Fimela.com, Jakarta Sebuah kebahagiaan untukku ketika kamu mau menerimaku menjadi menantumu. Ibu, ya, meskipun kamu bukanlah wanita yang telah melahirkanku, namun aku sangat senang ketika bisa memanggilmu ibu, ibu ku sayang. Aku mencintaimu seperti kamu juga mencintaiku dan terima kasih karena kamu juga menyayangiku seperti anakmu sendiri.
Jujur terkadang aku merasa malu karena hingga kini aku belum bisa memasak seenak masakanmu. Mungkin salahku dulu tak mendengarkan perkataan ibuku, katanya jadi wanita haruslah bisa masak karena makanan bisa menjadi salah satu alat supaya suami betah di rumah.
Rasanya ingin menangis ketika aku memasak untuk pertama kalinya dan hasilnya pun sangat buruk. Namun hebatnya, suamiku, anakmu malah berkata bahwa makananku sudah lumayan enak. Ibu terima kasih karena kamu telah melahirkan pria yang sangat begitu mencintaiku, apapun keadaanku.
Untuk itulah aku berjanji bahwa aku akan terus belajar memasak supaya masakanku bisa seenak masakanmu. Ya, mudah-mudahan bisa seenak masakanmu, karena menurutku masakanmu adalah makanan terenak kedua di dunia setelah masakan ibuku sendiri.
Ibu mertua maafkan aku yang belum bisa memberikan anak kesayanganmu makanan yang enak seperti masakan yang kau buat. Ibu maafkan aku karena di waktu liburmu aku memintamu untuk ke rumah dan mengajarkanku memasak. Ibu terima kasih karena kau sudah mau menerimaku. Ibu terima kasih karena kamu sudah merelakan anakmu di rawat oleh wanita yang tidak bisa masak seperti diriku. Aku menyayangi ibu seperti aku menyayangi ibuku sendiri.