Fimela.com, Jakarta Jika dalam lagu J’Ai Deux Amours Josephine Baker menyebutkan ia memiliki dua kekasih, yakni negara asalnya dan Paris, mungkin kamu adalah satu dari sekian orang yang mempersepsikan hal serupa, namun ditujukan pada Yogyakarta. Kerap timbulkan 'sindrom' nagih, mungkin inilah sejumlah alasan yang membuatmu selalu rindu kota di selatan Jawa tersebut.
Ritme kehidupan. Sepertinya telah mendarah daging, ritme kehidupan di sini terbilang santai dengan keteraturan yang seakan telah membudaya dengan baik. Absennya kesan tergesa-gesa ini entah mengapa malah dinikmati, bahkan oleh pelancong. Pola ini pula yang memungkinkan turis untuk mengeksplorasi Yogyakarta secara menyeluruh.
Ruas jalan bernuansa autentik. Legam aspal dengan lampu penerangan yang membentang mungkin saja jadi paras jalan raya di banyak wilayah di Indonesia. Namun jika lebih spesifik berbicara tentang Yogyakarta, maka 'kandungan' atmosfernya dijamin berbeda. Kembali ada korelasi dengan penduduk lokal, bukan hanya logat bahasa yang begitu khas, namun juga sentuhan senandung gamelan dengan frekuensi lumayan sering terdengar.
Angkringan dan sederet makanan murah. Sudah jadi rahasia umum kalau Yogyakarta merupakan rumah bagi sederet makanan enak dan murah. Soal murah tentu saja relatif, namun setidaknya kamu bisa makan enak (dan kenyang) dengan budget hanya Rp10 ribu atau malah kurang dari itu. Dialamatkan sebagai kota seribu angkringan, tak heran kalau kedai makan bernuansa khas berbalut percakapan sederhana ini jadi alasan lain untuk merindu Yogyakarta.
Dinamika yang tak mengasimilasi. Dengan banyaknya deraan arus pendatang, tak lantas membuat Yogyakarta kehilangan identitas secara menyeluruh. Pada beberapa aspek, 'orang luar' yang malah harus menyesuaikan dengan pakem-pakem yang telah dianut warga Kota Budaya. Keaslian ini yang akhirnya meninggalkan memori berbeda akan Yogyakarta.
Garis pantai cantik. Melampaui Parangtritis, Yogyakarta juga kerap diidentikkan dengan sederet garis pantai cantik yang siap memukau setiap pasang mata. Dengan topografi dasar yang berbeda-beda, kamu bisa sambangi pesisir dengan 'wajah' lain meski tetap berada di satu kawasan. Realisasikan dengan jelajah Gunungkidul!
Kejutan lain. Never ending story yang diusung Yogyakarta selaras dengan pesona yang ditawarkan. Kini sejumlah destinasi baru kerap digandrungi turis. Mulai dari Kebun Buah Mangunan, Tebing Breksi, hingga rapat 'rangkulan' pinus di perbatasan Magelang, semua bisa dijamah. Hampir pasti akan lebih banyak tempat baru untuk bantu mendefinisikan eloknya Yogyakarta.
Sesederhana karena itu Yogyakarta. Setelah mengupas sejumlah poin, kesimpulan terakhirnya mungkin akan mengendap pada wacana kalau itu adalah Yogyakarta. Jika kota lain, mungkin kesan yang tertanam tak akan demikian. Dengan kesederhanaan berselimut 'jutaan' ekostisme, Yogyakarta sanggup jadi rumah kedua bagi para perindunya.
EVENT SPESIAL PESTA BEAT LIVE STREAMING 8 KOTA