.", awalnya aku cuek, tapi lama-lama kepikiran," ujar Elesta.
Perkataan seorang teman rupanya mampu menjadi titik balik Elesta untuk memperbaiki kehidupannya. Duduk di kelas 3 SMA dengan usia yang baru 16 tahun, Elesta bertekad masuk ke sekolah pilot untuk 'membayar' kenakalan yang pernah ia lakukan. Namun, keinginan anak sulung dari empat bersaudara itu sempat diragukan oleh orangtuanya, melihat Elesta kerap bolos saat sekolah.
Tekadnya untuk meneruskan pendidikan ke sekolah pilot sudah bulat. Menyadari jika jurusan pendidikannya saat SMA tak mendukung untuk ia masuk sekolah pilot. Gadis penyuka musik slow rock ini pun mengambil beberapa les dan kursus untuk menambah ilmunya agar mampu mengikuti serangkaian tes masuk sekolah pilot.
Lantas, perjuangan apa lagi yang dilakukan Elesta hingga akhirnya ia berhasil menduduki kursi kemudi pesawat tipe ATR 42 dan ATR 72 di Trigana Air? Bertandang ke kantor Bintang.com ditemani sahabatnya pada Selasa (23/8) lalu, berikut petikan wawancara eksklusif Elesta Apriliana Wulansari bersama reporter Febriyani Frisca selengkapnya.
What's On Fimela
powered by
Masa Remaja Elesta dan Perjalananya Jadi Pilot
Lahir di Bumiayu, 10 April 1993, Elesta junior menghabiskan masa kecil di Bekasi bersama nenek dan kakeknya. Bukan tanpa alasan, ia tinggal bersama kakek dan neneknya lantaran tempat kerja kedua orangtuanya yang berpindah-pindah. Pilot bukanlah cita-citanya semasa kecil. Lantas?
Apa kesibukan kamu saat ini?
Terbang, kalau nggak terbang ya di rumah saja, kadang pergi ke kantor karena biasanya di kantor ada kegiatan-kegiatan. Kalau pilot itu memang ada training rutin yang diadakan tiap tahun atau beberapa bulan segali. Kemarin, kebetulan ada pesawat seri terbaru dari ATR di Trigana, kemarin aku sekolah untuk diferensis (perbandingan pesawat dengan seri sebelumnya).
Ceritakan bagaimana kamu bisa jadi pilot?
Awalnya, mama aku punya teman yang anaknya bersekolah di Nusa Flying International, tempat aku sekolah pilot kemarin. Waktu ketemu dia, aku ditawari untuk sekolah pilot. Aku pikir, aku nggak bisa karena setahu aku, pilot itu dari jurusan IPA, sedangkan aku sekolah jurusan IPS. Aku coba untuk belajar fisika pelan-pelan. Mamaku juga nggak terpikir kalau aku tertarik, jadi aku juga diam-diam belajarnya. Aku bilang ke mama saat aku sudah pegang formulir pendaftaran sekolah pilot, tapi mamaku meragukan karena aku jarang masuk sekolah waktu SMA.
Saat itu, aku ikut berbagai macam les, seperti fisika, bahasa Inggris private, dengan biaya menipu orangtua. Kalau tadinya aku pakai uang bayaran untuk main di warnet, untuk urusan itu aku jadi sering minta uang fotocopy yang sebenarnya buat bayar les. Aku juga cari uang tambahan dengan mengamen.
Sampai situ, karena aku sudah jujur mau sekolah pilot, aku diantar mama papa tes masuk sekolah penerbang bersama 200 orang lainnya, 195 orang laki-laki, 5 orang perempuan, dibagi beberapa kelompok. Diawali dari tes akademik, psikotes, kesehatan, dan bahasa Inggris. Lalu tersaring 60 orang, kemudian tes lagi sampai tersaring 30 orang, aku satu-satunya perempuan di situ.
Sedikit berbagi pengalaman pada pembaca Bintang.com, kegiatan waktu sekolah pilot ngapain aja, sih? Ada perbedaan nggak antara cewek dan cowok?
Kalau di sekolah aku, sistemnya asrama dan semi militer. Setiap hari, pagi dan sore, kami dilatih fisik oleh pembina dari angkatan. Selama sebulan kegiatan belajar di kelas untuk mengetahui pesawat yang akan kami bawa dan pelajaran lain. Setelah itu ujian, lulus, aku dapat Student Pilot License. Setelahnya, ada pendidikan bertahan hidup di hutan di laut selama dua minggu.
Pendidikannya sama. Nggak ada perbedaan laki-laki dan perempuan. Ibaratnya, satu ditampar, semua ditampar. Aku pernah dihukum push up 2500 kali karena nggak bisa jawab berapa panjang runaway di Bandara Soekarno-Hatta.
Kapan pertama kali mengendarai pesawat?
Agustus 2010, aku berangkat ke Lampung untuk latihan terbang pertama. Pada 17 Agustus 2010, aku pertama bawa pesawat sendiri dengan instruktur. Desember, aku pindah tempat latihan ke Jakarta dan diizinkan untuk terbang sendiri tanpa instrukstur. Lalu Juli 2011, aku ikut tes dapat Private Pilot License. Kemudian aku lanjut ujian untuk dapat Commersial Pilot License dengan 100 jam terbang.
Prestasi apa yang didapat saat sekolah pilot?
Masuk dalam 5 lulusan terbaik, aku dijadikan instruktur. Lulus sekolah pilot, aku ikut pelatihan sebulan untuk jadi instruktur. Januari 2012, aku sudah mulai mengajar.
Bagaimana awalnya bisa bergabung di Trigana Air?
Awalnya karena mamaku nggak setuju kalau aku jadi instruktur, beliau ingin aku di airlines. Sekolah pun mengizinkan untuk cari pengalaman di airlines. Mei 2012, aku walk interview di Trigana Air, diumumkan hari itu juga lolos, tiga hari kemudian aku ikut tes-tes selanjutnya. Sampai akhirnya Juli 2012 aku sudah mulai sekolah ground school untuk bawa pesawat yang sekarang.
Ke mana pertama kali terbang saat bergabung di Trigana dan perjalanan ke mana yang berkesan?
Di Indonesia Timur. Area Ambon, sekitar, Langgur, Dobo, Saumlaki. Setiap flight punya cerita dan kesan tersendiri, entah dari perjalanan atau krunya. Karena aku terbang kan nggak di situ-situ (re: wilayahnya) dan sama itu itu (re: kru) saja.
Setelah jadi pilot, bagaimana komentar teman-teman yang tahu kamu zaman sekolah?
Aku sedikit punya teman perempuan, sisanya laki-laki. Sekarang, teman-teman cewek yang menghindari aku, suka nge-gank dan lihatin aku dari atas sampai bawah karena aku slengean mau main sama aku lagi.
Memiliki profesi sebagai pilot perempuan, ada yang underestimate nggak, sih?
Banyak. Banyak banget yang meng-undrestimate pilot perempuan. Awalnya aku terbang di Trigana ada beberapa captain yang takut punya co pilot cewek. Padahal, bicara soal kinerja, kalau aku lagi sharing sama Indonesia Woman Pilot, ternyata pilot-pilot yang lebih cepat tanggap, gesit, ketepatan dan kepekaan yang baik dalam bekerja itu pilot cewek.
Berita yang beredar, penumpang pernah turun karena tahu pilotnya seorang perempuan, bisa ceritakan?
Ceritanya waktu itu aku baru gabung, disuruh menyapa penumpang ke kabin sebelum terbang. Tiba-tiba ada penumpang nanya ke pramugari "Mba, anak kecil itu pilotnya?". Soalnya aku dulu nggak dandan kayak sekarang dan rambut aku masih pendek. Akhirnya dia ngotot minta turun karena pilotnya perempuan dan masih anak kecil. Saat itu aku masih 19 tahun.
Perasaan kamu?
Ya kalau sudah kayak gitu mau gimana, ya.. Aku kan cuma supir. Kalau dia mau pindah ya urusan dia sama bagian ticketing. Miris gimana gitu. Ibarat punya pacar, udah setia, eh diraguin hahaha.
Kalau hambatan dan tantangan selama jadi pilot?
Kalau hambatan tergantung pribadi masing-masing. Ada beberapa pilot perempuan yang nggak mau terbang ke daerah tertentu karena areanya terlalu riskan. Selain itu, mungkin penyesuaian dengan partner kerja. Karena tiap hari aku bertemu dengan partner kerja yang beda-beda dan dituntut untuk harus bisa kerja sama dengan mereka. Sedangkan kalau kita nggak bisa beradaptasi sama mereka, nanti seandainya ada apa-apa jadi susah sendiri.
Ritual apa yang biasa dilakukan sebelum terbang?
Dulu, waktu mama dan papa aku belum sibuk-sibuknya kerja, kadang masih sempat telepon. Selain itu, aku juga suka peluk cium pesawat, aku sayang-sayang. Kalau AT 42 namanya Bogel, sedangkan AT 72 namanya Model karena bentuknya semampai. “Ayo kamu terbang sama Tante Morena dulu..” hehehe. Lalu masuk pesawat dan baca doa.
Kecantikan, Tukang Nasi Uduk, dan Harapan Elesta
Aktif di media sosial Instagram membuat Elesta menjadi terkenal. Belum lagi Memiliki wajah yang rupawan membuat gadis yang berencana bertunangan dengan kekasihnya dalam waktu dekat ini membuat dirinya disebut sebagai pilot cantik. Lalu, bagaimana Elesta memaknai arti kecantikan?
Masih ingat nggak sih dari dari mana sebutan pilot cantik? Apakah dari media sosial?
Aku nggak tahu istilah pilot cantik itu dari mana. Aku nggak pernah perhatiin jejaring sosial aku. Aku main Instagram, aku posting, udah. Aku nggak pernah perhatiin orang komen apa. Paling cuma "eh udah segini followers-nya".
Komentar kamu sama orang-orang (followers) di social media yang kamu?
Aku nggak terlalu perhatiin mereka sih, ya. Orang di media sosial itu kan macam-macam. Kadang baca komen, sih kalau iseng. Karena aku ingin hidup bahagia, aku sih malas lihat yang komentar-komentar yang kayak gitu. Malah kadang yang bacain tuh pacarku. Aku biasa aja sih di Instagram, paling di Path buat update kalau pergi sama pacar.
Disebut-sebut sebagai pilot cantik, ada keinginan terjun ke dunia entertainment?
Nggak. Aku ingin berumah tangga dan mengurus calon suami. Aku itu hidup dari dulu nggak punya tujuan. Ikutin arus aja. Kalau ditanya mau terjun ke dunia entertainment apa enggak, aku nggak begitu tertarik. Karena aku sadar diri, aku nggak punya apa-apa. Kalau ada yang menilai aku cantik, alhamdulillah.
Kamu sendiri merasa cantik atau nggak?
Aku berusaha untuk menumbuhkan rasa percaya ke diri aku sendiri, karena aku pikir percaya diri akan berguna bagi kita nantinya. Jadi, kalau ditanya aku cantik atau nggak, ya aku cantik, karena aku perempuan. Kalau aku laki-laki, aku ganteng, hahaha.
Bagaimana kamu menanggapi soal profesi yang dikait-kaitkan dengan kecantikan?
Sebenarnya bingung juga. Seharusnya nggak usah lah dikait-kaitkan dengan kecantikan, karena bagaimanapun juga setiap wanita itu cantik dengan caranya sendiri, yang membedakan itu kan paling si ini jadi dokter atau ini jadi tukang nasi uduk.
Apakah nanti setelah menikah masih akan terus terbang?
Aku itu punya target. Aku mungkin nggak akan selamanya berkarir jadi pilot. Tapi tergantung sih, kalau suami aku nanti menginzinkan, aku akan terus berkarir jadi pilot, mungkin nggak jadi pilot, tapi lebih ke instruktur terbang. Tapi kalau dia ingin aku di rumah, aku ikuti.
Apa yang sudah kamu dapat selama menjadi pilot?
Apapun yang aku dapatin itu sifatnya sementara. Intinya aku mendapatkan kepuasan dalam hal bekerja. Kalau dari segi materi, menurut aku cuma bonus dari pekerjaan. Selain itu, ada perubahan dari cara berpikir, karena aku lebih banyak bergaul dengan para captain yang usianya 50-60 tahun. Kalau ngobrol sama seumuran aku, udah beda pandangannya.
Sedikit berandai-andai, kalau di dunia ini nggak ada profesi pilot, kamu mau jadi apa?
Jadi tukang nasi uduk. Serius. Aku ingin jualan nasi uduk. Aku dulu punya cita-cita jualan nasi uduk di samping sekolah tiap pagi. Lalu malamnya ada warung minuman milkshake. Nggak ada background wirausaha di keluarga, tapi sejak kecil aku suka mainan pura-pura bungkus nasi pakai Lego.
Apa rencanamu lima tahun ke depan?
Seandainya suami aku nanti nggak membolehkan aku bekerja, aku berencana akan tetap bekerja sampai anakku masuk sekolah SD, karena setidaknya aku harus punya tabungan untuk pendidikan anak, dan sekarang sudah prepare.
Harapan untuk diri sendiri dan penerbangan Indonesia?
Aku ingin jadi orang yang lebih terencana ke depannya. Lebih punya planning hidup. Untuk dunia penerbangan Indonesia, semoga setiap harinya ada ilmu baru dan semakin berkembang.
Pesan-pesan untuk para pelajar yang lagi sekolah penerbangan?
Pertama, jangan pernah berhenti belajar, karena dunia penerbangan itu mengikuti perkembangan zaman dan teknologi. Penerbangan itu ilmu dinamis. Ke-dua, sabar-sabarlah di dunia penerbang.
Tips mengatasi ketinggian dari kamu?
Pertama, jangan duduk dekat jendela. Ke-dua, anggap aja lagi di kereta. Ke-tiga tidur, minum obat batuk kek biar ngantuk.
Well, setiap orang punya jalan dan prinsip hidupnya masing-masing. Begitu pula dengen Elesta dan let it flow-nya. Apapun itu, selalu ada jalan bagi mereka yang berusaha. Elesta Apriliana Wulansari telah membuktikannya.