Eksklusif Kunto Aji, Merdeka dalam Bermusik Jadi Harga Mati

Altov Johar diperbarui 17 Agu 2016, 08:20 WIB

Fimela.com, Jakarta Kunto Aji termasuk salah satu penyanyi yang namanya diperhitungkan di industri musik Indonesia. Penyanyi beraliran pop, jazz ini membuktikan kualitasnya tanpa harus bernaung di major label manapun. Terbukti, beberapa penghargaan telah disabet pria kelahiran Yogyakarta, 4 Januari 1987 ini.

***

Lirik yang simpel dan dekat dengan kehidupan sehari-hari menjadi kekuatan Kunto dalam bermusik. Sebut saja lagu Terlalu Lama Sendiri yang mengisahkan tetang kenyamanan seseorang tanpa harus memiliki pasangan. Saking kuatnya, banyak orang berpikir lagu ini merupakan pengalaman pribadi Kunto Aji.

Yang terbaru, Kunto baru saja merilis single Akhir Bulan. Masih dari album Generation Y, lagu ini bercerita tentang pengalaman Kunto saat masih duduk di bangku kuliah. Akhir bulan yang menjadi momok bagi mahasiswa yang kost, Kunto paparkan dalam sisi pandang berbeda.

"Single Akhir Bulan sebenarnya lagu yang paling related. Paling sesuai dengan kehidupan anak kuliah, ngekost. Karena masih gamang dengan arus pergaulan yang pada akhirnya, kebutuhan sekunder mereka lebih banyak daripada premier. Akhirnya terjebak di satu fenomena akhir bulan, gagal nabung, dan segala macam," papar Kunto Aji mengenai single barunya (9/8).

Dalam bermusik, Kunto Aji berusaha menjadi dirinya sendiri, tanpa harus mengikuti arus tren musik. Dengan segala bentuk perjuangan secara independen, Kunto Aji turut berproses dalam pembuatan album perdana yang memakan waktu cukup lama. Kehadiran musiknya membawa warna baru, dengan mengangkat tema-tema menarik dari sudut pandangnya yang juga unik. 

Hal yang juga menarik dari Kunto Aji, sekitar 8 tahun menjadi penyanyi, ia mengaku tidak memiliki fanbase layaknya penyanyi lain. Kunto Aji pun memaparkan ketidaksiapannya dalam membuat sebuah fanbase.

"Saya pernah waktu ajang pencarian bakat kan. Saya berpikir apakah ini harus. Apakah menokohkan saya di situ sebagai magnetnya. Saya ingin karya saya yang didengar. Belum merasa nyaman gitu dengan sebutan KuntoLovers atau apalah," tuturnya.

Seperti penampilannya yang khas, Kunto Aji berusaha terus menggali sisi-sisi lain dalam organ kreatifnya. Ia juga tak ingin berpuas diri dengan pencapaiannya saat ini. Sudah ada beberapa persiapan yang ia lakukan untuk kantung album selanjutnya. Berikut petikan wawancara eksklusif Kunto Aji bersama tim Bintang.com, Muhamad Altaf Jauhar, Riswinanti Permatasari, dan Basyir Latifan.

2 dari 3 halaman

Dekat dengan Keseharian

Bincang hangat dengan Kunto Aji tentang visi bermusik di album perdana dan prinsip kebebasan berkarya. (Fotografer: Febio Hernanto, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang,com)

Belum lama ini Kunto Aji merilis single Akhir Bulan. Lagu yang terangkum dalam album Generation Y. Tak berbeda dari lagu-lagu sebelumnya, Kunto selalu berusaha menciptakan karya yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Bisa diceritakan proses pembuatan lagu Akhir Bulan?
Single Akhir Bulan sebenarnya lagu yang paling related. Paling sesuai dengan kehidupan anak kuliah, ngekost. Karena masih gamang dengan arus pergaulan yang pada akhirnya, kebutuhan sekunder mereka lebih banyak daripada premier. Akhirnya terjebak di satu fenomena akhir bulan, gagal nabung, dan segala macam. Dan itu yang ingin saya angkat. Pengalaman pribadi juga, zaman-zaman saya kuliah dulu. Terasa banget yang namanya akhir bulan itu, tapi bisa kita bikin seru, sesuatu yang menyenangkan. Divisualisasikan tim saya juga di video klip, bahwa kita bisa loh melewati akhir bulan yang seru sama teman-teman.

Masih dari album Generasi Y?
Iya, itu dari album generasi Y.

Kalau bikin lagu selalu related dengan kehidupan pribadi?
Enggak sih, kayak Terlalu Lama Sendiri bukan kisah saya. Saya sebenarnya pacaran sudah 10 tahun dengan istri saya. Jadi yang jelas ingin mengangkat tema yang dekat dengan keseharian, yang dialami saya, dialami orang-orang sekililing saya. Isu-isu yang sederhana tapi dialami banyak orang, termasuk saya sendiri. Jadi pas menulisnya bisa masuk ke dalamnya. Kalau Terlalu Lama Sendiri, saya tidak mengalami. Saya lewat proses riset dulu. Jadi beda-beda dari setiap lagu.

Waktu kuliah pernah merasakan momen Akhir Bulan?
Pernah, dulu waktu kuliah di akhir bulan kumpul di rumah teman yang tinggal sama orangtuanya, terus kita numpang makan. Kumpulin duit bareng-bareng terus kita masak. Seru sih.

Lagu Terlalu Lama Sendiri, bukan kisah pribadi. Kok orang bisa berpikir itu kisah anda?
Mungkin karena tampang saya yang melas ya. Yang jelas pada saat menulis lagu saya melalui proses riset. Saya ngobrol sama teman-teman. Karena banyak kan sebenarnya orang single karena merasa nyaman. Memang ingin benar-benar related dan sampai ke orangnya.

Kenapa lama banget keluarkan album kedua?
Saya tidak ingin lagu-lagu di album saya hanya pelengkap. Jadi biasanya kan satu album keluar, single-nya dua atau tiga. Saya inginnya semua lagu yang saya bikin jagoan semua. Benar-benar dibikin baru dan harus keluar semua. Karena saya bikin lagu satu persatu punya kekuatan masing-masing, punya market masing-masing, punya inside masing-masing, punya level idealisme masing-masing yang memang saya ukur. Ini termasuk maping kita dari strategi market. Jadi semua lagu di album ini keluar dulu, baru saya keluarkan album baru.

Keluar dalam artian dibuatkan video klip semuanya?
Ya dirilis secara single semuanya. Itu idealisme saya juga. Karena bikin lagu itu kayak bikin anak. Gue enggak mau dibuang begitu saja. Selain video klip apa yang akan kita bikin. Bisa film pendek atau apapun itu kan macam-macam.

Album kedua dalam proses?
Iya, ada banyak hal yang saya baca, artikel-artikel, yang mau saya tulis. Dan dari sudut pandang mana menulisnya.

Kapan rilis?
Rencana tahun depan sih, itu juga sudah paling cepat.

Nuansa musiknya akan berbeda dengan album Generation Y?
Kemungkinan akan berbeda. Tapi ada jembatannya di album itu. Cuma ada beberapa hal, saya akan memberikan sesuatu bahwa ada cara bernyanyi yang tidak sengaja saya lakukan, dan ternyata membuat orang nyaman mendengarnnya. Lagi saya kulik sih. Cara bernyanyi saya akan berbeda di album kedua, dan itu perubahan besar. Di album kedua ini kemungkinan saya akan mengajak produser untuk albumnya secara musik.

Berencana ada kolaborasi dengan musisi lain di album kedua nanti?
Belum tahu. Saya enggak menargetkan ingin berkolaborasi dengan siapa.

Kalau tampilan sendiri akan berubah di album kedua nanti. Dari tampilan rambut mungkin?
Itu akan kita kulik sih, tapi bukan jadi fokus sih.

Gaya rambut begitu jadi branding image seorang Kunto Aji di musik?
Mungkin sedikit banyak iya. Dalam artian saya memang nyaman rambut begini. Karena kalau botak, muka saya aneh. Karena kepala saya agak besar. Bukan rambutnya saja yang besar, kepalanya juga besar. Jadi ya sudah seperti ini. Ini juga beda sebenarnya, cuma karena rambut saya keriting jadi kelihatannya sama-sama saja.

3 dari 3 halaman

Bermusik dengan Hati

Bincang hangat dengan Kunto Aji tentang visi bermusik di album perdana dan prinsip kebebasan berkarya. (Fotografer: Febio Hernanto, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang,com)

Disaat kebanyakan penyanyi membawakan lagu cinta-cintaan, Kunto Aji justru melawan arus dengan mengangkat tema yang lebih universal. Contohnya lagu Akhir Bulan yang belum lama ini dirilis. Bagi Kunto, yang terpenting dari lagu adalah dibuat dengan hati dan tanggung jawab.

Terkait jalur indie yang ditempuh, Kunto mengaku tidak anti label. Dia tetap membuka peluang kerjasama asalkan memiliki visi dan misi yang sama. Namun sejauh ini, belum ada label yang sejalan dengan keinginannya.

Sekarang lagi trend lagu cinta-cintaan, kenapa pilih tema beda?
Musik asalkan dibikin dengan hati pasti akan sampai ke hati orang. Jadi kita tidak berbicara yang itu-itu terus. Dan itu jadi tantangan saya sendiri untuk mengangkat hal-hal yang enggak itu-itu terus. Saya juga ada beberapa projek lain yang ingin mengangkat bahwa tema lagu tidak hanya bicara soal percintaan. Bahkan angle-nya bisa kita percantik. Kayak Terlalu Lama Sendiri, ada sisi percintaannya tapi bisa dari angel lain.

Ada musisi yang mencitrakan dirinya penyanyi romantis, kalau seorang Kunto Aji?
Saya tidak pernah dan tidak perlu mencitrakan diri. Saya jadi diri sendiri saja. Saya berproses terus, dari zaman ikut kompetisi. Pasti ada pedewasaan. Nanti di album saya kedua akan ada pendewasaan. Ada sesuatu yang baru. Saya tidak mencitrakan diri saya apa. Itu hanya penilaian dari masyarakat.

Kenapa memilih jalur indie?
Sebenarnya saya enggak anti label ya. Saya juga ada kerjasama dengan label. Saya tidak menutup kemungkinan juga kerjasama dengan label major, cuma kemarin belum ada yang cocok, belum ada yang sejalan. Visinya belum sama, akhirnya jalan sendiri. Sebenarnya sama label lebih enak, duitnya lebih besar. Tapi kayaknya saya mau belajar juga, apa yang saya ingin lakukan dengan tim itu enggak sejalan dengan label. Cuma sempat ada kerjasama putus juga kok.

Enggak sejalannya dalam hal apa, diatur untuk materinya?
Kalau itu sudah harga mati, kalau materi diatur saya jelas enggak mau. Cuma metode-metodenya itu, pendistribusian, jalu-jalur yang ditempuh. Saya juga melakukan itu, kayak promosi lewat TV, radio. Cuma ada positioning yang harus diperhatikan. Produknya dimana, marketnya juga apa. Itu kan harus pas.

Apa arti kebebasan musik bagi seorang Kunto Aji?
Kebebasan untuk menjadi diri sendiri, tapi tetap bertanggungjawab atas musiknya. Pesan-pesan yang disampaikan itu mendidik. Ada insight yang ingin disampaikan, dan membuat orang lebih baik.

Salah satunya kebebasan memilih jalur indie?
Iya. Cuma indie itu bukan menjadi label gue artis indie, atau anti mainstream. Cuma saya membuka kerjasama, digital pun masih nitip.

Di saat penyanyi memiliki banyak fanbase, kenapa seorang Kunto Aji malah enggak mau?
Ini susah ya. Saya pernah waktu ajang pencarian bakat kan. Saya berpikir apakah ini harus. Apakah menokohkan saya di situ sebagai magnetnya. Saya ingin karya saya yang didengar. Belum merasa nyaman gitu dengan sebutan KuntoLovers atau apalah. Tapi bukan saya enggak berbuat seuatu dengan mereka. Cuma saya mengecilkan gap-nya dengan menyentuh langsung ke penggemar. Jualan CD langsung, tanda tangan di situ. Saya enggak mau ada gap. Kalaupun ada, saya belum kepikiran bentuknya. Akhirnya saya sama teman-teman bikin hastag #MudaBergerak. Sesuai dengan taglinenya ya bergerak membuat sesuatu. Seperti saya di bidang musik sampai akhirnya bisa survive sendiri.

Ada enggak pencita musik anda yang membuat fansbase sendiri?
Sempat ada sih, cuma memang tidak terlalu diakomodir. Kita arahkan ke yang positif ke #MudaBergerak itu. Mimpi kita kan baik, saya ingin bikin edukasi lo bisa bikin apa yang lo mau. Saya tidak ingin mengotak-ngotakan. Mungkin saya salah, tapi saya mencoba dengan tim membuat itu

Hashtag MudaBergerak itu sebuah kampanye atau nantinya dalam bentuk wadah?
Kita akan bikin program yang mewakili hastag ini. Ada beberapa program yang akan kita bikin. Tapi enggak sampai bikin satu perkumpulan juga, cuma program putus saja.

Mimpi terbesar anda dalam bermusik?
Karir yang panjang saja sebenarnya. Bisa berkarir terus, enggak yang wah-wah gimana. Saya bisa berkarya terus, orang selalu mau mendengarkan karya saya. Mereka dapat sesuatu dari apa yang saya tulis. Itu sudah suatu kebahagiaan sih buat saya. Karya itu kan akan dibawa sampai mati.