5 Mitos Deodoran yang Harus Kamu Tahu dan Nggak Boleh Dipercaya

Floria Zulvi diperbarui 14 Agu 2016, 12:14 WIB

Fimela.com, Jakarta Siapa sih yang percaya diri (pede) ketika keluar rumah dengan badan yang bau? Selain penampilan visual yang diinginkan selalu menarik, aroma tubuh yang memesona pun menjadi dambaan. Hal tersebutlah yang membuat benda 'ajaib' bernama deodoran hadir.

Meski deodoran hadir sebagai penolong, namun kamu jangan sampai tertipu oleh muslihat yang berseliweran di televisi atau radio. Bisa diakui kalau benda tersebut memang sangat dibutuhkan, namun apakah memang seampuh itu untuk membuat aroma tubuh wangi selalu? Dilansir dari PureWow, ini 5 mitos deodoran yang harus kamu tahu dan nggak boleh dipercaya.

Terus membeli produk yang sama sampai 'mati'. Tubuhmu menjadi imun pada deodoran setelah ia beradaptasi. Keringat di ketiak akan terus mencari celah jalan keluar ketika dihambat oleh deodoran. Jadi, kamu harus mengganti produk kesayanganmu enam bulan sekali.

Lelaki dan perempuan butuh deodoran yang berbeda. Berhenti memisahkan diri. Kedua jenis deodoran tersebut terbuat dari bahan yang sama. Perbedaan hanya terletak pada pengemasannya saja.

Semua orang butuh deodoran. Jangan percaya dengan mitos ini, banyak orang yang lahir dengan gene ABCC11 yang membuat ia tak berbau. Jadi kalau kamu termasuk dalam kelompok tersebut, selamat, nggak usah belanja deodoran lagi!

Tahan sepanjang hari. Lagi, sayangnya deodoran tidak bisa melindungimu sepanjang hari. Produk tersebut hanya bisa menahan 20-30 % keringat di tubuhmu. Jadi jangan berharap tubuh bisa wangi sepanjang hari karenanya.

Kamu harus memakainya setiap pagi. Sebaiknya dilakukan sebaliknya. Pakailah deodoran sebelum tidur, karena saat tersebut kulit ketiakmu sedang kering. Hal tersebut memberikan waktu 'penyumbatan' pada deodoran terhadap keringat.