Fimela.com, Jakarta Apa yang membuat musisi era 90 hingga 2000an susah dilupakan? Kita tidak bicara tentang kualitas saja, tapi juga faktor teknologi. Justru, belum majunya teknologi kala itu yang membuat fokus penikmat musik tertuju pada segelintir nama seperti Peterpan, yang sekarang bertransformasi menjadi NOAH, Slank, hingga Sheila On 7.
Peterpan, begitu mendengar namanya orang akan seketika bernostalgia dengan karya-karya lawas mereka. Band asal Bandung ini melejit sejak Mimpi Yang Sempurna laku keras di pasaran. Di lingkungan saya dulu, lagu ini seperti jadi lagu wajib anak band yang sedang latihan di studio. Begitu pula dengan petikan Semua Tentang Kita yang kerap digunakan sebagai cara tuning gitar (mungkin sampai sekarang).
Ariel, Uki, Indra, Andika, Lukman dan Reza pernah menjadi 'raja' di industri musik tanah air. Album Taman Langit (2002) menjadi perkenalan musik Peterpan yang kaya dari segi sound, serta lirik lagu yang tiada duanya. Tahun 2004 Peterpan makin ganas dengan merilis album Bintang Di Surga yang hampir semua lagunya jadi hits.
Namun sayang, sejumlah konflik yang dialami Peterpan berdampak terhadap perkembangan musik mereka. Selain kasus video yang menyeret nama Ariel, permasalahan juga terjadi dalam formasi dan kepemilikan nama band, yang berujung keluarnya Andika dan Indra.
Lalu Peterpan bertransformasi menjadi NOAH sebagai penegas perubahan band dengan keempat personel tersisa pada 2012. Di fase ini, kesetiaan fans mulai teruji. Tentu banyak yang menyayangkan perginya dua personel yang turut membangun karier band dari awal, tapi semua harus tetap berjalan bagi NOAH.
Entah karena perkembangan musik dari waktu ke waktu, atau adanya perubahan idealisme dari para personelnya, musik NOAH terasa sangat berbeda dari Peterpan. Bagi sebagian orang, musik NOAH agak susah dicerna, atau dengan ungkapan lain, lebih berbobot. Tampaknya NOAH lebih berani bermain dan menonjolkan idealisme mereka dalam bermusik.
Meski begitu, yang tak berubah adalah kombinasi sound gitar dari Lukman dan Uki yang sangat beragam dan terkadang rumit. Influence musik yang lebih luas juga membuat NOAH makin fleksibel dalam berkarya. Ariel dkk juga mendapat banyak input setelah bekerjasama dengan produser musik Steve Lillywhite yang dibuat penasaran dengan daya kreasi NOAH.
Hadirnya David sebagai personel inti membuat perannya makin dominan di NOAH. Lagu Separuh Aku, Seperti Kemarin dan Suara Pikiranku rasanya cukup pantas untuk menilai warna musik NOAH yang baru. Lebih kekinian, sedikit kompleks tanpa meninggalkan sepenuhnya karakter mereka terdahulu, NOAH jadi wujud perubahan sempurna Peterpan.
Namun apakah demikian? Mari sejenak kita ulas tentang NOAH.
Sudahkah NOAH Sempurna?
Bukan perkara mudah untuk mengganti sebuah nama yang telah melekat di hati masyarakat. Peterpan, mau tak mau harus mencari kandidat nama yang telah diklaim milik Andika. Momen ini jadi salah satu yang krusial dalam karier mereka.
Sebagai bukti, mereka merilis album Sebuah Nama Sebuah Cerita, dalam masa transisi Peterpan menjadi Ariel Uki David Lukman, hingga tercetuslah NOAH. Nama tersebut dipilih dari keempat kandidat nama pengganti, antara lain Raokin, Tanaris, Masterplan dan NOAH itu sendiri.
Filosofi NOAH yang berarti membuat nyaman, memberi ketenangan, dan panjang umur tak terasa muluk-muluk. Bahkan NOAH dirasa sangat tepat untuk mewakili warna musik mereka yang baru. Sependapat dengan Ariel CS, nama itu bisa diterima dengan baik oleh Sahabat NOAH di berbagai penjuru tanah air.
Tidak bisa dipungkiri kuatnya 'Peterpan' masih menghinggapi pikiran banyak orang. Namun di sisi lain NOAH menghadirkan sesuatu yang baru dan terus berkembang di persaingan industri musik masa kini. Lantas, apakah Peterpan lebih sukses dari NOAH? Bisa jadi.
Di sini teknologi jadi faktor signifikan dalam berbagai aspek, tak terkecuali musik. Semakin banyaknya akses untuk membuat musik dan menunjukkan bakat turut memberikan tantangan bagi mereka yang terlebih dahulu merengkuh kejayaan masa lalu. NOAH tak hanya bersaing dengan band yang besar di masanya, tapi juga musisi-musisi baru yang tak kalah menunjukkan kilaunya masing-masing.
Andai saja musik Peterpan bertahan di tren musik yang berbau EDM dan pop, apakah menjamin kesuksesan mereka? Tak bisa dikhayalkan mungkin, tapi NOAH yang sekarang tak menunjukkan adanya kekurangan dari segi musik dan branding.
Ariel tetap menjadi perebut perhatian utama dalam band. Namun peran ketiga personel lain semakin terasa pengaruhnya. Mungkin satu-satunya celah NOAH adalah kurang produktifnya Ariel sebagai penulis lagu. Di pembuatan album Second Chance, ia mengaku cukup kesulitan mencari inspirasi dalam menggurat lirik. NOAH dibantu oleh Dewi Lestari dalam penulisan lirik lagu Seperti Kemarin.
Ini mungkin yang menjadi PR besar NOAH, kembali produktif dengan lagu-lagu baru. Selama ini mereka cukup disibukkan dengan lagu-lagu recycle di album Second Chance dan juga Sings Legends. Sahabat NOAH tentu menanti-nanti lahirnya deretan lagu hits dengan lirik Ariel serta aransemen ajaib Lukman, Uki dan David.
Nizar Zulmi,
Redaktur Kanal Musik Bintang.com