Fimela.com, Jakarta Nguing….nguing….nguing, plak! Beberapa saat kemudian, nguing…nguing….nguing, plak!. Nyamuk tak kena, kuping sakit kena tepuk tangan sendiri. Hmm, nyamuk memang menyebalkan.
Bukan hanya mengganggu kenikmatan tidur, keberadaan serangga kecil ini, banyak merugikan. Gigitannya, bisa membuat manusia ambruk. Bahkan sampai ada yang menemui ajal. Tercatat, lebih dari satu juta orang di seluruh dunia meninggal akibat penyakit yang dibawa nyamuk setiap tahunnya.
Dari sekitar 3500 spesies, nyamuk yang dikenal berbahaya dan mematikan adalah Aedes aegypti, Anopheles, dan Culex. Adapun Aedes adalah nyamuk pembawa virus Demam Berdara Dengeu (DBD) dan virus Zika. Sementara nyamuk Anopheles adalah penyebar plasmodium malaria. Sedangkan nyamuk Culex menularkan demam West Nile, Japanese encephalitis, dan Lymphatic filariasis.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, sekitar 4,2 miliar orang-hampir separuh populasi dunia- rentan terserang malaria. Pada 2015, ditemukan 214 juta orang terinfeksi malaria dan 438.000 di antaranya meninggal.
Masih menurut data WHO, sedikitnya 20 juta orang di lebih dari 100 negara di dunia terinfeksi DBD tiap tahun. Indonesia adalah Negara tertinggi dengan kasus DBD di Asia Tenggara dan kedua di dunia setelah Brasil.
Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang di antaranya meninggal dunia. Sejak saat itu DBD menyebar ke seluruh Indonesia dan masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia.
Sepanjang Januari 2016 Direktorat Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan mencatat 3.298 kasus DBD dengan jumlah kematian sebanyak 50 kasus di Indonesia.
What's On Fimela
powered by
Korban Keganasan Nyamuk
Saya termasuk salah satu orang yang menjadi korban keganasan nyamuk. Jika tidak segera mendapat pertolongan, nama saya pastinya menambah daftar angka kematian dalam kasus demam berdarah .
Pada 16 Juli 2016, salah satu Rumah Sakit di dekat kediaman saya menyatakan saya positif terjangkit virus Demam Berdarah Dengue (DHF).
Tiga hari sebelumnya, saya mengalami kondisi peningkatan pada suhu badan (demam), kaki terasa dingin disertai nyeri pada sendi, otot, tulang, mual, dan muntah.
Pada saat itu, saya pikir demam biasa. Makanya saya hanya datang ke klinik tanpa periksa darah. Setelah menjalani pemeriksaan darah, hasil laboratorium menyatakan jumlah trombosit saya mengalami penurunan, yaitu 69.000 dari jumlah normal 150-450.000 mm dan terjadi pengentalan darah akibat perembesan plasma.
Akhirnya saya disarankan mendapat perawatan di Rumah Sakit dan harus menjalani rawat inap selama enam hari. Dokter yang menangani saya adalah dr. Adi Firmansyah, Sp.PD.
Dalam prosesnya, saya disarankan banyak makan, minum, dan istirahat total dengan tidak boleh banyak bergerak. Tentu saja selama diopname, tangan saya tersambung dengan selang infus.
Hari kedua di Rumah Sakit, terjadi peningkatan trombosit pada hasil pemeriksaan darah, yaitu 77.000. Saya, keluarga saya dan dokter pun tersenyum bahagia melihat hasil laboratorium.
Bahkan, dr. Adi sudah memperbolehkan saya pulang. “Biasanya akan terus meningkat jumlah trombositnya. Besok kita lihat hasilnya, kalau bagus, kamu bisa pulang” ujarnya.
Tapi yang terjadi sungguh di luar dugaan. Hasil pemeriksaan di hari ketiga, justru trombosit saya menurun tajam, yakni 58.000 sampai hari keempat berjumlah 12.000. Mual dan muntah juga masih saya rasakan. Terlebih saya mengalami pendarahan pada hidung/mimisan.
Melihat hal itu, dr. Adi akhirnya melakukan tindakan transfusi darah trombosit untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Menurutnya jika tidak dilakukan, akan berbahaya pada tubuh saya. “Kamu perokok ya. Begini akibatnya. Perokok itu sulit diprediksi dalam kasus demam berdarah. Sudahlah berhenti merokok. Karena kamu masih berpotensi terkena DBD lagi dan yang kedua itu akan jauh lebih sulit ditangani,” kata dr. Adi mengingatkan.
Setelah menjalani transfusi darah, jumlah trombosit saya meningkat tajam di hari kelima. Mual dan muntah pun sudah tidak terjadi. Akhirnya saya boleh pulang dengan sedikit imbauan, yakni untuk tidak lagi merokok agar tubuh saya tetap bugar dan menjalankan program pemerintah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus sebagai tindakan pencegahan.
Berdasar situs kementrian kesehatan RI, adapun program PSN yaitu, 1). Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain 2). Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya; dan 3). Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah.
Adapun yang dimaksud dengan 3M Plus adalah 1). Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan; 2). Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk; 3). Menggunakan kelambu saat tidur; 4). Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk; 5). Menanam tanaman pengusir nyamuk, 6). Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah; 7). Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.
PSN perlu ditingkatkan terutama pada musim penghujan dan pancaroba, karena meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.