Fimela.com, Jakarta Ada banyak cara untuk menjadi kaya. Ada sejuta jalan untuk mewujudkan cita. Tapi kesuksesan sejati rasanya bukan cuma tentang harta. Pemikiran dan kebiasaan menjadi pondasi serta akar untuk memulai cerita. Tentang perjalanan dan kepahlawanan.
Membentuk jati diri yang kokoh bukan hanya dengan teori bisnis dan juga pengetahuan kewirausahaan. Karena, kembali lagi, masa depan yang cerah bukan soal berapa jumlah uang yang kelihatan. Tapi seberapa bagus kualitas dirinya, termasuk perilaku, pengalaman, dan kecerdasan. Untuk itu, menyambut Hari Kemerdekaan 17 Agustus, mari memupuk sifat-sifat kepahlawanan.
1. Ada orang yang tak tahu tapi tak mau berusaha untuk tahu. Ada juga orang yang yang sudah tahu, tapi tak mau memperdalam pengetahuan. Karena sesungguhnya, orang-orang yang takut tumbuh dan belajar pasti akan mengalami kemunduran. Bahkan Presiden pertama Indonesia saja tak mau hal ini terjadi. Pada autobiografinya yang berjudul Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, dia mengatakan kamarnya penu dengan buku. Lantas, langkah pertama yang harus kamu ambil adalah membaca buku.
2. Ada kisah tentang Bung Hatta dan sepatu Bally yang teramat mahal. Siapa pun ingin memilikinya, termasuk mantan Wakil Presiden yang pertama. Dilansir dari salah satu media nasional, Bung Hatta yang masih menjabat sebagai Wakil Presiden menabung untuk membeli sepatu tersebut. Namun karena banyak keperluan rumah tangga dan juga memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan, sepatu Bally itu tak sempat dia dapatkan hingga ia beristirahat dalam damai. Ternyata, hidup sederhana tak akan membuat derajat atau kualitas diri seseorang menjadi rendah.
3. Menjadi cerdas itu bukan takdir. Karena kamu bisa berusaha untuk mendapatkannya. Kecerdasan bukan datang sejak kamu lahir. Seperti Sutan Sjahrir yang dikenal tegas, pemberani, dan juga cerdas. Kecerdasannya itu ternyata berasal dari buku-buku, novel, dan siaran radio, baik asing maupun lokal yang kerap dia dengar.
4. Kecerdasan merupakan salah satu pondasi yang paling penting dalam kesuksesan hidup di masa kini. Namun kecerdasan tak hanya bisa diraih hanya dengan membaca. Tapi juga menulis, seperti yang dilakukan Kartini pada saat memperjuangkan emansipasi wanita saat itu. Tak mudah memang untuk terus-menerus tekun menulis dan membaca. Karena itu kamu membutuhkan keseriusan, kegigihan, dan pantang menyerah.
5. Tak ada artinya ketika kamu cerdas dan memiliki harta yang banyak, jika tak dibarengi rasa kemanusiaan dan sifat tolong menolong. Seperti Dr. Wahidin Sudirohusodo, dokter lulusan STOVIA dan penggagas Budi Utomo ini sangat baik hati. Dilansir dari media nasional, dia kerap mengobati rakyat tanpa memungut biaya.